Tak Punya Modal, SPBN Labuhan Haji Mogok Operasi

SPBN Labuhan Haji
BBM KOSONG: Puluhan derigent milik para nelayan yang akan membeli BBM jenis solar di SPBN Labuhan Haji, tampak mengantri, karena stok BBM selalu kosong. Bahkan sama sekali tidak beroperasi. (M. GAZALI/RADAR LOMBOK)

SELONG — Sejak beberapa hari terakhir ini, stok bahan bakar untuk para nelayan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) Labuhan Haji, yang merupakan salah satu usaha yang dikelola oleh PT Energi Selaparang, mogok beroperasi. Hal itu disebabkan stok bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang akan dijual kepada para nelayan setempat, selalu terbatas. Sehingga para nelayan pun terkadang harus gigit jari, karena SPBN selalu kosong.

Kalaupun ada BBM, maka jumlahnya juga sangat terbatas. Akibatnya, jumlah bahan bakar yang diberikan kepada para nelayan tidak sebanding dengan kebutuhan dan jatah yang harus diterima oleh para nelayan. Dan untuk memenuhi bahan bakar, para nelayan terkadang dialihkan untuk mengambil jatahnya ke SPBN Tanjung luar.

Keterbatasan bahan bakar yang didistribusikan oleh SPBN Labuhan Haji  untuk para nelayan, juga tampak dari pantauan Radar Lombok, Senin kemarin (22/7). Dimana ratusan dirijent milik para nelayan tampak berjejer sejak pagi. Namun karena ketersediaan bahan bakar tidak mencukupi, menyebabkan antrian dirigent para nelayan menumpuk di SPBN tersebut.

Kondisi itu terus terjadi berulang, sehingga otomatis menganggu aktifitas para nelayan yang hendak beraktifitas melaut mencari ikan. “Memang tidak saya pungkiri juga. Beberapa hari terakhir ini, SPBN Labuhan Haji memang tidak beroperasi,” kata Kepala Bagian Jasa dan Energi SPBN Labuhan Haji, Baihaki, ketika dikonfirmasi kemarin.

Namun ketika ditanyakan, yang bersangkutan tidak bersedia memberikan penjelasan secara lebih rinci, apa penyebab dan kendala SPBN itu sering macet beroperasi. Alasannya, karena itu menjadi kewenangan dari pimpinan PT Energi Selaparang untuk memberikan penjelasan. “Lebih baik tanya langsung ke manejemen,” kelitnya.

Dia mengatakan, dari dua SPBN yang dikelola oleh PT Energi Selaparang, hanya yang di Labuhan Haji saja yang sering macet. Sedangkan SPBN di Tanjung Luar masih tetap beroperasi secara normal, meski di waktu tertentu, stok bahan bakar yang akan didistribusikan kepada para nelayan terkadang juga sangat terbatas.

“Tapi kita tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar nelayan di SPBN Labuhan Haji, meski jumlahnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tentunya pasokan bahan bakar ke SPBN tersebut juga disesuaikan dengan kemampuan perusahaan (PT Energi Selaparang red),” ujar dia.

Dari dua SPBN tersebut lanjut dia, untuk SPBN Tanjung Luar paling tidak per hari menyiapkan bahan bakar sekitar 3 ton sampai 4 ton. Sementara di Labuhan Haji tidak tentu, tergantung ketersedian modal untuk menebus bahan bakar dari pihak penyalur.

Karenanya, dia tidak memampik, kalau SPBN Labuhan Haji sering macet beroperasi selama beberapa hari terakhir ini, penyebabnya karena  terkendala modal untuk menebus BBM dari penyalur. “Yang pasti, stok BBM yang dibutuhkan dalam satu bulan sebanyak 15 ton. Dalam sehari terkadang bisa terjual sampai 1 ton,” singkatnya.

Terpisah, Plt Dirut PT. Energi Selaparang, H. Zainal Abidin ketika di konfirmasi juga juga mengakui, kalau SPBN Labuhan Haji ini memang sering macet boroperasi. Hal tersebut kata dia, disebabkan karena pihaknya terbatas modal untuk menebus bahan bakar yang akan dipasok ke tempat itu.

Dimana untuk 16 ton solar, mereka harus menebus dari Pertamina dengan harga sekitar Rp 88 juta. Sementara modal  tunai yang dimiliki perusahaan sangat terbatas, setelah ditinggal pimpinan sebelumnya. “Tidak ada modal yang ditinggal oleh pimpinan sebelumnya untuk membeli bahan baku ini. Makanya terpaksa kita harus  gali lobang tutup lobang,” ujarnya.

Keterbatasan modal yang dimiliki Energi Selaparang katannya, memaksa dia harus mengambil sejumlah kebijakan untuk mengefisiensi pengeluaran. Salah satunya dengan melakukan rasionalisasi atau merumahkan sejumlah karyawan. Mengigat modal berjalan yang ditinggalkan oleh pimpinan sebelumnya hanya sebesar Rp 108 juta saja. Sementara pengeluaran yang harus dihabiskan untuk menunjang sejumlah operasional usaha yang digeluti oleh Energi Selaparang, baik itu usaha air kemasan Asel, dan SPBN, belum lagi gaji karyawan, sangat besar.

“Misalnya kalau ada modal kita gunakan untuk menebus bahan baku air minum dalam kemasan (AMDK), sehingga tidak ada yang kita pakai beli solar. Sebaliknya kalau kita pakai untuk tebus bahan bakar minyak, maka tidak ada yang kita pakai menebus bahan baku AMDK. Begitu seterusnya,” keluh Zainal.

Disisi lain, statusnya sebagai direktur utama yang masih Plt, membuatnya belum bisa berbuat banyak. Karenanya kata dia, agar semua usaha yang dikelola oleh PT Energi Selaparang ini, baik itu AMDK Asel maupun SPBN bisa dikelola dengan baik. Maka pihaknya meminta supaya Bupati Lotim, segera mendefinitifkan status jabatan Dirut perusahaan tersebut. “Kita sudah layangkan surat ke Pak Bupati. Tapi masih belum ada tanggapan dari Pak Bupati,” singkat dia. (lie)

Komentar Anda