Wacana Kenaikan Elpiji Melon, Ancaman untuk UMKM

Wacana Kenaikan Elpiji Melon
ist/

MATARAM –  Masyarakat serta pelaku usaha kecil mulai resah terkait dengan rencana dicabutnya subsidi elpiji 3 kg dan kenaikan harga hingga tiga kali lipat dari sekarang. Bahkan, rencana kenaikan harga elpiji melon tersebut berlaku Juli 2020 mendatang.

Rencana kenaikan harga elpiji 3 kg ini tidak hanya membuat khawatir masyarakat miskin ibu rumah tangga, tapi juga para pelaku usaha mikro yang selama ini menggunakan gas melon untuk usaha produksi mereka. Seperti usaha, nasi bungkus (nasi balap), gorengan, pedagang cilok, bakso dan lainnya. kenaikan harga tersebut otomatis akan berdampak pada biaya produksi.

“Semua sudah naik, cabai naik, daging naik, sekarang elpiji juga mau naik,” keluh kesah salah satu pelaku usaha penjual cilok di kawasan wisata Batu Layar Lombok Barat, Basri kepada Radar Lombok, Minggu (19/1).

Basri menilai kebijakan pemerintah tersebut mencekik pengusaha kecil, terlebih lagi saat ini, sudah tidak ada minyak tanah sebagai alternatif masyarakat memilih bahan bakar murah. Meskipun penggunaan satu tabung untuknya berjualan lumayan lama, namun dengan rencana kenaikan gas elpiji 3 kg ini cukup mengkhawatirkan bagi dirinya yang hanya penguasaha kecil.

“Satu tabung itu buat pemakaian dua minggu. Tapi kalau buat pakai di rumah cuma satu minggu, karena dipakai masak juga,” ujarnya.

Menurutnya, dengan akan adanya kenaikan gas elpiji 3 kg yang cukup tinggi ini akan membuat susah pelaku usaha mikro dan kecil lainnya, karena keterbatasan modal, seperti dirinya. Kenaikan yang terjadi tak tanggung-tanggung dapat mematikan pelaku usaha kecil, karena naiknya tiga kali lipat dari harga Rp 18 ribu naik menjadi Rp 34 ribu hingga Rp 40 ribu per tabung.

“Bisa kabur pelanggan saya kalau tiba-tiba dinaikan harganya. Apalagi ini kan keuntungannya ndak banyak,” ujarnya.

Tak jauh berbeda dengan Olive, salah seorang pedagang gorengan di Batulayar Lobar mulai khawatir dan resah rencana kenaikan gas elpiji 3 kg. Karena, hal tersebut semakin memberatkan usaha, dan bisa mematikan usaha kecil seperti dirinya.

“Belum naik saja sepi pembeli, bagaimana kalau sudah naik nanti. Justru buat pedagang kecil seperti saya begini makin susah,” katanya.

Senada dengan Olive, salah seorang ibu rumah tangga, Ani mengatakan jika saat ini semua kebutuhan pokok sudah naik, ditambah rencana pemerintah mencabut subsidi elpiji 3 kg, tentunya, sangat memberatkan masyarakat, apalagi penggunaan di rumah tangga sendiri cukup banyak.

“Semua mau dinaikin sama pemerintah, tapi gaji buruh tidak pernah dinaikin. Semakin kita susah saja sama pemerintah,” pungkas Ani. (dev)

Komentar Anda