Isvie Satu-satunya Perempuan Lolos ke DPRD NTB

Hj Baiq Isvie Rupaeda
Hj Baiq Isvie Rupaeda (DOK/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Konstitusi mengamanahkan 30 persen calon anggota legislatif (caleg) harus perempuan. Meski kuota tersebut telah terpenuhi, banyak partai yang asal copot saja. Terbukti, jumlah perempuan yang berhasil terpilih pada Pemilihan legislatif (Pileg) menurun, khususnya untuk DPRD NTB.

Jumlah caleg perempuan untuk DPRD NTB sebanyak 352 orang. Namun dari 352 orang caleg perempuan tersebut, hanya Hj Baiq Isvie Rupaeda dari Partai Golkar yang terpilih kembali di daerah pemilihan (Dapil) NTB III. “Ini sangat menyedihkan nasib caleg perempuan pada pileg kali ini,” ujar Hj Baiq Isvie Ruvaeda.

Pada periode 2014-2019, terdapat 6 orang anggota DPRD NTB dari kaum perempuan. Mereka adalah Hj Baiq Isvie Rupaeda dari partai Golkar Dapil NTB III, Hj Wartiah dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dapil NTB II, Hj Nurlaela Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dapil VI, Hj Rahmah Hanura Dapil V, Hj Misfalah partai Demokrat Dapil VI dan Hj Suryahartin Nasdem Dapil NTB III.

BACA JUGA: Kursi DPRD Lombok Tengah, Wajah Lama Masih Mendominasi

Isvie berhasil mempertahankan kursinya, tidak lepas dari jabatannya di partai sebagai Sekretaris DPD I Golkar NTB. Ditopang lagi dengan jabatannya yang melekat saat ini menjadi Ketua DPRD NTB. “Harapan saya sih harusnya banyak perempuan yang terpilih seperti lima tahun lalu,” kata Isvie.

Nasib Hj Nurlaela di Dapil VI, dikalahkan oleh Akhdiansyah yang merupakan Sekretaris DPW PKB NTB. Kemudian Hj Misfalah juga tidak bisa berkutik di internal partainya. Begitu pula dengan Hj Suryahartin yang perolehan suaranya dikalahkan oleh politisi baru NasDem H Khairul Rizal dan Wawan Satriawan.

Sedangkan dua anggota DPRD NTB lainnya, Hj Wartiah dan Hj Rahmah tidak lagi ikut dalam Pileg DPRD NTB. Wartiah maju ke Senayan Dapil NTB II Pulau Lombok dan Hj Rahmah tidak mencalonkan diri lagi sebagai caleg. Isvie tentu saja akan kesepian dan merasa sendiri dalam memperjuangkan nasib perempuan-perempuan NTB ke depannya. Padahal, dibutuhkan wakil rakyat dari kaum perempuan. “Selama ini kan kami ada 6 orang perempuan. Makanya sedih jika ke depan saya sendirian,” ucap Isvie.

Baca Juga :  DPRD NTB Dorong Ritel Modern Jual Produk Lokal

Hj Misfalah selaku caleg incumbent partai Demokrat yang gagal, sangat merasakan beratnya Pileg tahun ini. Bukan hanya harus bersaing dengan caleg partai lain, namun di internal partai sendiri juga harus bertarung. Sebagai caleg incumbent, Misfalah mengakui kesulitan melawan tangguhnya caleg laki-laki di lapangan. Hal itulah yang membuat caleg perempuan lainnya yang merupakan pendatang baru, lebih berat untuk bisa terpilih. “Perempuan kalah tangguh dari lelaki,” katanya.

BACA JUGA: Empat Parpol Gagal Raih Kursi DPRD NTB

Bukan hanya kalah tangguh di lapangan. Menurut Misfalah, caleg perempuan juga kalah dari segi materi. Belum lagi harus mengakui kekalahan pihak perempuan dari segi akal dan strategi politik para laki-laki.  

Rendahnya keterpilihan perempuan ini menjadi perhatian Ketua Jaringan Demokrasi Indonesia (Jadi) Provinsi NTB, Lalu Aksar Ansori. Dia menyebut Pemilu 2014 lalu telah menjadi masa keemasan bagi politisi perempuan NTB dalam kontestasi politik. Terbukti peran kaum perempuan cukup besar dalam dinamika perpolitikan di NTB.

