Tekan Angka Stunting Lewat Pemberdayaan Masyarakat Desa

Nasrudin (Faisal haris/radarlombok.co.id)

GIRI MENANG—Menurut data Riskesdas 2013 Kemenkes, ada sekitar 37 persen, atau sekitar 9 juta anak Balita di Indonesia yang mengalami masalah stunting. Di NTB sendiri, mencapai sekitar 150 ribu anak. Sedangkan dari 65 ribu Balita di Lombok Barat, sebanyak 32 persen mengalami stunting. Namun progres penurunan angka stunting di Lombok Barat dinilai sangat baik oleh pemerintah pusat.

Pada tahun 2016, Lombok Barat mampu menurunkan angka stunting sebanyak 16 poin, yakni dari 49 persen menjadi 32 persen. Sehingga hal ini yang membuat pemerintah pusat menganggap komitmen dari kepala daerahnya (Lombok Barat) dinilai sangat baik dalam menghadapi stunting.

Progres penurunan angka stunting di Lombok Barat ini dinilai sangat baik oleh pemerintah pusat. Sehingga pada 2017, pemerintah pusat menetapkan empat daerah, termasuk Lombok Barat untuk dijadikan percontohan penurunan angka stunting.

Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lobar, juga terus ikut berupaya dalam menekan angka stunting sejak dini, dengan melakukan pemenuhan gizi pada usia 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) menjadi langkah awal mencetak anak bangsa yang sehat dan cerdas.

“Sejak awal, kita sudah anggarkan dari dana desa untuk menekan stunting, melalui pemberdayaan ibu hamil dan Balita, dengan menyediakan makan, susu dalam memenuhi makanan yang bergizi. Bahkan tahun ini kita anggarkan sampai Rp 21,5 juta untuk menekan stunting,” ungkap Sekretaris Desa Lingsar, Nasrudin, Selasa (8/10/2019).

Nasrudin juga mengatakan, sebagai bentuk keseriusan pemerintah desa mendukung program Pemerintah Kabupaten Lombok yang sudah menjadi isu bersama di tingkat nasional dalam menekan angka stunting. Pihaknya juga telah membentuk tim khusus dalam menekan angka stunting ini.

“Walapun secara data desa kami termasuk desa yang tergolong masih di level aman untuk angka stunting, tapi kami melakukan antisipasi dengan membentuk tim untuk menangani masalah stunting ini. Malahan tahun depan kita akan tambah anggarannya,” tegasnya.

Dikatakan Nasrudin, langkah seperti itu, menurutnya sebagai salah satu upaya menekan angka stunting dengan melakukan pencegahan. “Kita kan nggak mau lihat generasi yang terkena stunting gara-gara kurang asupan gizi,” ucapnya.

Sebab, stunting merupakan permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang waktu yang cukup lama. “Karena anak yang terkena stunting, pada umumnya disebabkan asupan makan mereka yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi,” sambungnya.

Karena itu, persoalan stunting ini menjadi fokus dalam pemberdayaan kepada masyarakat, terutama masyarakat yang sedang hamil, dengan memberikan tembahan gizi makanan yang dibagikan dari pemerintah desa melalui tim yang dibentuk.

Pihaknya berharap dengan melakukan pemberdayaan seperti itu, kedepan tidak ada lagi kasus stunting di wilayah Desa Lingasar. Disamping juga menekan angka kematian ibu dan anak pada saat melahirkan. “Meski angka kematian ibu dan anak waktu melahirkan belum ada, akan tetapi kita juga terus melakukan pencegahan sebelum terjadi melalui pemberdayaan masyarakat desa,” pungkasnya. (sal)

Komentar Anda