Keluarga Besar dan Civitas Akademika Unram Berduka

Prof. Dr. H. Muhammad Natsir, SH., M.Hum. (ist for radarlombok.co.id)

MATARAM—Kabar duka menimpa segenap Civitas Akademika Universitas Mataram (Unram). Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, telah berpulang ke Rahmatullah, Prof. Dr. H. Muhammad Natsir, SH., M.Hum, Guru Besar FH Unram, yang juga Wakil Rektor III Unram, Selasa (11/2), sekitar pukul 18.30 Wita, di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram.

“Kronoligis meninggalnya almarhum, yakni setelah main tenis lapangan, kemudian langsung pulang, dan tiba-tiba sampai rumah beliau sakit dada sebelah, dan pucat, sehingga badannya menjadi lemas,” kata Wakil Rektor II Unram, Dr. Kurniawan, saat dihubungi melalui telepon.

Diceritakan Kurniawan, almarhum sempat mendapatkan pertologan pertama, namun tidak lama beliau meninggal dunia dikediamannya. Namun untuk memastikan, keluarga beliau langsung membawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram. “Sebenarnya almarhum sudah meninggal dunia dikediamannya setelah pulang main tenis lapangan,” jelas Kurniawan, seperti yang diceritakan kerabat yang membawa almarhum ke rumah sakit.

Saat dibawa jelasnya, kondisi tubuh almarhum sudah membiru. Sehingga prediksi sementara meninggal akibat serangan jantung. “Cerita dua orang yang membawanya ke rumah sakit, tubuh almarhum sudah membiru,” ujar Kurniawan.

Untuk diketahui, almarhum Prof Natsir dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram), mengangkat karya ilmiah dengan judul “Model Alternatif Penyelesaian Konflik Komunal yang Efektif di Masa Mendatang di NTB”.

Dirinya ditetapkan sebagai Guru Besar berdasarkan surat keputusan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, melalui Nomor 24551/M/KP/2019, tentang Kenaikan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen.

Guru Besar ini diraih dengan perjuangan yang luar biasa. Sebab, pendidikan adalah salah satu tujuan untuk memanusiakan manusia. Bahkan sejak duduk di bangku SD, dirinya mengaku berasal dari keluarga yang kurang mampu. Namun itu bukan menjadi alasan untuk tidak menuntut ilmu. Karena jika ilmu sudah melekat dalam dada, maka semua akan indah, dan ini tentu adalah kebahagian yang tiada tara.

Dulu ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, almarhum sering jalan kaki dari kampung di Wera, hingga Kota Bima. Yang namanya menuntut ilmu, tentu ada kebahagian tersendiri. Meskipun harus melewati gunung sekitar 50 kilometer. Kadang almarhum juga mallui jalan pintas, menggunakan perahu kecil, atau berkuda.

Berasal dari keluarga yang memiliki keterbatasan secara ekonomi, justeru membuat Prof Natsir semakin termotivasi untuk merubah nasibnya melaluli jalur pendidikan. Prof Natsir menempuh pendidikan di SDN 1 Wora-Wera sampai kelas 3, dan selanjutnya kelas 4 di SDN 3 Bima.

Selanjutnya, Prof Natsir pindah ke Provinsi Jawa Tengah, karena menjadi Joki pacuan kuda. Sehingga ketika SMP menempuh pendidikan di Grobogan, Jateng, lulus tahun 1976. Selanjutnya SMA di Demak, Jateng, dan lulus tahun 1979.

Pulang ke Mataram, kuliah di Fakultas Hukum Universitas Mataram, dan berhasil meraih gelar sarjana tahun 1985. Sementara gelar Magister Hukum di Universitas Brawijaya, lulus tahun 2000. Dan terakhir gelar Doktor Ilmu Hukum di Universitas Brawjiaya, lulus tahun 2014.

Bagi almarhum, apa yang telah diraihnya itu tidak terlepas dari peran berbagai pihak yang telah mendorong dan membantunya. Mulai dari dukungan keluarga, fakultas, dan universitas. Khususnya sang istri tercinta, Hj. Baiq Hasniwati, S.Sos. Almarhum dikaruniai tiga putera/puteri, yaitu Nanda Ivan Natsir, SH. MH, M. Arief Sanjani Natsir, SE. MM. dan dr Rizka Naniek Natsir. (adi)

Komentar Anda