Penularan PMK Semakin Meluas 

MELUAS: Penyebaran kasus PMK di pulau Lombok semakin meluas dan membuat peternak semakin resah. (M HAERUDDIN/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi di pulau Lombok terus meluas ke daerah lain. PMK awalnya ditemukan di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur, kini menyebar di Lombok Barat dan Kota Mataram. Tinggal daerah Lombok Utara yang masih nihil kasus PMK. “Jadi untuk sementara hanya Lombok Utara yang masih bebas kasus (PMK) yang masih aman. Tapi daerah lainnya di pulau Lombok sudah ditemukan kasus PMK. Termasuk Mataram,” ungkap Seketeris Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi NTB, Rahmadi kepada Radar Lombok saat dikonfirmasi perkembangan kasus PMK di NTB.

Berdasarkan data yang dihimpun Disnakkeswan Provinsi NTB hingga 22 Mei 2022, jumlah ternak yang terjangkit PMK di Pulau Lombok sebanyak 3.692 ekor. Rinciananya, Kabupaten Lombok Timur sebanyak 2.553 ekor, Lombok Tengah 805 ekor, Lombok Barat 326 ekor, dan Kota Mataram 8 ekor. “Tapi kita imbau masyarakat jangan panik, virus ini mudah diobati. Ternak yang kena PMK capat disembuhkan. Dan tingkat kesembuhan di atas 80 persen. Tapi tingkat penyebarannya juga di atas 80 persen,” sambungnya.

Oleh sebab itu, Rahmadi mengingatkan kepada masyarakat ketika ada ditemukan ternak dengan ciri-ciri tertular PMK agar segara melaporkan ke petugas, supaya segara ditangani. Mengingat penanganan kasus PMK yang terjadi di pulau Lombok dalam masa rekapri. “Makanya kalau ada laporan kita ambil tindakan. Harapannya pak Dirjen (pertanian) kita dalam masa rekapri, kita masuk zona rekapri sekarang. Kalau ada kasus kita langsung obatin,” tambahnya.

Sebagai upaya dalam penanggulangi masalah kasus PMK yang tengah menyebar dipulau Lombok, Disnakkeswan Provinsi NTB telah melakukan berbagai upaya. Mulai muntup sementara lalu lintas keluar masuk hewan ternak ke pulau Lombok. Kemudian penutupan sementara pasar hewan untuk membatasi mobilitas hewan ternak termasuk juga dengan tata niaganya. “Khusus hewan berkuku genap itu kita batasi keluar masuk dan melewati daerah penularan PMK untuk menghalangi penyebaran yang lebih luas lagi,” sebutnya.

Baca Juga :  Masyarakat Diminta tak Panik, PMK Aman Terkendali

Soal adanya keluhan dari peternak maupun pengepul sapi terkait kebijakan penutupan sementara karena memengaruhi usaha dan kebutuhan daging di pulau Lombok, kata Rahmadi, mungkin aturan itu tidak berpihak untuk sementara waktu ini, tapi menyalamatkan dalam jangka waktu yang panjang. “Jadi kita jalankan sesuai dengan SOP-nya. Dan tata niaga ini kita tidak tutup mati begitu juga dengan keluar masuk hewan kita tidak tutup mati. Tapi pada saatnya nanti kita akan buka setelah ada pengkajian yang kita lakukan,” katanya.

Bahkan, sebutnya, untuk stok sapi di rumah potong hewan (RPH) masih tetap tersedia. Nanti akan dilakukan pengkajian bilamana kebutuhan daging di pulau Lombok menipis, maka akan diperbolehkan hewan masuk dari pulau Sumbawa tapi sesuai dengan SOP yang ada. “Jadi ini kemungkinan-kemungkinan yang nanti akan kita terapkan. Tapi kita memperlukan kajian dulu,” jelasnya.

Terlebih, harga daging di pasaran masih relatif stabil. Belum ada terjadi peningkatan yang singnifikan meski telah membatasi lalulitas keluar masuk hewan ternak di pulau Lombok. “Harga daging dipasaran juga masih stabil untuk sementara ini. Begitu juga dengan harga telur masih stabil. Dan kami menjamin kebutuhan daging tetap ada, apalagi mendekati hari raya Idul Adha nanti kami akan mengeluarkan SOP-SOP untuk menyikapi jangan sampai perayaan hari besar ini (Idul Adha) terhambat gara-gara tidak ada pasokan ternak,” pungkasnya.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB drh. Khairul Akbar juga menegaskan dengan berkembangnya kasus PMK ke sejumlah daerah di pulau Lombok yang sebelumnya tidak diprediksi karena kasus keterjangkitan ke ternak lain dengan perantara angin. “Kita hanya bisa berupaya agar daerah-daerah yang sudah terkena itu dilokalisir atau semacam lockdown,” tambahnya.

Baca Juga :  300 Sapi di KLU Terindikasi PMK, Lima Positif

Selain melokalisir wilayah yang terjangkit PMK, pihaknya bersama dengan pemerintah pusat dan dibantu pihak swasta memberikan obat-obatan dan vitamin secara intensif untuk ternak yang terjangkit PMK di kandang-kandang kolektif milik warga. Hasilnya memang bagus, di mana rata-rata ternak yang diberikan obat bisa sembuh.  “Kita sudah bagikan obat-obatan yang dikoordinir sama pemerintah provinsi. Karena dengan obat-obatan ini, ternak yang terjangkit virus bisa sembuh dalam beberapa hari. Kita juga melakukan disinfeksi di tempat-tempat yang belum terkena,” ucapnya.

Ia juga menyebutkan, berdasarkan data dan temuan di lapangan, meskipun sebarannya tergolong cepat dan meluas, namun tingkat kesembuhannya cukup tinggi. Selain itu angka kematiannya sangat rendah. Kematian ternak yang terjangkit PMK ini umumnya karena dipotong paksa oleh pemiliknya agar dagingnya bisa dimanfaatkan untuk konsumsi. “Baru sekitar 40 persen tingkat kesembuhannya, belum sampai separuh dari kasus, karena ternak yang terjangkit di Lobar masih dalam proses penyembuhan sekarang. Butuh waktu sekitar tujuh hari untuk sembuh,” terangnya.

Seperti kasus PMK yang terjadi di Kabupaten Lombok Timur, dari 2.553 kasus PMK, sebanyak 934 ekor sapi yang sudah dinyatakan sembuh dan 23 ekor sapi yang dipotong paksa oleh pemiliknya. Sementara di Kabupaten Lombok Tengah, dari 805 temuan kasus, sebanyak 257 ekor sapi yang sudah sembuh dan satu ekor sapi yang dipotong paksa. Sementara di Lombok Barat dan Kota Mataram mengingat kasus baru ditemukan beberapa hari lalu, hingga saat ini belum ada ternak yang sembuh dari terjangkit PMK dan semuanya masih dalam tahap perawatan secara intensif oleh pemiliknya yang dibantu oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat. (sal)

Komentar Anda