Nyale Diprediksi Tumpah Awal Maret

NYALE
SANGKEP WARIGE: Suasana pelaksanaan sangkep wariga untuk menentukan pelaksanaan bau nyale, kemarin. (ISTIMEWA/RADAR LOMBOK)

PRAYA – Pelaksanaan event bau nyale dipastikan akan tetap berlangsung di Lombok Tengah. Bahkan dari hasil Sangkep Warige penetapan hari pelaksanaan bau nyale 2021 yang dilaksanakan oleh Blok Pujut, memutuskan dan menetapkan kalau Nyale akan tumpah atau banyak keluar pada 3-4 Maret.

Sangkep Warige yang dilaksanakan di Dusun Ende, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, ini sebelumnya dihadiri oleh Ketua Majelis Adat Sasak (MAS) H Lalu Bayu Windia, dari Rowot Sasak, H Lalu Agus Fathurrahman, perwakilan AMAN, Plt Kadis Budpar Lombok Tengah, H Lalu Lendek Jayadi, perwakilan dari Forum Kepala Desa (FKD) Kecamatan Pujut, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat dan budaya serta undangan lainnya. “Acara ditetapkan berlangsung pada 3-4 Maret, dan Sangkep Warige dilakukan oleh budayawan yang telah dilaksanakan pekan lalu di DeWi Nde Sengkol,” ungkap Plt Kepala Disbudpar Lombok Tengah, H Lalu Lendek Jayadi saat di hubungi Radar Lombok, Rabu (20/1).

Diskusi serta perdebatan alot sempat terjadi antara para tokoh yang hadir terkait penentuan hari pelaksanaan Bau Nyale ini. Pada kesempatan tersebut, sempat mencuat dua pendapat atau versi yakni dari versi pihak Rowot Sasak yang berdasarkan hitungan tanggal Rowot, dimana tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak jatuh pada 2-3 Februari 2021. Namun dari versi atau pendapat tokoh masyarakat yakni Nyale diprediksi akan muncyul atau tumpah pada tanggal 3-4 Maret. Perdebatan

pun tidak bisa dihindari, karena jika merujuk pada legenda Bau Nyale atau legenda Putri Mandalika, pelaksanaan Bau Nyale jatuh pada setiap tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak. Namun sejumlah tokoh masyarakat yang hadir lebih mengacu pada pertanda alam yang terjadi. Berdasarkan hitungan dan bacaan sejumlah tokoh, kalau Nyale akan keluar atau tumpah pada tanggal 3-4 Maret. Dan sekaligus tanggal tersebut disepakati sebagai waktu pelaksanaan bau Nyale. “Sangkep Warige ini dilakukan secara terbatas sesuai protokol kesehatan, karena adanya pandemi Covid-19. Sementara acara untuk bau nyale sampai dengan saat ini sedang dalam proses perumusan tapi kita pastikan tidak ada acara seremonial, mengingat kita masih dalam situasi pandemi,” terangnya.

Pembina Blok Pujut, Rata Wijaya menegaskan, Sangkep Warige tersebut dihadiri oleh tokoh adat dari depalan penjuru mata angin, budayawan, akademisi, tokoh agama dan tokoh pemuda se-Kecamatan Pujut. Tak ketinggalan juga dari pemerintah kabupaten yang diwakili oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. “Alhamdulillah sudah sama-sama kita sepakati, Nyale akan tumpah pada tanggal 3-4 Maret. Perkara ada versi-versi yang berkembang ditengah masyarakat, dikembalikan pada keyakinan masing-masing apabila hendak turun di bulan-bulan yang lain,” ungkap Rata Wijaya.

Ketua Panitia Sangkep Warige dari Blok Pujut, Lalu Hadinata menegaskan, bahwa pandemi Covid-19 bukan menjadi tantangan dan halangan bagi masyarakat Lombok Tengah. Untuk melaksanakan tradisi Sangkep Warige yang dihajatkan untuk penentuan tanggal Bau Nyale itu sendiri. Karena saat ini, masyarakat sangat menantikan waktu pelaksanaan salah satu event Suku Sasak yang sudah masuk kalender atau event pemerintah pusat ini. “Terlebih lagi, dari Pemkab dalam hal ini Disbudpar tidak bisa melaksanakan agenda ini  seperti tahun-tahun sebelumnya, karena alasan Pandemi Covid-19. Maka atas dasar itulah kami mencoba melaksanakan Sangkep Warige. Tujuannya sangat sederhana agar masyarakat kita mengetahui terkait puncak Bau Nyale,” tegasnya. (met)

Komentar Anda