Montong Beter Kembangkan KotoranTernak Jadi Biogas

H. Mujahid Pauzan Muhlis (JANWARI IRWAN/RADAR LOMBOK)

SELONG—Desa Montong Beter, Kecamatan Sakra Barat, berhasil mengembangkan kotoran ternak menjadi biogas sebagai bahan memasak sehari-hari. Kepala Desa Montong Beter, H. Mujahid Pauzan Muhlis mengatakan, pengembanagan ternak hewan ke biogas ini berawal dari keluhan masyarakat yang sering mengalami kelangkaan elpiji, selain juga harganya terus meningkat dari waktu ke waktu.

“Secara kebetulan di wilayah Desa Montong Beter ini banyak masyarakat yang memelihara sapi. Dengan dasar itu kita coba mengembangkan kotoran ternak sapi menjadi biogas,” kata Mujahid, Senin kemarin.

Dikatakan, pengelolaan kotoran ternak sapi menjadi biogas sudah dijalankan selama hampir lima tahun, dengan hasil perhari mencapai 4 kubik biogas. Biogas itu kemudian disalurkan ke beberapa kepala Keluarga (KK) yang ada di Dusun Presak, Desa Montong Beter.

“Untuk biogas hasil kotoran ternak sapi yang sebanyak 6 kubik itu, jarak yang bisa dijangkau kurang lebih sekitar 300 meter dari tempat pengolahan. Sedangkan untuk yang 4 kubik, jarak pendistribusian yang bisa dijangkau hanya sekitar 30 meter saja,” jelasnya.

Adanya biogas dari kotoran sapi ini, Dusun Presak kini sudah tidak lagi mengalami kelangkaan elpiji atau bahan bakar lainnya. Masyarakat setempat hanya diminta mencari kotoran sapi yang merupakan bahan baku pembuatan biogas.

Mengingat Desa Montong Beter merupakan desa peternak yang sudah mendapat juara ditingkat kebupaten, tentu tidak sulit mendapatkan kotoran sapi yang banyak. Saat ini kotoran sapi yang dijadikan sebagai bahan baku pembuat biogas hanya sekitar 30 ekor sapi saja, yang dikelola oleh Kelompok Pade Angen.

“Jika tidak ada kotoran sapi, masyarakat bisa membeli kotoran sapi dari pedusunan sebelah, dengan harga Rp 1.500 per karung, sehingga bisa menggunakan biogasnya kembali,” paparnya.

Sementara itu, kotoran yang telah diolah mejadi biogas tidak langsung dibuang begitu saja, melainkan diolah kembali menjadi pupuk organik yang bisa digunakan oleh petani sekitar. ”Jadi sisa dari pengolahan itu kita gunakan kembali sebagai pupuk organik yang sangat banyak manfaatnya,” pungkasnya. (cr-wan)

Komentar Anda