Berbeda halnya dengan Pemilu 2019 yang dianggap kaum perempuan kurang mendapat dukungan. Bisa jadi, kalah bertarung karena berbagai faktor. “Saya melihat ada penurunan keterwakilan perempuan pada Pemilu 2019 di DPRD Provinsi NTB maupun di DPD-RI,” kata mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi NTB ini.

Berdasarkan hasil rekapitulasi suara KPU Provinsi NTB pada Pemilu 2019, memang tidak banyak nama-nama perempuan yang muncul. Paling populer, hanya Evi Apita Maya.

Pada Pemilu 2014 lalu, NTB mengirim dua anggota DPD-RI dari kalangan perempuan. Sedangkan pada Pemilu 2019 hanya satu orang saja. “Untuk DPD-RI pada Pemilu 2014 lalu ada 2 perempuan yaitu Baiq Diah Ratu Ganefi dan Hj Rabiatul Adawiyah, tapi sekarang hanya 1 perempuan yaitu Evi Apita Maya,’’ ujarnya.

Fenomena juga terjadi di DPRD Provinsi NTB. Pada Pemilu 2014 lalu, ada 6 perwakilan perempuan yang duduk di DPRD Provinsi NTB. Namun saat ini hanya satu orang saja yaitu Hj Baiq Isvie Rufaida dari Partai Golkar.

Rendahnya keterwakilan perempuan yang lolos juga terjadi di DPRD Kabupaten Lombok Utara (KLU) maupun Lombok Tengah. Bahkan untuk DPR-RI Dapil Pulau Sumbawa, tidak ada satupun caleg perempuan yang terpilih.

Baca Juga :  Raperda Usaha Budi Daya dan Kemitraan Perkebunan Tembakau Virginia Disetujui

Aktivis perempuan Nur Janah mengatakan, ada beberapa hal menjadi penyebab tren penurunan keterpilihan perempuan pada Pileg 2019. Di antaranya branding politik caleg perempuan relatif lemah, dukungan konstituen perempuan dan pemilih pemula tidak dimaksimalkan, media sosial kurang optimal dimanfaatkan, sinergi dengan NGO belum optimal, dan relatif janji politik belum sesuai dengan kebutuhan pemilih di lapangan. “Ini problem dihadapi para caleg perempuan di Pileg 2019,” ucap mantan aktivis mahasiswa tersebut.

BACA JUGA: PKS Berpeluang Rebut Kursi Pimpinan di DPRD Lotim

Dia juga menilai, di level parpol sangat cepat  mengakomodir calon deportasi dari partai lain, sehingga secara tidak langsung memastikan proses kaderisasi di internal parpol terhambat, bahkan cenderung mematikan politik caleg perempuan.

Itu lanjutnya tidak terlepas dari  perspektif parpol adalah kekuasaan,  Namun, jika cara-cara tersebut terus ditempuh,  maka akan berpotensi melemahkan penguatan kelembagaan di parpol sendiri. Karena itu, harus punya posisi tawar di internal partai,  dengan perempuan menduduki posisi strategis. Selain itu, caleg perempuan harus membangun jejaring atau relasi media, komunitas maupun NGO, serta membangun diskusi di basis konstituen. “Dan tidak kalah pentingnya, mewartakan apa yang sudah dilakukan untuk menjaga branding personal secara berkelanjutan,” terangnya.

Walau begitu. Ia meminta kepada caleg perempuan yang belum beruntung meraih kursi wakil rakyat di Pileg 2019, agar tetap menjaga semangat dan melakukan kerja-kerja politik dan pengabdian terbaik.

Baginya, keberanian para caleg perempuan berkompetisi merupakan sesuatu hal yang patut diapresiasi. Mereka berani mengambil bagian dalam mewujudkan demokrasi melalui perjuangan di parlemen. Mereka menjadi contoh nyata dalam upaya merawat demokrasi. “Ini sejatinya adalah kemenangan tertunda bagi para caleg perempuan,” ujarnya.

Namun demikian, pihaknya patut bersyukur di Pileg 2019, untuk pertama kali untuk DPR RI dapil NTB dipastikan dua tokoh perempuan terpilih mewakili NTB di Senayan. (zwr/yan)

Komentar Anda