MENZAHIRKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA MELALUI PEMBELAJARAN SMART

Oleh : Drs H Hapazah, M.Pd Guru SMAN 1 Praya ((JUARA V LOMBA PENULISAN ARTIKEL ARTIKEL ILMIAH POPULER 2021)

Profil Pelajar Pancasila merupakan platform pendidikan Indonesia untuk kurun waktu lima belas tahun ke depan. Platform tersebut ditempatkan pada latar ideal (das sollen) sebagai antitesis atas kondisi nyata yang ada (das sein).

Profil Pelajar Pancasila merupakan kebijakan makro yang harus diderivasi menjadi kebijakan mikro yang aplikatif. Langkah konkret mewujudkan profil tersebut harus terurai pada program kerja yang disusun terencana oleh pihak yang bertanggung jawab mengimplementasikannya. Untuk itu, pada tulisan ini, selain disajikan deskripsi Profil Pelajar Pancasila pada Peta Jalan Pendidikan Indonesia, diuraikan pula upaya pewujudan Profil Pelajar Pancasila dan pembelajaran smart.

PROFIL PELAJAR PANCASILA PADA PETA JALAN PENDIDIKAN INDONESIA

Kemdikbud mendukung visi & misi Presiden untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila. Pada Peta Jalan Pendidikan Indonesia (PJPI) 2020−2035 tertera Profil Pelajar Pancasila. Visi yang diusung, yakni membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila. Terdapat enam karakter Profil Pelajar Panacasila berdasarkan PJPI, yakni terciptanya Pelajar Pancasila yang: 1) bernalar kritis, 2) kreatif, 3) mandiri, 4) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, 5) bergotong royong, serta 6) berkebhinekaan global (https://drive.google.com/).

Berdasarkan PJPI, pemerintah sedang membangun Profil Pelajar Pancasila sebagai SDM yang unggul. Indikator SDM unggul adalah keenam karakter yang sudah disebutkan. Keenam karakter tersebut merupakan satu kesatuan paket yang utuh. Paket dimaksud harus diikhtiarkan secara holistik, tidak secara parsial, tidak ada bagian yang termarginalkan. Sejatinya, melalui Kemdikbud, pemerintah tengah mempersiapkan pemimpin berkelas dunia, pemimpin yang memiliki daya saing bertaraf internasional.

Pewujudan keenam unsur Profil Pelajar Pancasila mesti melibatkan semua komponen bangsa. Keterlibatan itu diperlukan sebagai bentuk partisipasi publik untuk menyukseskan ambisi pemerintah menciptakan Indonesia maju 2045. Terutama para pejabat publik, gubernur, bupati, kepala dinas, bahkan guru mesti menjadi katalis yang bersinergi menzahirkan profil yang masih berupa draf dan masih direvisi.

PEWUJUDAN PROFIL PELAJAR PANCASILA DI NTB

Sejalan dengan konten PJPI yang masih ditatabenahi, Gubernur & Wakil Gubernur NTB −Zulkieflimansyah & Sitti Rohmi Djalilah− telah mencanangkan visi Membangun NTB yang Gemilang. Salah satu misi yang diturunkan dari visi itu adalah NTB sehat dan cerdas. Dengan misi ini, pemerintah NTB mempunyai program unggulan mencetak 1000 cendekia dengan memberikan beasiswa kepada pemuda pemudi NTB untuk melanjutkan studi ke keluar negeri. Pemberian beasiswa ini meliputi jenjang S-1, S-2, dan S-3. Program ini ditangani oleh Lembaga Pengembangan Pendidikan NTB (LPPNTB). Negara tujuan pengiriman mahasiswa penerima beasiswa di antaranya adalah Ceko, Malaysia, Polandia, China, dan Taiwan (Raba, 2019:90-106). Hingga Desember 2020, jumlah pemuda pemudi yang telah mendapatkan beasiswa ke luar negeri adalah 551 orang. Sementara itu, jumlah penerima beasiswa dalam negeri adalah 820 orang. Jadi, total jumlah realisasi penerima beasiswa hingga akhir tahun 2020 mencapai 1.371 orang.

