Lembaga Tahfidz Pertama di NTB, Cetak Ribuan Hafidz

Pondok Pesantren Al-Aziziyah identik dengan ponpes  penghasil penghafal Alqur'an. Telah banyak hafidz yang menjadi alumni ponpes ini.

 


Hery Mahardika–GIRI MENANG


 

Pondok Pesantren Al-Aziziyah berlokasi di Dusun Kapek Desa Gunung Sari Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di NTB. Kehadirannya ditengah masyarakat pada 3 November 1985 didirikan oleh almarhum TGH Mustafa Umar Abdul Aziz. Ponpes ini memang dihajatkan tahfidz.

Sampai usia ke-30 tahun ini, Al-Aziziyah telah mencetak ribuan penghafal Alqur'an yang tersebar di Indonesia termasuk di luar negeri. “ Al-Aziziyah sejak pertama didirikan telah membuka khusus lembaga tahfidz sampai saat ini tetap menjadi cirri khas ponpes yang saat ini telah berusia 30 tahunan,” terang pengasuh sekaligus pengawas Ponpes Al-Aziziyah bidang tahfidz H. Husnul Sabandi, M.Pd kepada Radar Lombok, Selasa kemarin  (7/6).

Awal mula lembaga tahfidz berdiri jelasnya,  usai TGH Mustafa Umar Abdul Aziz menimba ilmu di  Mekkah Al-Mukarramah.  Saat itu,  tidak ada lembaga pendidikan secara khusus mengajarkan tahfidz. Misalnya Ponpes Nurul Hakim, Kediri Lombok Barat  fokus pada bidang bahasa dan  kitab. Begitu juga dengan Ponpes Al-Islahudiny dan lain-lainnya.  Memang masing-masing ponpes membentuk cirri khas, begitu juga yang dilakukan Al-Aziziyah.

Sejak itu, lembaga ini merekrut para santri-santriwati yang siap dibina menjadi tahfidz dengan mencetak para hufadz kalam-kalam Allah. Pada lomba-lomba bidang tahfidz, santri sering diikutkan dan keluar sebagai juara.  Ustadz Fathul Aziz Musthafa Umar salah seorang guru di ponpes menjadi juara tahfidz internasional di Makkah tahun 1988. Selain itu banyak santri yang menggondol juara dalam acara MTQ tingkat nasional.  Bahkan ponpes ini selalu menjadi barometer  pemerintah daerah untuk mengirimkan wakilnya dalam lomba tahfidz dan tafsir Alqur’an.

Baca Juga :  Di Al-Madani, Program Hafidz 30 Juz Hanya Enam Bulan

Ponpes Al-Azizyah semakin dikenal sebagai gudangnya para penghafal Alqur'an.  Sampai saat ini, Ponpes Al-Aziziyah disebut sebagai pencetak para penghafal pertama di NTB.Dari tahun ke tahun, jumlah santri yang mondok terus bertambah. Saat ini santinya sebanyak 2.375 orang terdiri seribu santri putra dan 1.375 santriwati.   Dalam setiap membuka pendaftaran, masyarakat yang menyantri anak-anak 800 hingga 1000 calon. Santri saat ini, NTB  baru selanjutnya luar daerah seperti Bali, NTT, Kalimantan, dan Jawa. Selain itu, sebanyak 7  santri  berasal dari Malaysia dan Singapura.

Ponpes   Al-Aziziyah telah mewisudakan sebanyak 500 santri yang khatam 30 juz yang diselenggarkan 3 kali. Sedangkan tahfidz 10-20 juz telah melahirkan ribuan penjaga ayat-ayat Allah. Dari ribuan santri yang telah diluluskan, banyak dipercaya menjadi imam-iman masjid dan meneruskan ilmunya.

Dijelaskan  H Husnul Sabandi, Ponpes Al-Aziziyah yang memiliki ciri khas bidang tahfidz memiliki metode bagaimana cara menghafal. Sejak berdiri, Al-Aziziyah menggunakan  metode hasil penggabungan  dua metode yakni metode sima’i (ketika santri menghafal, terlebih dahulu guru/pendamping memberikan contoh cara membacanya, baru diikuti santri) dan metode qiro’ati (pada metode ini, santri langsung menghafal yang diperdengarkan di hadapan gurunya).

Terkait lagu  bacaan, para santri tidak ditekankan pada satu saja namun diperbolehkan  mengikuti cara bacaan Al-Ghamidi, Al-Misyahari, As-saud, dan syeikh lainnya yang sering didengarkan. Para santri dipersilahkan mengikuti karakter suaranya yang dianggap gampang untuk mempermudah mengingat hafalannya. “ Yang penting kualitasnya (kekuatan hafalan disertai tajwid yang benar), baru kuantitasnya (suaranya),” jelasnya.

Kemampuan para santri untuk menghafal telah ditentukan mulai setengah halaman, satu lembar, bahkan ada 1 juz dalam sehari. Itupun tergantung kemampuan santri, biasanya tahap pertama setengah halaman, kalau merasa lebih mampu semakin memperbayak halaman hafalan hingga 1 juz per hari.

Baca Juga :  Presiden Minta Ponpes Berperan Jaga Keutuhan NKRI

Jadwal menghafal telah ditentukan termasuk  menyetor hafalannya yakni 3 kali sehari setelah Subuh, Dhuha dari pukul 08.00-10.30 Wita, dan setelah Isya dari pukul 20.00-22.30 Wita. Sementara murojoah semua hafalan langsung diadakan tes dengan membacakan ayat-ayat sejauhmana hafalannya. Kemudian baru dilanjutkan bacaan oleh santri yang dilakukan secara bergiliran.

Lokasi  menghafal juga telah ditentukan, seperti santri yang tinggal di asrama umum/utama melaksanakan hafalannya di masjid. Sedangkan santri yang tinggal di asrama khusus menghafal di aula yang telah ditentukan. Ada 10 asrama yang disiapkan untuk seluruh santri.  Dari masing-masing asrama khusus telah disiapkan pembina 10 orang dan satu orang pengawas. “ Inilah yang dilakukan setiap hari,” paparnya.

Atas prestasi di bidang tahfidz, Ponpes Al-Aziziyah  diberikan penghargaan sebagai lokasi penyelenggaran Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-26 yang dipusatkan di NTB pada akhir Juli sampai awal Agustus mendatang . Ponpes  Al-Aziziyah kebagian sebagai lokasi lomba bidang tahfidz 10-20 juz.

Pada MTQ tingkat Nasional ini pula, Al-Aziziyah akan mengirimkan utusan, diantaranya 10 juz putri, 5 juz putra, 20 juz putra dan 30 juz putra. Lalu tafsir bahasa Indonesia putra, tafsir bahsa Indonesia putri, tafsir bahasa Arab putri, tafsir bahasa Inggris putri. “ Semoga kegiatan nantinya kita harapkan  berjalan lancar,” harapnya.

Pesantren Al Aziziyah merupakan lembaga pendidikan Islam yang memberikan layanan pendidikan mulai dari dasar hingga perguruan tinggi. di atas tanah seluas 8 hektar ini telah berdiri bangunan bertingkat untuk belajar anak-anak tingkat Taman Kanak-Kanak Alqur’an, Sekolah Dasar Islam, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Masdrasah qur’an wal Hadis, Ma’had Aly dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT).(*)

Komentar Anda