Sementara itu, TGB yang ditemui di Kantor ICMI Jalan Proklamasi Menteng, Jakarta Pusat, Rabu kemarin (11/7) menanggapi soal kriteria cawapres Jokowi. Menurutnya, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan oleh petahana itu. Salah satunya figur yang mewakili posisi kewilayahan. Di samping itu, latar belakang figur tersebut juga harus betul-betul diperhatikan Jokowi. “Ada pertimbangan kewilayahan, ada pertimbangan latar belakang, dan banyak sekali,” ujar TGB.
Di luar aspek di atas, TGB melihat ada faktor terpenting, yaitu harus adanya kecocokan antara Jokowi dengan cawapresnya. Aspek itu disebut akan sangat berpengaruh terhadap kinerja pemerintah ke depannya. “Kalau menurut saya kepemimpinan nasional itu kan satu, Presiden dan Wakil Presiden itu adalah dwi tunggal jadi harus ada kecocokan. Ada chemistry ada keberterimaan satu sama lain dan kenyamanan dalam bekerja bersama,” jelasnya.
Lebih jauh TGB mengatakan tak mau terlalu jauh melangkahi kewenangan mantan Wali kota Surakarta itu. Sebab kriteria terbaik sebagai pendampingnya tetap Jokowi yang lebih tahu. “Pada akhirnya kriteria apa yang seperti bagaimana ya tentu yang mengetahui paling tepat. Paling persis itu bapak Presiden,” pungkasnya.
Mengenai deklarasinya yang secara terbuka menyatakan dukungan kepada Jokowi di Pilpres 2019, TGB mengaku telah cukup lama meminta waktu untuk bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Agenda ini untuk memberikan klarifikasi terkait keputusan politik pribadinya. Namun hingga saat ini rencana tersebut belum dapat terealisasi. Padatnya agenda Presiden RI ke-6 itu ditengarai sebagai penyebabnya. “Sebenernya saya juga sudah cukup lama (sejak Mei) meminta waktu bertemu dengan Bapak Ketua Umum tapi mungkin karena beliau banyak kesibukan yang lain sehingga sampai sekarang belum diberi waktu atau belum ada kesempatan,” ujar TGB di Kantor ICMI Jalan Proklamasi Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (11/7).