Selain program pemberian beasiswa, pemerintah NTB juga menyelenggarakan program Rumah Bahasa. Program Rumah Bahasa diagendakan untuk membantu calon mahasiswa dalam penguasaan bahasa asing. Rumah Bahasa merupakan salah satu program unggulan yang dibentuk untuk mendukung berjalannya program beasisiwa. Rumah Bahasa memberikan pelatihan peningkatan dan penguatan kapasitas berbahasa asing bagi masyarakat NTB, terutama bagi penerima beasiswa yang bersekolah di luar negeri. Program pelatihan diadakan dan dipusatkan pada semua kabupaten/kota se-NTB.

Instansi terkait, yakni Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB mendukung penuh program NTB Gemilang. Slogan yang diusung Dinas Dikbud sejak awal 2020 adalah hastag Pendidikan yang Membanggakan. Hastag ini didirikan di atas empat pilar. Keempat pilar tersebut adalah Profil, Penampilan, Pelayanan, dan Prestasi (Empat P). The Power of Four P adalah titel yang disematkan pada hastag ini. Sejak dikumandangkan Kepala Dinas Dikbud NTB, Aidy Furqan, hastag ini menggema di seluruh atmosfer pendidikan se-NTB. Sekolah-sekolah terlecut untuk mengaktualisasi hastag Empat P ini. Hingga kini capaian yang diunjukkan cukup membanggakan. Terdapat sekitar 15 production based learning hasil inovasi SMK. Beberapa di antaranya adalah 1) Motor Listrik Tesha, karya SMKN Lingsar; 2) Cold Storage, karya SMKN 2 Gerung; 3) Mesin Pencacah Pakan Ternak, karya SMKN 2 Sumbawa; 4) Mesin Pengolah Kelapa, karya SMKN 1 Buer (Dinas Dikbud NTB, 2020). Produk-produk siswa SMK yang disebutkan adalah produk yang memenuhi standar industri, yang siap dipasarkan.

Baca Juga :  Apa itu Inner Child : Cara Mengenali dan Memahami Bagian Diri Lebih Dalam dengan Melihat Masa Lalu

Sejatinya, Pendidikan yang Membanggakan (dengan kekuatan empat P) dan NTB Gemilang (visi ketiga: NTB sehat dan cerdas) merupakan “jalur pendakian” yang ditempuh untuk mencapai PJPI. “Jalur pendakian” tersebut pun terkoneksi dengan proyeksi Indonesia maju 2045.

PEMBELAJARAN SMART

Salah satu pihak yang berperan besar dalam mengeksekusi PJPI adalah guru. Guru merupakan eksekutor penyelenggaran pembelajaran. Guru merupakan profesi strategis yang eksistensinya berpengaruh spektakuler bagi pencapaian tujuan pendidikan. Guru adalah aktor pendidikan yang berada di garda terdepan penyelenggara pendidikan. Pengaruhnya bagi tumbuh kembang peserta didik tidak terbantahkan. Berdasarkan penelitian, tidak kurang dari 30% pengaruh guru terhadap perkembangan peserta didik. Selebihnya, 49% ditentukan oleh peserta didik itu sendiri, 7% oleh orang tua, 7% oleh sekolah, dan 7% oleh temannya (John Hattie dalam Hapazah, 2020a:29).

Guru bertanggung jawab menggelar kegiatan belajar mengajar yang mencerdaskan. Pembelajaran yang mencerdaskan adalah pembelajaran berkelas atau pembelajaran smart (Kamus Inggris Offline). Pembelajaran smart mengedepankan mutu, sifat, atau keadaan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik dengan mengutamakan komitmen mutu adalah pembelajaran berkelas. Pembelajaran berkelas atau pembelajaran smart adalah pembelajaran berintegritas yang tidak boleh terkontaminasi oleh faktor-faktor negatif yang dapat melarutkan cita-cita dan tujuan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Pembelajaran yang mencerdaskan akan memberdayakan peserta didik mengembangkan kompetensi intelektual maupun spiritual. Kompetensi sosial dan emosional pun tidak terabaikan. Pada hakikatnya, kompetensi-kompetensi inilah yang menjadi substansi inti Profil Pelajar Pancasila yang diperjuangkan keterwujudannya.

Berdasarkan deskripsi di atas, berikutnya dipaparkan beberapa desain atau strategi pembelajaran smart yang diyakini mampu menzahirkan Profil Pelajar Pancasila. Strategi pembelajaran dimaksud sebagai berikut.

