30 Penyuluh Pertanian Dibekali Pengetahuan Tentang Anomali Iklim

BIMTEK: Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, Muhammad Riadi didampingi Kepala Bapeltanbun Provinsi NTB, H. Hendro Yulistiono, SP.,M.Si saat membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) penyuluh IPDMIP kegiatan pengembangan kompetensi penyuluh pertanian ASN.

MATARAM–Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB melalui, Balai Pelatihan dan Perkebunan (Bapeltanbun) memberikan Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi penyuluh kegiatan IPDMIP dalam pengembangan kompetensi penyuluh pertanian ASN selama empat hari, dari tanggal 23-26 Mei 2022.

Adapun materi pelatihan Bimtek yaitu adaptasi dan mitigasi pertanian terhadap perubahan iklim.

Sebanyak 30 penyuluh IPDMIP berasal dari Kabupaten Lombok Tengah 7 orang, Kabupaten Lombok Timur 7 orang, Kabupaten Dompu 7 orang, dan Kabupaten Bima 7 orang serta penyuluh dari provinsi 2 orang diberikan bimbingan teknis (Bimtek).

PKL: Peserta Bimtek saat praktek kunjungan lapangan ke BMKG-Stasiun Klimatologi Kelas I Lombok Barat. (faisal/radarlombok)

Bimtek ini dilaksanakan dengan menerapkan metode pelatihan partisipatif yang dikombinasikan dengan metode-metode lainnya seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan dan praktik lapangan. Untuk materi bimtek, diberikan di ruang kelas Bapeltanbun yang berlokasi di Narmada, Lombok Barat.

Untuk praktik kunjungan lapangan  dilakukan ke BMKG-Stasiun Klimatologi Kelas I Lombok Barat untuk belajar langsung terkait anomali perubahan iklim. Kemudian dilanjutkan ke BPP Jonggat Lombok Tengah untuk melihat secara langsung alat penampung hujan (alat ukur curah hujan) yang masih berfungsi.

Kegitan ini diikuti antusias oleh semua peserta yang aktif bertanya dan diskusi dengan narasumbar atau pematari.

Fasilitator dan narasumber berasal dari Widyaiswara Bapeltanbun, instansi terkait, dan swasta serta perorangan.

ANTUSIAS: Peserta antusias mengikuti praktek kunjungan lapangan saat menerima materi anomali iklim di BMKG-Stasiun Klimatologi Kelas I Lombok Barat. (faisal/radarlombok)

Bimtek adaptasi dan mitigasi pertanian terhadap perubahan iklim bagi penyuluh ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan penyuluh yang akan dikembangkan di masing-masing wilayah binaan untuk meningkatkan produksi komoditas.

Kepala Bapeltanbun Provinsi NTB, H. Hendro Yulistiono, SP.,M.Si, menjelaskan bahwa kegiatan Bimtek yang dilaksanakan, berkaitan dengan anomali perubahan iklim bukan hal yang asing bagi para penyuluh pertanian karena memang hal ini sudah menjadi pekerjaan dan tanggungjawab bagi  penyuluh yang harus dikuasai.

Baca Juga :  Distan TPH NTB Terapkan Pola Tanam Tumpangsari

Anomali perubahan iklim yang mereka pelajari dalam kegiatan Bimtek kali ini lebih kepada penyegaran pemahaman karena mereka sudah mendapatkan ilmunya.

“Jadi penyegaran yang kita berikan dalam kegiatan Bimtek ini yang belum mereka dapatkan tentang materi anomali iklim,” jelasnya seusai pembukaan  kegiatan Bimtek bagi penyuluh IPDMIP yang dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, Muhammad Riadi, pada Senin (23/5/2022).

Untuk itu dalam kegiatan Bimtek kali ini, lanjut Hendro, peserta tidak hanya diberikan meteri dalam ruang saja. Namun disertai dengan praktek kunjungan lapangan. Salah satunya praktek langsung ke BMKG terkait anomali iklim.

“Bisa jadi mereka belum pernah ke sana (BMGK). Artinya ada ilmu yang mereka akan dapatkan terkait dengan anomali iklim di BMKG. Apa yang mereka dapatkan nanti saat kunjungan lapangan itu yang mereka akan pelajari,”katanya.

Tidak hanya itu, kata Hendro, selain  mendapatkan ilmu terkait anomali iklim yang dipelajari langsung ke BMKG peserta juga mendapatkan pembelajaran secara langsung panangkar curah hujan secara sederhana yang ada di BPP Jonggat Lombok Tengah. “Dan itu meraka pun sudah sering mengamati ditiap-tiap BPP,” tambahnya.

Dikatakan Hendro, output yang diharapkan pasca  dilaksanakan kegiatan Bimtek ini, dapat meningkatkan kapasitas bagi para penyuluh. Baik itu terkait dengan pemahaman anomali iklim maupun bagaimana mengukur curah hujan, melihat keadaan iklim disekitar, antara musim penghujan dan musim kemarau yang dapat meraka kuasai dalam menentukan masa tanam bagi para petani.

“Yang jelas output dalam Bimtek ini tentu banyak sekali yang mereka (penyuluh) dapatkan. Karena mereka bisa lebih banyak pengalaman dalam memberikan polusi bagi para petani terkait dengan musim tanam,” jelasnya.

Baca Juga :  Lahan Pertanian Mataram Terus Menyusut

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, Muhammad Riadi mengatakan bahwa hadirnya para penyuluh pertanian ditengah-tengah masyarakat tentu sebagai garda terdapan dalam mentransfer ilmu teknologi kepada para petani.

Sehingga penyuluh harus betul-betul paham terhadap perubahan iklim yang terjadi selama ini dihadapi oleh petani.

“Kan tidak sama setiap saat perubahan iklim. Makanya saya sampaikan, petani kita itu jangan menjadi petani tradisional tapi harus bisa membaca iklim, perubahan-perubahan iklim yang terjadi,” ucapnya.

Riadi memberikan salah satu contoh, misalnya pada bulan Juni petani harus tanam tembakau. Namun jika masih ada sisa hujan tentu risiko gagal sangat tinggi. Tapi jika dipaksakan tanam tembakau tentu harus disikapi dengan perakitan drainase.

“Dan itulah namanya dengan adapatasi iklim dan mitigasi. Maka hal seperti ini kita harapkan kepada penyuluh setelah Bimtek bisa memberikan edukasi petani terkait adaptasi perubahan iklan dan mitigasi,” harapnya.

Sebab menurutnya, ketika hal itu bisa dilakukan tentu risiko kegagalan dapat diantisipasi, terutama juga dalam pemilihan komoditas yang ditaman dapat disesuaikan dengan perubahan iklan agar tidak gagal panen.

“Makanya lewat kesempatan Bimtek ini kita bekali para penyuluh dengan pemahaman tentang perubahan iklim disertai dengan data-data curah hujan yang sudah terjadi puluhan tahun,” katanya.

Riadi juga berharap kepada peserta Bimtek agar dapat mentransfer ilmu yang ditempatkan selama kegiatan Bimtek kepada petani.

“Ini yang kita harapkan kepada para penyuluh. Agar petani kita tidak menjadi petani tradisional tapi dapat memanfaatkan teknologi yang ada dalam melihat perubahan iklim,” harapnya. (sal/adv)

Komentar Anda