Khaerul Anam Patok Target Hafal 1 Juz Sebulan

Khaerul Anam
HAFAL 15 JUZ: Khaerul Anam saat membaca Alquran di Ponpes Tohir Yasin sebagai rutinitasnya setiap hari. (M Haeruddin/Radar Lombok)

Khaerul Anam membuktikan di tengah kondisi ekonomi yang pas-pasan, ia bisa  menjadi orang luar biasa. Hal itu dibuktikan dengan hanya satu tahun ia bisa menghafal Alquran sebanyak 15 juz.


M Haeruddin–Mataram


Anam panggilan akrab remaja yang masih berusia 18 tahun itu, lahir dengan keluarga sederhana. Ibunya yang bernama Inaq Anah sehari- hari sebagai penjual asongan, sementara bapaknya Pak Mun kini sudah meningga dunia. 

Di usia yang masih remaja tersebut, anam yang lahir di Lingkungan Kemasan Barat Kelurahan Monjok Kecamatan Selaparang Kota Mataram tersebut sudah menorehkan banyak perestasi dan tidak hanya membanggakan orangtuanya, bahkan ia menjadi idola di sekolahnya.  Saat ini, Anam menimba ilmu di  Pondok Pesanteren (Ponpes) Tohir Yasin Desa Lendang Nangka Kecamatan Masbagek Kabupaten Lombok Timur.

[postingan number=5 tag=”hafidz”]

Di tempat itulah enam tahun yang lalu ia mulai menuntut ilmu dan satu tahun yang lalu Anam mulai belajar untuk menjadi tahfidz. “Saya belajar tahfidz di pondok sejak adanya program tahfidz satu tahun yang lalu,”ungkapnya kemarin.

Ia menceritakan awal mula memulai hafalan itu,  termotivasi dengan banyaknya para  hafidz muda yang tampil di televisi.  Ia pun mulai menghafal sendiri karena saat itu di ponpes belum ada program tahfidz. ”Saya termotivasi melihat banyaknya hafidz muda yang hanya di TV. Tapi karena di pondok baru satu tahun maka sejak itu saya fokus belajar,”ungkapnya.

Baca Juga :  Mengenal Nazwa Indah Laudiya Putri, Pebalap Drag Bike Cantik Asal Loteng

Namun  kesibukanya dengan tugas sekolah membuat dia agak sedikit ragu untuk bisa menjadi seorang hafidz. Namun berkat ketekunan dan kerja keras yang ia lakoni, ditambah dengan bimbingan yang terus dilakukan oleh pihak ponpes membuatnya bisa menjalani proses itu. ” Maghrib harus menyetor hafalan sama Ustadz dan selama sebulan harus bisa hafal 1 juz,”tambahnya.

Tantangan yang diberikan oleh  pembimbingnya membuat dia tambah semangat. Bahkan belum satu tahun ia dapat menghafal  15 juz. Iapun menorehkan perestasi tidak hanya di sekolahnya bahkan tingkat kecamatan. Kendati pertama kali mengikuti lomba namun langsung mendapat juara. ”Kalau prestasi sih saya di sekolah menjadi juara dan pernah juga bulan kemarin tingkat di kecamatan mendapat juara dua tahfidz,”tuturnya.

Biasanya Anam mulai menghafal saat malam hari begitu pelajaran dan tugas sekolah selesai. Dia juga terbantu dengan lingkungan sekitar karena teman-temannya juga ikut menghafal. ”Mudah kok dalam menghafal Alquran, asalkan ada usaha dan tentunya menyerahkan diri sama Allah SWT,”ungkapnya.

Ia menyampaikan banyak hikmah yang ia dapatkan setelah bisa menjadi penghafal Alquran. Selain hidup menjadi nyaman, baginya pelajaran lainpun akan cepat dipahaminya. Itu dibuktikan dengan ia selalu menjadi juara di sekolah. ”Hikmahnya sangat banyak, pelajaran bisa dengan mudah kita cerna, hati terasa tenang dan intinya hidup selalu bahagia,”ungkapnya.

Baca Juga :  Perjuangan Tia Sasmita Sari Melawan Tumor Rahang

Laki- laki yang enam tahun lalu masuk ke Ponpes Tohir Yasin dengan bantuan beasiswa orang tua asuh tersebut mengakui bahwa selama menjalani proses menjadi tahfidz sangat banyak kendala yang dihadapi.  Mulai dari rasa jenuh dan lainya. Terlebih saat ia  mengenal cinta  sama wanita yang membuatnya tidak fokus menjalani proses itu. Namun lagi- lagi jika masalah itu datang, maka peran pembimbing sangat besar saat itu.“Rasa jenuh  pasti ada tapi biasanya Pak Ustadz kalau melihat kita kelihatan jenuh, mereka mengajak kita bercanda dan bahkan mengajak kita untuk pergi belibur,”ujarnya.

Ia bertekad agar nantinya bisa menghafal lebih banyak lagi. Ia ingin menjadi hafidz yang tidak hanya mengharumkan nama baik keluarganya namun bisa mengharumkan nama baik NTB. Selain itu ia berharap   generasi muda agar lebih mencintai Alquran. “Banyak orang yang saat ini sudah tidak memperhatikan Alquran terutama generasi muda. Jangankan menghafal, untuk sekedar membaca saja terkadang sangat sulit, sehingga hal itu perlu dirubah agar generasi muda harus paham akan agama kerena baik dan buruknya suatu bangsa tergantung dari perilaku pemudanya,”ujarnya.(*)

Komentar Anda