RSUD Usulkan Izin Operasional UTD

Haryani (HERY MAHARDIKA/RADAR LOMBOK)

TANJUNG-Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung mengusulkan izin operasional Unit Transfusi Darah (UTD) dan donor darah ke Pemkab Lombok Utara.

Dengan adanya izin operasional ini, maka pihak RSUD akan bisa mengadakan donor darah sendiri tanpa sepenuhnya bergantung kepada Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi NTB. Karenanya, pihak RSUD berharap pemerintah daerah dapat menyetujui usulan tersebut. “Kami sudah mengusulkan per bulan Oktober lalu ke pemda pengurusan izin. Kalau ini disetujui, maka kami bisa melakukan donor darah sendiri dan tidak tergantung PMI,” terang Kabid Penunjang RSUD Tanjung, Haryani, Selasa (20/12).

Diakuinya, pihaknya  memang sudah memiliki bangunan bank darah saat ini, namun baru sebatas menyimpan. Karena itu, pihaknya mengusulkan supaya kedepan pihak RSUD Tanjung bisa melakukan donor darah sendiri, dengan melibat instansi pemerintah daerah. Sejak usulan, pihaknya sampai saat ini masih menunggu persetujuan dari pemerintah daerah. Selama izin operasional belum keluar, maka sampai saat ini pihaknya masih mengambil di PMI. “Kedepan bisa melakukan donor darah, sehingga kebutuhan darah selalu tersedia,” harapnya.

Baca Juga :  Diduga Tak Berizin, Tim Datangi Vila Gili Gede

Sementara sarana prasarana di bank darah sudah lengkapnya semuanya. Hanya saja saat ini masih kekurangan tenaga medis tinggal dua orang. Kebutuhan idealnya delapan orang, ditugaskan dua orang pada malam hari, dua orang pada siang hari, dan dua orang pada pagi hari, dan dua orang libur. “UTD ini sangat penting supaya lebih dekat pelayanan dalam pengambilan darah,” tandasnya.

Dikatakan, bahwa meningkatnya kasus demam berdarah tidak membuat kebutuhan darah berkurang. Malah sampai saat ini stok darah masih aman. Untuk menyimpan darah tidak bisa lama-lama, maksimal semingg sudah bisa didistribusikan. “Stok darah hingga saat ini masih mencukupi,” ungkapnya.

Baca Juga :  Pemkot Mataram Tolak Permohonan Izin Perumahan

Pihaknya saat ini masih mengharapkan PMI. Untuk menghabiskan darah rata-rata per bulan mencapai Rp 20 juta atau 60 kantorng darah. Dalam satu kantong darah seharga Rp 350 ribu. Yang paling banyak menggunakan darah kecelakaan, sedangkan demam berdarah tidak semuanya membutuhkan darah. Bagi pasien yang memiliki kartu BPJS maupun bansos tidak membayar. “Satu pasien tergantung anemia (kebutuhan darahnya), misalkan anemia HB di bawah 6 ia membutuhkan 2-3 kantong darah. Darah yang selalu dibutuhkan golongan O dan B. Ketika terjadi kekurangan di PMI, maka kami mencari korban pasien untuk transfusi darah,” pungkasnya. (flo)

Komentar Anda