Direktur BUMD Tata Tunaq Berkah Pilih Mundur

TUNJUKKAN: Direktur BUMD Tata Tunaq Berkah Hesti Rahayu menunjukkan beras kemasan produksi BUMD.(DERY HARJAN/RADAR LOMBOK)

TANJUNG – Jabatan Direktur BUMD Tata Tunaq Berkah berakhir 2023 ini. Dalam hal ini, Direktur BUMD Tata Tunaq Berkah Hesti Rahayu  menyatakan tidak akan maju lagi.

Ia mengaku sudah satu periode memimpin BUMD sejak 2019 dan sudah saatnya memberikan kesempatan bagi yang lain. “Saya minta resign (mundur), karena saya sudah selesai dalam satu periode. Mungkin saya tidak melanjutkan lagi. Dalam posisi ini saya tinggal menyelesaikan administrasi untuk pelaporan-pelaporan,” ungkapnya, kemarin.

Soal kapan berakhir jabatan, Hesti tak tahu pasti, karena di SK tidak dicantumkan rinci tanggal dan bulan. Hanya disebutkan sampai 2023. Sehingga ia mengasumsikan bahwa itu linear dengan agenda rapat umum pemegang saham (RUPS) yang baru-baru ini sudah dilaksanakan.

Hesti mengaku sudah banyak berbuat untuk memajukan BUMD dengan kondisi keuangan yang hanya Rp 1 miliar. Sejauh ini usaha BUMD terus berjalan seperti penjualan beras dan hasil pertanian maupun perkebunan ke hotel-hotel.

Hesti mengaku bahwa rencana bisnis sebetulnya banyak. Hanya saja pihaknya kesulitan untuk mengembangkannya karena belum maksimalnya dukungan dari pemda.

Baca Juga :  Puluhan Guru ASN Belum Terima THR 2023

Dalam Perda Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Pembentukan Perusahaan Daerah, diatur soal modal. Di mana modal dasar pada BUMD Tata Tunaq Berkah Rp 100 juta dan modal Rp 3 miliar. Modal ini harus dipenuhi paling lambat dua tahun sejak pendirian. Hanya saja sejak berdiri, penyertaan modal yang disetorkan pemda ke BUMD baru Rp 1 miliar pada 2021. Sementara sisa Rp 2 miliar termasuk modal dasar Rp 100 juta itu belum disetorkan pemda.

Selain itu Hesti mengaku bahwa sejauh ini intervensi pemda untuk memperluas pasar BUMD juga belum maksimal. “Kebijakan itu yang kami perlukan. Ketika ini baru merintis di awal tentu tidak bisa bergerak sendiri. Ibarat manusia, bayi itu perlu ditopang, diajari jalan sehingga pada saatnya lepas untuk menjadi mandiri,” ujarnya.

Hesti mencontohkan dalam hal penjualan beras. Semestinya di sini ada peran pemda untuk menggaungkan “Bela Beli Produk Lokal”. “Bagaimana beras ini seperti di provinsi diinisiasi oleh BUMD-nya. Kalau kita dari 2.595 ASN (KLU) baru 201 saja atau 8,01 persen yang masuk,” bebernya.

Baca Juga :  Semua Pejabat Setda Disewakan Mobil

Selain masih kurang maksimalnya dukungan pemda, Hesti juga menyadari bahwa dirinya masih agak lamban dalam mengembangkan bisnis BUMD. Hal ini karena dirinya memegang prinsip kehati-hatian. “Sejauh ini saya mungkin terlalu berhati-hati. Saya tidak ingin core bisnis BUMD berubah. Saya ingin meskipun core bisnis sedikit tetapi dia sudah bisa shuttle. Kalau sudah bisa shuttle, kita bisa mencari bisnis lain yang bisa menopang,” ungkapnya.

Tetapi kalau dengan prinsip kehati-hatian itu kemudian dirinya dianggap terlalu lambat, maka Hesti mengaku tahu diri. “Ya saya tahu diri. Mungkin ada yang lebih dari saya. Monggo,” imbuhnya.

Diketahui, pemda tampak berhati-hati juga memberikan penyertaan modal pada BUMD yang didirikan pada masa pemerintahan sebelumnya ini. Untuk itu, pemda meminta Inspektorat melakukan audit lebih dahulu sebelum menyertakan modal. Hasil auditnya, tidak ada masalah. Terkecuali laporan yang dianggap belum mengikuti kaidah baku akuntansi. Untuk itu ada wacana pemberian penyertaan modal pada 2024. (der)

Komentar Anda