Pede Tantang Nyonya Tua

SUKA CITA: Pelatih Real Madrid, Zidane bersuka cita usai memastikan timnya sebagai jauara La Liga di laga pamungkas.

MADRID – Plaza de Cibeles masih dipenuhi hingar bingar hingga dini hari kemarin (22/5) waktu setempat. Ribuan Madridista tumblek-blek untuk merayakan gelar ke-33 yang dikoleksi Real Madrid.

Setelah menang 2-0 di kandang Malaga Stadion La Rosaleda kemarin (22/5), maka Real mengunci trofi La Liga untuk pertama kali setelah lima tahun berpuasa. Hasil kemenangan rival mereka Barcelona dengan skor 4-2 atas Eibar di Stadion Camp Nou kemarin tak bisa mengganggu pesta. Real menjadi juara di jornada ke-38 dengan selisih tiga poin (93-90) atas Barca.

Seperti diberitakan Marca kemarin para pemain Real tiba di Plaza de Cibeles pukul 02.30 dini hari waktu setempat. Diarak memakai bus berwarna putih dengan tulisan ’33 Campeones 2016-2017′ para pemain memamerkan trofi yang didapatknya.

Flare juga confetti kian menyemarakkan pesta kemenangan Real kemarin. Teriakan Hala Madrid juga Campeones berkumandang keras di kawasan Plaza de Cibeles. Kapten Real dan wakilnya Sergio Ramos dan Marcelo kemudian mencium patung Cibeles yang menjadi lambang sukses Real.

Bintang Real Cristiano Ronaldo di depan ribuan Madridista kemarin berkata perjalanan musim ini belum berada di titik finis. Masih ada satu mimpi lagi yang harus dituntaskan.

“Ini sungguh musim yang luar biasa namun final masih ada pada 3 Juni mendatang (final Liga Champions, red.). Dan kami masih membutuhkan dukungan kalian di Cardiff,” teriak Ronaldo.

Menurut pemain 32 tahun tersebut faktor kesuksesan Real ini terjadi karena beberapa faktor. Yakni manajemen tim yang cerdas, pelatih yang sangat membantu tim, dan kontribusi semua pemain meski jam terbangnya minim.

Musim ini adalah musim penahbisan Zinedine Zidane sebagai raja domestik untuk yang pertama kalinya. Terhitung menangani tim sejak Januari 2016 lalu, total dalam satu setengah tahun sudah ada dua gelar yang dipersembahkan oleh pria berusia 44 tahun tersebut.

Baca Juga :  PSSI Panggil Pulang Cucu Mantan Presiden Di Sporting Lisbon

Tahun lalu, Zidane nyaris meraih trofi La Liga pada musim perdananya. Cuma akhirnya Real finis di belakang Barca dengan selisih satu poin (90-91). Kemudian bapak empat anak itu mengganti cerita kegagalannya dengan capaian Si Kuping Besar, sebutan trofi Liga Champions, yang kesebelas kalinya atau Undecima buat Real.

Zidane yang mendapatkan guyuran sampanye ketika preskon dari Marcelo, Alvaro Morata, Lucas Vazquez, Danilo, dan Casemiro pun terlihat bungah dengan kemenangan di La Liga ini.

“Perjalanan selama 38 laga dan di ujung kompetisi, dimana kami melakoni laga paling sulit juga paling indah. Menurut saya La Liga adalah liga terbaik dan menang disini merupakan satu hal yang luar biasa,” tutur Zidane.

Tak seperti musim pertamanya, maka pada musim kedua ini mantan pelatih Real Castilla tersebut lebih luwes dalam menjalankan kebijakannya.

Soal rotasi misalnya. Diantara 25 nama skuad Real, 20 diantaranya bermain di atas 1.000 menit di ajang La Liga. Cuma Kiko Casilla, Fabio Coentrao, Mariano, Ruben Yanez, dan Alvaro Tejero yang berada di bawah 1.000 menit.

Zidane pun kian piawai meredam ruang ganti pemain yang musim ini sering bergejolak. Pemain-pemain seperti James Rodriguez, Isco, dan Alvaro Morata sempat ngambek gara-gara minute play yang tak merata di paruh pertama La Liga. Namun belakangan Isco mendapat berkah dengan sering tampil karena Gareth Bale yang bolak-balik cedera.

Kemampuan komunikasi Zidane yang apik kepada pemain ini jelas berkat ilmu yang didapatnya saat jadi asisten pelatih Carlo Ancelotti (2013-2015). Cuma yang membedakan Zidane dengan sang guru adalah soal keberanian rotasi.

Baca Juga :  Tak Ada Anak Emas Di Mercedes

Pada paruh kedua musim ini, Real akhirnya punya sebutan ‘Real A’ dan ‘Real B’. Real A jelas diisi starting XI terbaik dari lini belakang sampai lini depan. Navas, Carvajal, Ramos, Varane, Marcelo, Modric, Casemiro, Kroos, Bale, Benzema, dan Ronaldo.

Real B utak-atiknya ada pada lini tengah. Secara bergantian Zidame memasukkan Kovacic, Vazquez, Asensio, James, dan Isco. Di lini belakang ada nama Pepe dan Nacho. Saking sama-sama menakutkan, baik Real A maupun Real B, maka pelatih Valencia Voro dengan bercanda akan senang kalau bertemu Real C, wajah terlemah Real.

Zidane pun tak lagi terpaku dengan pola 4-3-3 yang menjadi senjata andalan pada musim pertamanya. Eksperimen Zidane musim ini dengan skema 4-2-3-1, 4-2-2-2, 4-4-2, 4-4-1-1, dan 4-3-1-2. Bahkan musim ini Zidane pernah mencoba formasi tiga bek, 3-5-2. Sayangnya dari dua kali digunakan, hasilnya sekali menang dan sekali kalah.

“Sangat penting untuk menang di liga setelah bertahun-tahun kami tak memenanginya. Karena ini Real, klub terbaik dunia, kami harus mengembalikan titel liga yang lama hilang,” ucap Zidane.

Nah, kehadiran Sergio Ramos juga menjadi vital musim ini dengan gol-gol yang dilakukan pada menit-menit terakhir. Meski Ramos kadang suka omong besar, kehadirannya menyelamatkan tim.

“Konsistensi, konsentrasi, dan intensitas pada setiap laga adalah kunci. Kami berhak menang di La Liga meski kami harus berjuang sampai penghujung kompetisi,” tegas Ramos kepada EFE. (dra)

Komentar Anda