Kuota Pupuk Bersubsidi Mulai Menipis

Stok Pupuk Bersubsidi
Ilustrasi Pupuk

MATARAM–Ketersediaan kuota alokasi pupuk bersubsidi di NTB sudah hampir terserap 90 persen pada pertengahan Agustus 2017 ini. Artinya, alokasi pupuk bersubsidi untuk NTB, baik itu pupuk jenis urea dari PT Pupuk Kaltim, maupun pupuk NPK dari PT Petrokimi mulai menipis.

“Jika musim tanam (MT) September ini curah hujan yang turun masih ada, maka bisa jadi stok untuk pupuk bersubsidi habis terserap,” kata Kepala Pemasaran PT Petrokimia Cabang NTB, Isnan, Senin kemarin (21/8).

Tahun 2017, Provinsi NTB mendapatkan jatah kuota pupuk bersubsidi jenis NPK dari Petrokimia sebanyak 38.650 ton. Dimana jumlah itu jauh dibawah yang diusulkan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, sesuai pengajuan RDKK dari kabupaten/kota.

Berdasarkan data PT Petrokimia Cabang NTB, hingga tanggal 21 Agustus, sisa alokasi pupuk bersubsidi jenis NPK tersisa 7 ribu ton, yang artinya jika permintaan tinggi di musim tanam bulan Agustus dan September ini, maka stok sebanyak 7 ribu ton itu akan habis terserap. Selanjutnya untuk permintaan dari petani di bulan Oktober hingga Desember terpaksa tidak bisa disalurkan, selama pemerintah pusat belum melakukan realokasi penambahan kuota pupuk bersubsidi.

“Kalau musim hujan tidak mundur di tahun 2018, maka sisa 7 ribu ton untuk pupuk subsidi NPK bisa dipastikan tidak akan mencukupi kebutuhan petani di NTB,” jelas Isnan.

Apalagi jika melihat luas areal lahan tanaman pangan di NTB, maka semestinya alokasi pupuk NPK bersubsidi idealnya minimal 60 ribu ton. Selanjutnya untuk kebutuhan Agustus hingga Desember 2017 semestinya yang tersedia pupuk NPK besubsidi itu sebanyak 19 ribu ton. Namun yang tersisa saat ini hanya tinggal 7 ribu ton.

“Informasinya Distanbun NTB sudah mengajukan usulan penambahan alokasi pupuk bersubsidi, termasuk NPK. Semoga saja, penambahan pupuk bersubsidi sesuai harapan yang disulukan oleh Distanbun NTB,” harap Isnan.

PT Perokimia Gresik menjadi salah satu produsen dan penyalur pupuk bersubsidi untuk empat jenis pupuk, diantaranya pupuk ZA, pupuk SP-36, pupuk NPK Phonska dan pupuk Petroganik. Kuota pupuk bersubsidi jenis pupuk ZA untuk provinsi NTB pada tahun 2017 sebanyak 14.310 ton, pupuk SP-36 alokasi untuk NTB sebanyak 16.260 ton, pupuk NPK Phonska kuota sebanyak 38.650 ton dan pupuk petroganik alokasi kuota NTB sebanyak 12.220 ton.

Baca Juga :  Masyarakat Mulai Manfaatkan SLIK OJK NTB

Jumlah distributor pupuk bersubsidi di bawah tanggungjawab PT Petrokimia sebanyak 2 distributor yang kemudian didistribusikan melalui 1.036 pengecer resmi sebagai tempat pembelian sesuai harga eceran tertingi (HET) pupuk bersubsidi bagi petani yang masuk dalam RDKK yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian sebaagai penerima pupuk bersubsidi baik itu untuk tanaman pangan, hortikultura dan juga perikanan serta perkebunan. “Untuk porsi alokasi pupuk bersubsidi itu prosentasinya itu 70 persen untuk tanaman pangan,” kata Isnan.