Pembelajaran reflektif dengan teknik tamatu. Penguatan pendidikan dengan “menggeleng”.  Pembelajaran dengan spirit bejengahan. Praktik pembelajaran dan penilaian HOTS. Desain atau strategi pembejalaran di atas dapat dijelentrehkan sebagaimana sajian paparan selanjutnya. Walau serbaterbatas, penjelasan yang disajikan diharapkan dapat menginspirasi dan mencerahkan.

PEMBELAJARAN REFLEKTIF DENGAN TEKNIK TAMATU

Pembelajaran reflektif  merupakan pendidikan karakter yang terintegrasi pada semua mata pelajaran. Proses pembelajaran dilakukan oleh semua guru mata pelajaran, seperti guru Matematika, IPS, IPA, Bahasa Indonesia, dan mata pelajaran lainnya. Proses pembelajaran reflektif dilakukan melalui pengaitan materi-materi yang dibahas dalam pembelajaran dengan makna di belakang materi tersebut (Kesuma, 2011:115).

Prinsip-prinsip pembelajaran reflektif, yang dilalui untuk mengimplementasikan pembelajaran reflektif adalah:

  1. Kasih sayang, merupakan dasar interaksi pembelajaran antara guru dan peserta didik. Artinya, proses transformasi nilai menjadi perilaku harus didasarkan pada kasih sayang.
  2. Keteladanan guru, merupakan sikap dan perilaku guru yang dapat diamati dan ditiru langsung oleh peserta didik. Prinsip ini merupakan landasan interaksi yang dipraktikkan untuk diperkuat pada peserta didik.
  3. Pandangan guru terhadap peserta didik. Para peserta didik adalah subjek yang sedang tumbuh dan berkembang yang pertumbuhan dan perkembangannya terkait dengan peran guru. Artinya, guru mesti menyadari bahwa dia memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap tumbuh kembangnya perilaku peserta didik (Kesuma, 2011: 120-121).

Tamatu merupakan akronim dari tanamkan, mantapkan, dan tularkan. Tamatu merujuk kepada makna cara mempelajari bahan ajar. Teknik tamatu merupakan cara mempelajari bahan ajar dengan tiga langkah utama, yakni tanamkan, mantapkan, dan tularkan. Langkah-langkah penerapan teknik tamatu dapat diuraikan sebagai berikut.

Tanamkan. Pada tahap ini guru berupaya menanamkan pemahaman yang benar tentang konsep dan hal-hal mendasar yang terkait dengan materi pelajaran dengan segala kriteria dan nilai yang dikandungnya. Berbekal pemahaman yang kuat, peserta didik akan terbantu melakukan langkah dan tahap selanjutnya.

Mantapkan. Pada tahap kedua peserta didik memperdalam dan memperkaya pemahaman yang telah tertanam sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan adalah peserta didik mengunduh dan mempelajari materi pelajaran dari media internet atau sumber lain. Materi yang diunduh adalah materi yang dapat memantapkan pemahaman mereka tentang materi pokok yang dibicarakan sebelumnya. Inti kegiatan pada tahap mantapkan ialah peserta didik mencari dan menganalisis bahan ajar yang sedang dibahas.

Baca Juga :  Ibu Hamil Tenang, Janin Senang : Kelola Stres Pada Ibu Hamil

Tularkan. Tahap ketiga aplikasi teknik tamatu adalah tularkan. Pada tahap ini kelompok peserta didik mempromosikan hasil belajar. Salah satu cara promosi yang dapat ditempuh adalah mempresentasikan hasil kerja beserta nilai yang terkandung di dalamnya. Tujuan yang ingin dicapai ialah peserta didik dapat menularkan pemahamannya kepada peserta didik lain.

PENGUATAN PENDIDIKAN DENGAN “MENGGELENG”

Sudah jamak diketahui bahwa peserta didik tidak berani menentang pendapat guru. Mereka takut mengacungkan tangan untuk membantah pendapat gurunya. Padahal, bisa jadi pendapat dan/atau argumentasi gurunya sudah jadul dan pendapat peserta didik tergolong baru gres dan up to date. Kondisi psikologis peserta didik ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Untuk merevarasi dan menguatkan kondisi tersebut, guru harus berani melakukan reformasi pembelajaran yang menumbuhkan keberanian “menggeleng” di kalangan peserta didik. Aksi menggeleng bukan plonga-plongo, menoleh ke kiri atau ke kanan karena peserta didik tidak memiliki jawaban. Akan tetapi, mereka menggeleng karena memiliki argumentasi berbeda berdasarkan kajian ilmu yang dipercaya. Tumbuhnya keberanian peserta didik untuk “menggeleng” harus diperjuangkan. Guru harus berjuang dan memberi ruang agar keberanian “menggeleng” tumbuh menjadi kebiasaan. Dengan kata lain, militansi peserta didik harus ditumbuhkan. Hal ini dilakukan untuk menguatkan pendidikan yang selama ini kronis dan akut. Dengan teknik ini, peserta didik tidak hanya menghafalkan pelajaran seperti merapalkan mantra. Akan tetapi, mereka mampu mendiagnosis sesuatu berdasarkan argumen bukan sentimen.

