Angka Stunting di Lotim Diklaim Turun

Pathurrahman (Dok/Radar Lombok)

SELONG – Dinas Kesehatan Lombok Timur mengklaim kasus stunting mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Bahkan  mengacu pada data Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), angka stunting di Lotim setiap tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Tahun 2019 mengalami penurunan sebanyak 26,11 persen anak stunting dari 125.907 balita yang diukur. Di tahun 2020, terjadi penurunan sebanyak 23,02 persen dari 127.129 balita. Kemudian di tahun 2021 terjadi penurunan drastis  yaitu mencapai angka 18,13 persen.” Data di atas berasal dari Puskesmas setelah melakukan Posyandu, kemudian dilakukan analisa oleh Seksi Gizi Dikes Lotim. Angka Stunting kita di level rendah. Semua itu tercatat pada e-PPGBM, by name by address,” jelas Kadis Kesehatan Lotim,  Pathurrahman, kemarin.

Baca Juga :  Masbagik Fair Tampilkan Aneka Produk UMKM

Data ini sangat penting penting untuk melakukan intervensi pencegahan dan penanganan stunting.  Ia menambahkan ada dua hal intervensi penurunan stunting yang dilakukan selama ini, Yaitu intervensi spesifik lebih mengarah ke anak kekurangan gizi dan intervensi sensitif lebih mengarah ke penyakitnya.” Untuk melakukan intervensi itu, perlu kerja sama semua stakeholder di Lotim. Baik itu yang sifatnya pemerintah atau non pemerintah. Mulai dari tingkat keluarga, dusun, desa sampai ke pemerintah kabupaten,” ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikan,  penanganan stunting ini sudah masif dari tingkat bawah sampai atas. Hal tersebut  dilihat dari penurunan tiga tahun terakhir ini.  Soal terjadinya lonjakan stunting  imbuhnya, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kesehatan. Namun dipengaruhi juga oleh faktor ekonomi. Dukungan intervensi sensitif mengarah ke kesejahteraan  ibu hamil. Seperti pengadaan air bersih, perbaikan akses jalan yang dilalui ibu hamil serta faktor ekonomi, seperti lapangan pekerjaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan makanan yang bergizi.”Anak stunting berdasarkan hasil riset, kecerdasan anak stunting itu jauh kurang dari anak yang normal. Kalau kecerdasan anak itu kurang, otomatis mengganggu produktivitasnya dalam bekerja. Akan berdampak terhadap kesejahteraan ekonomi ketika sudah dewasa,” tutupnya.(lie)

Komentar Anda