Paska Ditutup, BI Pantau Money Changer Tak Berizin

BI Pantau Money Changer Tak Berizin
PENERTIBAN: Pihak BI, dengan dibantu Kepolisian ketika melaksanakan penertiban salah satu money changer di kawasan Gili Trawangan, karena tidak mengantongi ijin. (DOK/RADAR LOMBOK)

MATARAM—Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) telah menertibkan sebanyak 32 perusahaan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) atau lebih dikenal dengan ‘money changer’, kini BI NTB terus gencar memantau aktivitas perusahaan yang telah ditutup tersebut .

“BI NTB akan tetap memantau dan akan menertibakn perusahaan KUVPA BB atau money hanger yang operasional tanpa mengantongi izin,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Wahyu Yuana Hidayat, Senin kemarin (15/5).

Sebelumnya setelah memberikan peringatan dan waktu untuk pengurusan izin hingga tanggal 7 April 2017, akhirnya Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, bekerja sama dengan kepolisian, melakukan penertiban tempat penukaran mata uang asing Money Changer atau yang dikenal dengan sebutan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB).

Kegiatan penertiban tahap pertama di sejumlah wilayah di Provinsi NTB, salah satunya di kawasan Gili Terawangan, Lombok Utara dan Kota Mataram, Lombok Tengah dan Lombok Timur, serta di kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat telah dilaksanakan pada tanggal 2 – 4 Mei 2017 terhadap pelaku kegiatan penukaran valuta asing tanpa izin di Provinsi NTB.

Baca Juga :  RSUD Usulkan Izin Operasional UTD

Penertiban tahap pertama ini dilakukan terhadap 40 KUPVA BB tidak berizin. Dari jumlah tersebut, ditemukan sebanyak 2 KUPVA telah menghentikan kegiatannya, 4 KUPVA BB telah mengajukan izin ke Bank Indonesia, dan 34 KUPVA BB telah dilakukan penertiban dengan penutupan lokasi usaha atau penghentian kegiatan penukaran valuta asing.

Wahyu mengatakan, penertiban perizinan bagi KUVPA BB ‘money changer’ ini sebagai salah satu upaya untuk menghindari penggunaan KUVPA BB yang bisa sajan digunakan untuk kegiatan ilegal seperti  ‘money laundring’ atau tindak pidana pencucian uang  seperti kejahatan terorisme, narkoba, korupsi dan lainnya.

Begitu juga untuk perlindungan konsumen, konsumen mendapat kepastian kualitas pelayanan yg baik, mulai dari nilai tukar yang wajar serta terhindar dari penipuan dalam hal uang palsu.

Selanjutnya untuk mempermudah pengawasan oleh BI menjadikan KUVPA BB  memiliki standar pelayanan yang baik. Selain itu untuk perekonomian daerah dampaknya akan positif, wisatawan yg datang akan lebih nyaman dan aman, sehingga kunjungan wisatawan akan bertambah.

Baca Juga :  Perizinan Didominasi Pengusaha Kecil

“Kewajiban penggunaan rupiah di Indonesia sehingga ‘money changer’ ini keberadaan  menjadi sangat vital untuk mendukung pemberlakuan transaksi menggunakan Rupiah,” kata Wahyu.

Sementara itu data KUPVA BB tidak berizin merupakan bentuk pelaksanaan kebijakan BI dan sifatnya dinamis merupakan penertiban yang pertama tentunya akan terus dilakukan sehingga data nya akan terus berkembang.

Data penertiban 40 KUPVA, 2 tidak buka, 6 proses perizinan dan 32 penertiban. KUPVA BB berizin  di NTB ada 12 dimana 9 berkantor pusat di NTB, 3 diluar NTB dimana jaringan kantor 16 kantor baik KP maupun KC dengan sebaran Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Utara.

“Kami tetap mengimbau kepada KUVPA BB yang belum berizin untuk segera mengurus perizinan ke BI NTB. Karena BI akan tetap memantau dan menertibkan KUVPA BB yang tidak berizin dan menindaknya sesuai hukum yang berlaku,” tutupnya. (luk)

Komentar Anda