Beberapa bentuk kegiatan yang dapat diparktikkan guru untuk mewujudkan penguasaan kompetensi pelajaran, guru dapat mendesain pembelajaran dalam bentuk debat, problem solving, brainstorming (curah pendapat), dan sebagainya. Materi pelajaran diracik dan disajikan dalam bentuk mosi yang bisa diperbantahkan.

Pembelajaran dengan Spirit Bejengahan

“Bejengahan” dalam bahasa Sasak (Lombok) berarti ‘berlomba-lomba dalam kemegahan/kemewahan’. Makna dasar kata “bejengahan” mengarah kepada hal yang negatif. Namun, arah makna kata tersebut dapat diubah dan/atau dibalikkan kepada arah yang positif (Hapazah, 2020a:179). Pada kegiatan belajar mengajar, siprit makna kata “bejengahan” dijadikan sebagai pemicu yang memantik semangat berlomba untuk menjadi yang terbaik. Best practice penulis membuktikan bahwa setiap kelompok berusaha menjadi yang terbaik. Mereka berupaya menampilkan hasil kerja yang paling menarik, menampilkan rekaman proses yang terbaik, dan giat presentasi juga terbaik. Seluruh proses atau kegiatan dilakukan dengan motivasi yang tinggi. Semua itu merupakan indikasi bahwa pembelajaran yang digelar bersifat inovatif, baru, dan berbeda dengan pembelajaran yang dilaksanakan secara tradisional.

PRAKTIK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN HOTS

Penilaian HOTS mesti didahului oleh proses belajar mengajar yang HOTS pula. Pada galibnya, keduanya tidak beriringan. Ada guru melakukan penilaian HOTS sementara prosesnya biasa-biasa saja. Tentu hasilnya tidak maksimal. Jika proses sudah HOTS dan alat penilaian juga HOTS, hasilnya akan lebih baik daripada praktik sebelumnya. Desain pembelajaran sebagaimana diterangjelaskan pada butir 1 s.d. 3 di atas adalah proses belajar mengajar kategori HOTS. Ada beberapa kiat atau tips lain agar proses belajar mengajar dan penilaian tergolong HOTS. Di antaranya:

Guru membangun dialektika, membiasakan peserta didik bernalar dengan perspektif yang berbeda. Kiat ini mengirim pesan untuk menumbuhkan sikap kritis dan mengasah intelegensi peserta didik (Hapazah, 2020b:66-69).

Guru memberikan tugas maupan soal ulangan dengan jawaban analisis atau sintesis (level C-4, C-5, C-6 dalam taksonomi Bloom). Setakat ini, tugas maupun soal ulangan yang dibuat guru masih dominan mengingin jawaban hafalan. Sedikit sekali yang menginginkan jawaban analitis. Mestinya, tugas dan soal ulangan analitis itulah yang lebih sering dilatihkan guru.

PENUTUP


Profil Pelajar Pancasila yang dicetuskan Kemdikbud dalam PJPI (2020−2035) adalah program pagu pendidikan Indonesia saat ini. Sejalan dengan hal itu, Pemerintah Provinsi NTB telah meliris program NTB Gemilang dan Dinas Dikbud menguarkan hastag Pendidikan yang Membanggakan. Sejatinya, kedua renstra pemerintah daerah ini merupakan peta jalan pendidikan yang menopang pewujudan PJPI. Pada tataran di bawahnya, guru merupakan pionir yang mentransformasi profil yang ditetapkan. Langkah guru merealisasikan kebijakan pemerintah haruslah langkah pragmatis berefek luar biasa yang dilandasi spirit merdeka belajar. Dengan derap partisipasi yang dilakukan, pada dasarnya guru telah berkontribusi menzahirkan pemimpin Indonesia maju, Indonesia yang berkeunggulan.(*)

Komentar Anda