Pedagang Mengeluh Pasar Kotor, Petugas Mengeluh Belum Digaji

TANJUNG – Para pedagang di Pasar Pemenang mengeluhkan kondisi pasar yang sangat memprihatinkan. Sampah berserakan di mana-mana. Tidak ada lampu penerang hingga penjaga malam.

Salah satu pedagang, Bahar mengatakan bahwa selama ini para pedagang tetap dimintai pungutan oleh petugas. Ada yang setiap hari dan ada juga per bulan. “Untuk yang setiap bulannya itu sebesar Rp 10.000 ke Bapenda. Kemudian ada juga Rp 500 per hari untuk uang jaga,” ucapnya, Selasa (7/11).

Hanya saja kata Bahar tidak ada perhatian dari pemda terhadap kondisi Pasar Pemenang. Buktinya sampah saja dibiarkan menumpuk berhari-hari. Salah satunya di samping musala pasar. “Ini yang membuat kami miris,” ucapnya.

Selain sampah, lampu di pasar juga. Jika bukan karena inisiatif dari masyarakat sekitar yang membeli kabel dan balon, maka pasar dibiarkan gelap gulita. “Padahal sudah lama kami ajukan tetapi tidak direspons. Terutama lampu yang ada di depan pasar,” keluhnya.

Bahar pun mempertanyakan ke mana uang yang selama ini dipungut dari para pedagang. Para pedagang sudah memenuhi kewajiban. Hanya saja apa yang menjadi hak-haknya tidak didapat. Yakni hak berjualan dengan aman dan nyaman. “Jadi wajar kami pertanyakan ke mana uang yang dari kami dan dipergunakan untuk apa,” ucapnya.

Baca Juga :  Tak Diangkut Berhari-hari, Sampah Menumpuk di Dermaga Gili

Kepala Pasar Pemenang, Bagus Putra Karisma mengatakan bahwa persoalan yang ada di pasar tidak bisa semuanya diserahkan kepadanya. Sebab ada beberapa instansi yang mengelola Pasar Pemenang. “Untuk sampah itu urusan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Tetapi itu sudah kita bantu fasilitasi sehingga masalah sampah sudah klir sekarang. Sudah diangkut,” ucapnya.

Pihaknya dalam hal ini kata Bagus merupakan perwakilan dari Bapenda yang bertugas menarik sewa ruang dan retribusi cukai. Di mana sewa ruang atau tempat sebesar Rp 10.000 per bulan. Kemudian retribusi cukai yang ditarik setiap harinya. “Ada yang Rp 1.500 dan 2.500 per hari. Itu tergantung tempat yang disewa. Untuk yang Rp 1.500 itu biasanya untuk pedagang bakulan,” jelasnya.

Selanjutnya untuk uang jaga dan lampu itu sebesar Rp 500 per hari. Itu ditarik oleh salah seorang juru pasar. Terkait tidak ada lampu di pasar Pemenang jelasnya, itu tidak benar. “Sudah ada lampu. Kalau yang di depan pasar ada juga tapi mati. Dan Bapenda tidak ada kewajiban untuk mengurus itu. Itu urusan juru pasar,” sebutnya.

Terkait sampah, salah seorang petugas kebersihan di Pasar Pemenang, Zainur mengatakan bahwa pihaknya tidak melakukan kewajibannya selama ini karena belum digaji selama 2 bulan. Yaitu September dan Oktober 2023. Per bulannya digaji Rp 1.000.000.

Baca Juga :  Komisaris BUMD Tata Tunaq Berkah Ikut Mundur

Ia sudah mempertanyakan hal ini ke DLH tetapi tidak ada kepastian. “Kami hanya disuruh menunggu saja. Tetapi selama ini tidak ada uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bagaimana kami semangat untuk kerja kalau tidak ada kepastian,” ucapnya.

Kepala UPT Persampahan DLH KLU Hendrayadi mengatakan bahwa ada keterlambatan pembayaran gaji untuk tenaga kebersihan di Pasar Pemenang. Begitu juga di tempat lainnya. “Itu sudah dianggarkan di APBD perubahan. Makanya kami minta menunggu. Bukan tidak ada kepastian tetapi ada miskomunikasi saja kemarin,” ungkapnya.

Bahkan bukan hanya petugas kebersihan, untuk biaya operasional juga sempat macet sehingga pengangkutan sampah tidak bisa setiap hari. “Awalnya setiap hari dilakukan pengangkutan,” ucapnya.

Diakui memang ada keterbatasan anggaran yang ada di DLH. Jika mengandalkan dari retribusi, itu hanya Rp 3.000 per pekan dari para pedagang. Itu jelasnya tidak cukup untuk menggaji petugas dan biaya operasional. “Tetapi insyaallah jika APBD perubahan sudah bisa dieksekusi aman semua,” ungkapnya. (der)

Komentar Anda