GIRI MENANG-Masyarakat Desa Nyur Lembang Kecamatan Narmada Lombok Barat mengadakan gelaran atraksi budaya rutin malean sampi atau pacuan sapi, Sabtu lalu (18/2).
Atraksi ini sebagai rasa syukur masyarakat menyambut musim tanam padi. Sekaligus menjadi bentuk partisipasi masyarakat Desa Nyur Lembang menyambut kedatangan tamu-tamu dari Fam Trip Lombok Wisata Halal PT Tiara Sentosa dengan PT Garuda Indonesia Airways. Sapi-sapi yang berlari dengan iringan musik tradisonal ini pun terbukti mampu menghibur 105 tamu dari lima negara yakni Jepang, India, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Terlebih dengan penampilan sapi yang kalung kayunya sangat besar.
[postingan number=3 tag=”budaya”]
Kepala Desa Nyur Lembang, H. Warti Asmunadi mengatakan, panitia awalnya kesulitan mencari lokasi yang strategis untuk kegiatan atraksi yang dihadiri langsung Bupati Lobar H. Fauzan Khalid ini. Beruntung masih ada salah seorang warga setempat yang mengizinkan lahannya yang belum ditanami untuk malean sampi. Yakni lahan milik orang tua Indra Jaya Usman anggota DPRD Lobar. Diungkapkannya, belum adanya lahan khusus menjadi kendala utama dalam atraksi budaya ini. Selama ini masih menggunakan lahan warga dan itu harus melalui negosiasi sewa-menyewa atau pinjam. “Kami mohon agar pemerintah daerah Lombok Barat memberikan lahan untuk atraksi malean sampi ini,” harapnya di hadapan bupati.
Dijelaskannya, malean sampi harus terus digelorakan. Jangan sampai punah tergerus budaya luar. Apalagi sampai diklaim menjadi hak paten milik orang luar. Untuk itu ke depan pihaknya akan tetap berupaya dan berjuang melestarikan warisan nenek moyang tersebut. “Malean sampi ini khas. Berbeda sekali dengan karapan sapi di Madura. Malean sampi ini punya akar sejarah dan maksud tertentu,” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, di Desa Nyur Lembang terdapat komunitas malean sampi yang sudah terbentuk lama. Selain untuk malean sampi , komunitas ini juga dimanfaatkan sebagai wadah transaksi jual beli sapi.
Berkaitan dengan permintaan lahan untuk malean sampi, Bupati Lobar H. Fauzan Khalid pun langsung merespon. Namun masalahnya, ada dan tidak adanya lahan yang strategis untuk dimanfaatkan. “Kalau ada lahan pemda silahkan pakai, saya tinggal tanda tangan,” tanggapnya.
Malean Sampi merupakan wujud rasa syukur para petani yang sudah selesai melaksanakan panen dan menyambut musim tanam berikutnya. Ditengah kegembiraan petani dengan hasil produksi pertanian itulah, petani memilih jeda untuk menggelar malean sampi yang dilaksanakan di area persawahan berlumpur.
Malean Sampi berbeda dengan kerapan sapi yang dinilai kecapatan. Pada tradisi Malean Sampi ini sepasang sapi hanya dituntut berlari melewati jalur lurus yang sudah ditentukan oleh panitia penyelanggara. Sapi yang larinya paling bagus, tak berbelok keluar sebagai pemenang.
Ketua Panitia Malean Sampi Huzairin menjelaskan, atraksi malean sampi ini diikuti 50 pasang sapi. Peserta berasal dari Kecamatan Narmada dan Lingsar. (zul)