Eks Bandara Selaparang Jadi Tempat Parkir Pesawat Komersial

Bandara Selaparang
LAHAN PARKIR : Eks Bandara Selaparang akan dijadikan lahan parkir pesawat komersial. (AZWAR ZAMHURI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi NTB H Lalu Bayu Windia mengatakan, eks Bandara Selaparang yang telah berganti nama menjadi Pangkalan Udara (LANUD) Zainuddin Abdul Madjid (ZAM) bisa digunakan sebagai tempat parkir pesawat komersial. 

Pernyataan Bayu tersebut menangkap permintaan pemilik maskapai Lion Group, Rusdi Kirana, terkait keinginannya agar ada tempat parkir pesawat. “ Kalau Lion Group mau turunkan tiket pesawat dengan syarat minta disiapkan lahan parkir, secara teknis bisa menggunakan eks Bandara Selaparang,” ujarnya kepada Radar Lombok, Jumat (1/3).

BACA JUGA: Nama Baru Bandara Ditetapkan Setelah Pilpres

Seperti diberitakan Radar Lombok sebelumnya, Provinsi NTB sebagai salah satu daerah tujuan wisata sedang mengalami masalah berat soal tingginya harga tiket pesawat dari dan ke Lombok. 

Salah satu maskapai penerbangan, Lion Group, menjamin bisa menurunkan harga tiket pesawat. Namun Pemerintah Provinsi NTB diminta membantu maskapai mengurangi biaya operasional. Salah satu caranya yakni memberikan subsidi atau insentif kebijakan seperti penyiapan lahan parkir pesawat. 

Menurut Bayu, eks Bandara Selaparang merupakan aset PT Angkasa Pura. “Angkasa Pura yang kelola, karena itu aset Angkasa Pura. Tapi bisa kita komunikasikan agar dijadikan lahan parkir pesawat, bisa kok itu. Tinggal kami menunggu arahan dari Pak Gubernur saja,” ucapnya. 

Bandara tersebut resmi ditutup sejak tanggal 30 September 2011. Ditegaskan, apabila gubernur setuju menurunkan harga tiket pesawat dengan menyiapkan lahan parkir bagi maskapai, Bayu bersama jajarannya akan segera menindaklanjuti hal tersebut. “ Statusnya sekarang bandara itu masih bisa didarati kok. Artinya secara teknis bisa. Apa dan bagaimana bentuknya, ya nanti kita komunikasi dengan Angkasa Pura selaku pengelola,” kata Bayu. 

Baca Juga :  Eks Bandara Selaparang Mulai Dilirik Investor

Apabila kebijakan tersebut diterapkan, tentu bukan maskapai Lion Group saja yang bisa memanfaatkannya. Namun maskapai lain juga harus diakomodir.

Penyiapan lokasi parkir bisa menjadi solusi konkrit atas masalah tingginya harga tiket pesawat. Mengingat hingga saat ini pemerintah pusat juga tidak mampu memberikan solusi. “ Semua pihak sudah berusaha untuk turunkan harga tiket. Tapi solusi yang bisa dipakai belum ada,” ungkapnya. 

Belum lama ini telah diselenggarakan pertemuan seluruh maskapai penerbangan. Salah satu pembahasannya tentang tingginya harga tiket pesawat. Meski telah ada pertemuan, namun tidak menemukan titik temu. Semua mengaku masih harus melakukan kajian. “Ini memang harus lintas kementerian. Termasuk BUMN, karena Angkasa Pura itu BUMN. Kementerian bicara soal regulasi. Tapi kan penurunan harga tiket akan dikaji saja katanya. Makanya kita pastikan secara teknis bisa, kalau bandara Selaparang mau dijadikan lahan parkir pesawat agar tiket bisa murah,” kata Bayu. 

Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah, mengaku terus mencari solusi untuk bisa menurunkan harga tiket pesawat. Salah satu opsi yang bisa dipakai yaitu penyediaan lahan parkir pesawat. Eks bandara dinilai bisa dimanfaatkan sebagai hanggar atau lahan parkir pesawat. “ Itu bisa menjadi salah satu solusi alternatif untuk memberikan insentif kebijakan pada maskapai. Yang penting bisa ada penurunan harga tiket dan juga memperbanyak frekuensi penerbangan dari dan ke Lombok,” ucap gubernur belum lama ini. 

Baca Juga :  Eks Bandara Selaparang Mulai Dilirik Investor

Pemilik maskapai Lion Group, Rusdi Kirana, memahami masalah penerbangan yang saat ini terjadi. Dirinya juga ingin agar segera bisa diatasi. Masalah melambungnya harga tiket menjadi persoalan baru di dunia transportasi udara di Indonesia.

BACA JUGA: Mesti Bangga dengan Nama Baru Bandara

Menurutnya, butuh kerja sama yang baik dan terpadu antara maskapai dengan pemerintah daerah. Termasuk juga dengan PT Angkasa Pura selaku pengelola bandara-bandara di berbagai wilayah. “ Maskapai Lion Group beroperasi 11 jam perharinya. Itu sebagai salah satu strategi mengejar tiket murah. Tapi dengan 11 jam menyebabkan jadwal kami sering tidak on time. Akhirnya publik protes. Lion sering diomelin karena telat atau delay melulu. Nah sekarang jadi 7 jam beroperasi, supaya bisa tepat waktu. Tapi konsekuensinya tiket nggak lagi bisa murah,” jelas Rusdi sewaktu bertemu dengan Gubernur NTB di Malaysia belum lama ini.

Untuk membantu NTB, ada solusi yang ditawarkan Rusdi. Lion Group bisa saja menurunkan harga tiket, namun harus diberikan subsidi atau insentif kebijakan dari Pemda setempat. “Misalnya Pemda menyediakan lahan untuk dijadikan tempat parkir atau hanggar tambahan bagi pesawat sehingga mengurangi anggaran maskapai,” kata Rusdi.(zwr) 

Komentar Anda