Kerugian Kebakaran Hutan Gunung Rinjani Capai Ratusan Juta

KEBAKARAN HUTAN: Tim yang terhimpun dari berbagai stakeholder terkait, saat melakukan pemadaman kebakaran hutan di kawasan hutan Gunung Rinjani.(IST/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) mencatat luas hutan Gunung Rinjani yang terbakar mencapai 205 hektar. Akibat kebakaran hebat ini, bahkan dua jalur pendakian yaitu Aik Berik (Loteng) dan Tete Batu (Lotim), sempat ditutup sementara.
Akademi Universitas Mataram (Unram), Dr. Hairil Anwar menyoroti kasus kebakaran yang terjadi di kawasan hutan Gunung Rinjani tersebut.

Pasalnya, selain menyumbang dampak ekstrem terhadap lingkungan, kebakaran hutan juga menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup fantastis.
Anwar mencontohkan, dalam satu pohon dapat menghasilkan oksigen sekitar 1,2 kilogram (Kg). Sementara kebutuhan oksigen manusia sekitar 0,5 Kg per orang. Dengan demikian, ketika satu pohon hilang akibat kebakaran, maka dampaknya sudah merugikan dua orang manusia.

“Kalau bicara harga karbon, 1 ton per hektar itu lima sampai delapan dolar. Bisa dikonversi nilainya itu pada kerugian ekonomi kita,” ungkap Anwar kepada wartawan.

Karena itu, kebakaran hutan seluas 205 hektar yang terjadi di Gunung Rinjani baru-baru ini, tentu sangat merugikan ekonomi masyarakat. Mengingat kebakaran itu berpengaruh langsung kepada hilangnya sumber daya alam. Seperti banyak pohon dan vegetasi hilang, terutama yang kaitannya dengan jenis-jenis vegetasi tertentu yang ada di wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).

Sebagai contoh, pada jenis pohon tertentu seperti pohon kempas. Untuk satu pohon yang berdiameter diatas 30 cm dapat menghasilkan satu kubik. Dimana nilai pasarnya bisa mencapai Rp 8 jutaan per kubik.
Artinya, dalam satu pohon kempas kerugian bisa mencapai Rp 240 juta. “Kita bisa mengakibatkan kerugian ekonomi Rp 8 juta dari satu pohon yang terbakar, jika satu pohon kempas tersebut menghasilkan 1 kubik,” terangnya.

Baca Juga :  Diktuk Bintara Polri Resmi Dimulai, Wakapolda: Jaga Fisik dan Mental

Jumlah ini tentunya selaras dengan kerugian yang dilaporkan Bank Dunia. Tahun 2019, terdapat 672.000 hektar lahan hutan yang terbakar. Berdasarkan hasil kajian Bank Dunia tentang kerugian yang dialami Indonesia akibat Karhutla (kebakaran hutan dan lahan) secara nasional, dilaporkan nilai kerugiannya mencapai Rp75 triliun.

“Dampaknya sangat besar. Karena kebakaran hutan dapat berdampak pada multiplier effect, mempengaruhi aspek hulu, tengah, dan hilirnya,” katanya.

Anwar menyebut kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dalam satu hektar memang cukup besar. Apalagi jika hutan tersebut berada di kawasan pariwisata, seperti yang terjadi di Gunung Rinjani. Kemudian ditambah lagi dampak secara ekologi, kebakaran hutan juga sudah pasti akan mengakibatkan semakin kritisnya sumber-sumber air.
“Gunung Rinjani adalah sumber mata air kita, otomatis karena kebakaran airnya ikut hilang. Bisa dihitung, berapa liter air yang hilang setiap hari dan berapa harga per liternya,” tuturnya.

Kendati demikian, Anwar memaklumi bahwa kebakaran yang terjadi di kawasan hutan Gunung Rinjani ini memang dampak dari kondisi cuaca. Terlebih dengan adanya fenomena El Nino. Sehingga ada di beberapa titik mengalami kebakaran, termasuk kebakaran hutan di Gunung Rinjani.
“Ini menyebabkan ekonomi masyarakat akan menurun. Apalagi jika masyarakatnya sangat tergantung terhadap hutan itu sendiri,” jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I BTNGR, Dwi Pangestu mengatakan selain karena angin yang sangat kencang dilokasi terjadinya kebakaran terjadi. Cuaca yang sangat panas dan juga banyaknya tebing atau jurang membuat tim penyelamat susah mendekat ke titik api, sehingga upaya pemadapan menjadi terhambat.

Baca Juga :  5.812 Pelamar Ikuti Seleksi PPPK Guru di NTB

“Utamakan keselamatan tim juga yang dari atas. Kecuali yang dari bawah bisa mendekat ke titik api untuk penangan (memadamkan api, red),” katanya.
Dwi menjelaskan awalnya kebakaran terjadi di jalur pendakian Aik Berik, Lombok Tengah. Petugas telah berhasil memadamkan api di lokasi tersebut. Namun karena pengaruh angin yang semakin kencang, kebakaran meluas ke arah timur, yaitu ke wilayah Aik Bual, Lombok Tengah dan Desa Joben, Lombok Timur.
“Kemarin di Jalur Aik Berik sudah padam. Kemudian karena angin kencang ke arah timur, sehingga kebakaran menjalar ke kawasan Aik Bual dan Joben,” ucapnya.

Dwi menjelaskan jenis vegetasi yang terbakar di kawasan tersebut, berupa rumput, ilalang, semak, perdu, serta pepohonan dengan jenis dominan cemara dan bak-bakan. Menurutnya, titik api sudah tak lagi terpantau di lokasi kebakaran pada Selasa (8/8/2023) pukul 17.00 Wita. (rat)

Komentar Anda