Untuk menjamin ketersediaan stok pupuk bersubsidi dibawah naungan Petrokimia Gresik, terdapat belasan gudang penyimpanan di Pulau Lombok dan Sumbawa. Seperti dua gudang di wilayah Lembar, Lombok Barat, masing-masing berkapasitas 15 ribu ton. Kemudian di Kopang, Lombok Tengah terdapat 1 gudang penyimpanan pupuk dengan kapasitas 1000 ton, dua gudang di Lombok Timur dengan kapasitas penyimpanan 1.500 tn dan 3.000 ton. Begitu juga di Sumbawa terdapat dua gudang penyimpanan pupuk berkapasitas 10 ribu ton dn 2.550 ton. Sementara di Bima 1 gudang berpakasitas 3.000 ton dan Dompu 1 gudang berkapasitas 1.000 ton.

“Pengiriman pupuk dari produsen terus berjalan lancar untuk menjamin ketersediaan stok disaat petani membutuhkan. Selama petani masuk RDKK, maka pupuk bersubsidi itu tetap aman tidak ada kelangkaan,” ucapnya.

Selain pupuk NPK untuk program subsidi, stok pupuk besubsidi untuk jenis urea yang ditangani oleh PT Pupuk Kaltim juga dalam kondisi menipis. Hal tersebut, karena serapan penyaluran pupuk bersubsidi jenis urea cukup tinggi di bulan Januari hingga Juli.

Kepala Pemasaran PT Pupuk Kaltim Provinsi NTB, Rochmansyah mengatakan, musim tanam yang merata serta didukung oleh cuaca yang intenstias curah hujan turun cukup tinggi di tahun 2017, berdampak pula terhadap tanaman pangan petani. Alhasil, penyaluran pupuk di Januari hingga Juli 2017 cukup tinggi dan jauh dari perencanaan penyaluran. “Penyaluran pupuk urea bersubsidi sudah 125 persen dari semestinya di akhir Juli lalu,” kata Rochmansyah.

Baca Juga :  PHRI Bidik Wisatawan Malaysia Timur ke Lombok

Tahun ini kuota alokasi pupuk urea bersubsidi untuk petani tanaman pangan, seperti padi, jagung dan juga beberapa tanaman hortikultura lainnya sebanyak 125 ribu ton hingga akhir tahun 2017. Hanya saja, hingga 31 Juli penyaluran pupuk urea bersubsidi yang sudah dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim selaku produsen sebanyak 86.364 ton atau setara dengan 69 persen dari total alokasi di tahun 2017.

Dengan demikian, sisa kuota alokasi pupuk bersubsidi jenis urea untuk Provinsi NTB tinggal 38.636 ton yang akan disalurkan dari Agustus hingga Desember jika mengacu dengan surat keputusan (SK) dari Kementan dan juga Distanbun Provinsi NTB.

Jika mengacu SK penyaluran Distanbun NTB, semestinya yang harus tersalurkan hingga 31 Juli 2017 sesuai rencana itu sebanyak 79.156 ton. Tapi karena tingginya permintaan dari petani melalui Dinas Pertanian kabupaten/kota, maka PKT selaku produsen yang ditugaskan pemerintah menyalurkan lebih dari rencana awal. Hal tersebut lebih semata-mata karena kebutuhan petani yang mendesak untuk pemupukan tanamannya. Selain itu, kuota alokasi pupuk urea bersubsidi untuk kabupaten/kota tersebut juga masih ada.

“Yang kami salurkan hingga 31 Juli itu lebih 7.200 ton dari rencana awal, yang hanya 79.156 ton. Tapi yang tersalurkan sebanyak 86.364 ton, dan ini lebih karena kondisi petani di lapangan yang lagi membutuhkan pupuk,” terang Rochmansyah.

Karena itu, perlu ada penambahan kuota alokasi pupuk urea bersubsidi (re-alokasi) untuk memenuhi pemupukan tanaman pangan di NTB. “Kalau mengacu alokasi pupuk bersubsidi untuk NTB tahun 2016, dan realisasi penyalurannya. Maka alokasi sebanyak 125 ribu ton tahun 2017 ini masih kurang, dan perlu ada penambahan alokasi kuota pupuk bersubsidi,” tutupnya. (luk)

Komentar Anda