Santuni Anak Yatim, Warga Wakan Kabupaten Lombok Timur Gelar Ritual Bale Beleq

Warga Sayangkan Dispar Tidak Hadir

Warga Wakan Kabupaten Lombok Timur Gelar Ritual Bale Beleq
RITUAL BALE BELEQ: Masyarakat Desa Wakan, terlihat berkumpul di Bale Beleq (rumah besar), untuk melaksanakan ritual Bale Beleq, yakni menyantuni anak-anak yatim. (IRWAN/RADAR LOMBOK)

Ratusan masyarakat Desa Wakan, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), kembali merayakan ritual Bale Beleq (rumah besar). Bale Beleq merupakan tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat, dan merupakan peninggalan Baloq Imut atau Baloq Muttaqin atau Masmirah.


JANWARI IRWAN – LOTIM


LOKASI Bale Beleq sendiri berada di tengah-tengah perkampungan Dusun Wakan, yang letaknya berbukit. Setiap bulan ke 7, berdasarkan penanggalan (kalender) Sasak, di tempat ini selalu dilaksanakan ritual untuk menyampaikan hajat pada Allah SWT. Waktu pelaksanaan ritual juga bukan sembarangan, tetapi harus dicari antara tanggal 7, atau tanggal 17, atau tanggal 27.

Baca Juga :  Brigadir Komang Wahyu, Peraih Emas Pon dan Sea Games Pencak Silat

Menurut Jumedan Hasri, warga setempat, Bale Beleq memiliki tiga Mangku (juru kunci/penjaga), yang diwariskan secara turun-temurun. Ketiga mangku tersebut, yakni H. Rifai, Amaq Rohan, dan Amaq Mini.

Mereka menjadi Mangku tanpa melalui proses pemilihan, tetapi turun-temurun dari nenek moyangnya. Cerita masyarakat, warga yang sakit kerap mencari “syarat” untuk kesembuhannya di Bale Beleq ini. “Begitu juga mereka yang memiliki hajat, seperti berharap jabatan tertentu dan sebagainya,” ungkap Jumedan.

Bale Beleq selama ini memang dikenal orang untuk mencari wangsit, atau untuk mendapatkan petunjuk. Masuk kedalam ruangan Bale Beleq yang berukuran sekitar 5×4 meter ini, juga harus dalam keadaan suci. Saat mencari petunjuk, terlebih dahulu harus salat istikharah, hajat, dan tahajud, baru kemudian berdoa, atau membaca tasbih dan amalan lainnya.

Disampaikan Jumedan, ritual Bale Beleq yang dilaksanakan pada Kamis hari ini (16/11), atau pada penanggalan Sasaq jatuh pada tanggal 27, juga dilakukan sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Allah SWT, atas rahmat yang diberikan-NYA.

Pelaksanaan kegiatan ritual ini, Mangku mengumpulkan anak-anak yatim untuk diberikan bantuan. “Biasanya dalam pelaksanaan ritual Bale Beleq ini ada anak yatim yang disantuni, dan itu sudah menjadi tradisi setiap ritual dilakukan,” jelasnya.

Baca Juga :  Mi6 dan Publik Institut NTB Khawatir Tanggalan Sasak Warige Masuki Fase Punah

Meski berjalan dengan baik dan lancar, namun masyarakat Dusun Wakan juga merasa kecewa, dengan tidak adanya pejabat daerah yang hadir dalam acara ini, seperti Dinas Pariwisata (Dispar) Lotim, yang bahkan tak ada satupun pejabatnya yang datang untuk mewakili. ”Dinas Pariwisata kita sudah undang. Bahkan Walikota Mataram juga kita undang, tapi tidak hadir dengan alasan sedang berada di Jakarta,” ujar Jumedan kecewa.

Sementara itu, Pemerhati budaya NTB, Lalu Satriawangsa, pada kesempatan itu mengatakan, bahwa tradisi dan budaya merupakan ekspresi dari nilai masyarakat. Dimana NTB sendiri, bahkan di Indonesia banyak sekali tradisi-tradisi masyarakat yang terus diselenggarakan. ”Untuk ritual Bale Beleq ini merupakan peninggalan Guru Masmirah, yang tentunya banyak ilmu yang sudah diturunkan kepada orang tua kita,” jelasnya.

Karena itu dia berharap kepada masyarakat, apa yang menjadi tradisi dan peninggalan leluhur harus tetap dijaga. Merayakan peninggalan leluhur merupakan suatu cara masyarakat berkomunikasi dengan leluhurnya.

Baca Juga :  Kreativitas Ahmad Ritaudin, Pemilik Usaha Kopi Awet Muda Lombok

“Semoga dengan digelarnya acara ritual ini, apa yang kita minta kepada Allah SWT bisa terkabul. Terpenting apa yang menjadi peninggalan leluhur, semoga tetap dilestarikan,” pungkasnya. (*)

Komentar Anda