Melihat Ritual “Rowah Segare” Masyarakat Desa Kuta

Berharap Berkah dengan Sajen Kepala Kerbau

Ritual Rowah Segare
ROWAH SEGARE: Para nelayan Desa Kute Kecamatan Pujut saat melaksanakan rowah segare selama dua hari yakni Sabtu-Minggu kemarin. (M HAERUDDIN/RADAR LOMBOK)

Lombok Tengah merupakan daerah yang masih menjunjung tinggi kearifan budaya lokalnya. Salah satunya seperti yang ada di Desa Kuta Kecamatan Pujut yang sampai saat masih mempertahankan adat budaya pesta laut atau yang sering disebut rowah segare.


M Haeruddin-Praya


RATUSAN warga kampung nelayan Desa Kuta bertumpah ruah mendatangi pinggir pantai selama dua hari kemarin (Sabtu-Minggu). Mereka menggelar pesta laut (rowah segare) yang menjadi rutinitas warga dalam kurun waktu sekali dalam lima tahun itu. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mendapatkan berkah atas nikmat yang diberikan selama ini oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Kegiatan awalnya dimulai pada Sabtu malam (5/1). Momen tersebut digunakan warga untuk berzikir dan berdo’a. Baru setelahnya dilanjutkan dengan rangkaian kegiatan berupa hiburan rakyat pertunjukan wayang di pinggir pantai Kuta. Minggu pagi, tibalah saat puncak acara inti. Warga memanfaatkanya dengan acara ritual rowah segare dengan menyembelih dua ekor kerbau. Daging binatang itu kemudian dimasak dan disantap bersama-sama atau berjamaah di pinggir pantai oleh semua warga.

Uniknya, tidak semua daging kerbau dimasak warga. Bagian kepala kerbau itu dijadikan sebagai sajen untuk dibuang ke tengah laut. Saat kepala kerbau tersebut dibuang, para tokoh adat juga mengemas kepala kerbau itu dengan bungkusan kain putih. Kemudian diiringi oleh musik tradisional gendang beleq yang menambah kesakralan acara itu.

Baca Juga :  Warga Wet Sesait Gelar Ritual “Taek Daya” Gunung Kenawan

BACA JUGA: Melihat Animo Warga Songak Sambut Event Budaya Bejango Beleq

Ritual tersebut memang menjadi rutinitas yang terus dipertahankan oleh warga setempat di tengah arus modernisasi yang semakin pesat. Warga memilih untuk tetap mempertahankan budaya leluhur mereka sebagai wujud syukur atas berbagai kelimpahan rezeki yang diterima masyarakat. Di satu sisi, hal itu juga sebagai wadah untuk meminta doa agar kedepan para nelayan juga diberikan perlindungan saat pergi melaut. “Kegiatan ini untuk memohon doa agar terhindar dari musibah selama melaut serta bentuk ekspresi ungkapan sujud syukur atas rezeki yang diterima selama mencari ikan di laut serta melimpahnya hasil bumi atau pertanian dan perkebunan masyarakat,” ungkap Ketua Lembaga Adat Desa Kuta Kecamatan Pujut, Supriadi, Minggu kemarin.

Ditambahkan Kepala Desa Kuta, Mirate, ajang ini juga sangat membantu untuk menarik minat para wisatawan. Dengan kegiatan tersebut banyak wisatawan yang tertarik. Untuk itu, pemdes menyampaikan apresiasi terhadap semua elemen yang telah mendukung kegiatan adat, budaya dan tradisi rowah segare itu. “Kami  berjanji akan mendukung penuh pelaksanaan adat, budaya dan tradisi rowah sagare ini. Karena selain untuk mempertahankan kearifan budaya lokal, namun akan bisa mendatangkan para wisatawan di desa kami ini,” ungkapnya.

Baca Juga :  Melihat Perayaan Ritual Perang Timbung di Desa Pejanggik

BACA JUGA: Menyaksikan Ritual Nyelamaq Laut Warga Desa Tanjung Luar

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Lombok Tengah, HL Muhammad Putria juga menimpali, kegiatan rowah segare merupakan peninggalan para leluhur masyarakat Sasak yang harus tetap dijaga dan dilestarikan. Sebagai salah satu upaya untuk menjaga dan melestarikan peninggalan leluhur, maka kegiatan itu juga harus tetap dilakukan dan didukung. “Kedepan kami terus berharap agar rowah sagare juga sebagai ajang promosi pariwisata di bidang adat dan budaya. Untuk itu, kepada ketua lembaga adat Desa Kuta agar terus menggali dan melestarikan budaya daerah, khususnya yang ada di Desa Kuta. Karena ini sangat berdampak baik terhadap pengembangan pariwisata,” timpalnya. (**)

Komentar Anda