MUHAMMAD JAELANI, MAHASISWA PENCIPTA APLIKASI PEMASARAN SAY-PINTAR

PENGHARGAAN: Bendahara JMSI NTB, Ahmad Ikliluddin, menyerahkan penghargaan kepada Muhammad Jaelani, atas karya tulisnya bertemakan “Ekonomi bisnis pemasaran sayur berbasis android syariah”, yang digelar JMSI NTB belum lama ini. (RATNA/RADAR LOMBOK)

Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), merupakan wilayah penghasil produk pertanian yang cukup besar, kualitas terbaik, dengan lingkungan yang mendukung. Berbagai komoditi pertanian dapat tumbuh di wilayah ini. Hanya saja, akibat terkendala pemasaran membuat para petani menjadi tidak beruntung.

MELIHAT potensi produk pertanian yang cukup besar di Kecamatan Sembalun itu, namun terganjal soal pemasaran. Menginspirasi Muhammad Jaelani, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Mataram (Unram), menciptakan sebuah aplikasi yang diberi nama “Say-Pintar”, yakni sebuah platform ekonomi bisnis pemasaran sayur berbasis android syariah.

Aplikasi ini memang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan para petani sayur di Sembalun. “Kita tau bahwa Sembalun punya hasil pertanian yang banyak dan beragam, seperti wortel, kentang, kol, seledri serta beberapa sayur mayur dan buah-buahan lainnya. Saya membuat aplikasi Say Pintar ini untuk membantu pemasaran hasil tani langsung dari petani, dan tidak lagi dari pengepul. Dengan begitu petani akan lebih untung,” kata Jaelani.

Jaelani pemuda asli Narmada, Kabupaten Lombok Barat ini menyebut, kehadiran Say-Pintar telah disambut baik oleh petani dan konsumen, karena dapat mempersingkat rantai pasok. Menghubungkan petani langsung dengan konsumen, sekaligus dapat mengurangi ketergantungan para petani dengan tengkulak atau pengepul.

Baca Juga :  RAHASIA UMUR PANJANG NENEK 113 TAHUN DI PSLU MANDALIKA MATARAM

“Selama ini para petani lebih banyak menjual hasil pertanian dalam jumlah besar ke tengkulak. Hal ini menyebabkan petani tidak memiliki daya tawar yang kuat untuk menentukan harga produsen,” ujar Jaelani.

Persoalan yang sering terjadi saat ini, menurutnya hasil pertanian Sembalun dibeli oleh pengepul dengan harga yang jauh lebih rendah. Sementara ketika sayur sudah ditingkat konsumen, harganya jauh lebih mahal. Hal ini lantaran rantai distribusi pemasaran dari petani sangat panjang.

Karena itu, untuk memotong rantai pasar yang panjang itu. Diciptakanlah sebuah aplikasi yang langsung menghubungkan petani dengan konsumen. Teknologi informasi dan komunikasi ini berperan penting dalam pemasaran produk pangan, khususnya sayuran, sehingga menjadi lebih efisien.

“Pengembangan rantai pasok yang berbasis digital, merupakan keharusan dalam mengatur interaksi antara stakeholder, petani, pengelola dan pelanggan,” terangnya.

Penggunaan teknologi digital juga merupakan value added bagi usaha sayuran dalam memenangi persaingan. Kondisi dan pendekatan ini yang dilakukan pula oleh Say-Pintar.

Baca Juga :  KISAH INSPIRATIF JIZUN, PEMUDA LOMBOK RAIH GELAR DOKTOR DI AMERIKA

Satu lagi kelebihan aplikasi Say-Pintar dibandingkan dengan aplikasi pemasaran digital lainnya yang sudah berkembang di masyarakat. Say-Pintar berbasis syariah. Dimana keuntungan dihitung berdasarkan sistem bagi hasil.

Artinya, saat produk atau sayuran dijual di platform Say-Pintar. Maka itu sudah melalui akad atau kesepakatan dengan pihak petani. Dimana tarif dan keuntungan atas penjualan produk dari aplikasi tersebut, diketahui langsung oleh petani.

“Mungkin sudah banyak e-comers yang menjual sayuran. Tapi yang membedakan Say-Pintar ini adalah kita menerapkan sistem syariah. Semuanya transparan. Mulai dari harga beli dan jual atas kesepakatan petani. Tentu hasilnya petani akan lebih diuntungkan, karena harganya jauh lebih besar dari pengepul,” ujarnya.

Dikatakan Jaelani, berbagai rancangan program berbasis digital yang mengatur hubungan dengan petani dan pelanggan telah disiapkan. Ke depan pihaknya akan mengembangkan Say-Pintar yang dilengkapi dengan portal payment.

“Tujuannya adalah untuk mempermudah pelanggan dalam melakukan transaksi, dan mempercepat proses pengiriman. Saat ini, soal itu yang masih menjadi kendala kita. Proses pembayaran dan mencari lokasi petani terdekat,” pungkasnya. (BUDI RATNASARI-LOMBOK TIMUR)

Komentar Anda