Desa ini menyimpan potensi wisata yang besar, sebuah pulau yang juga didiami berbagai etnis. Karena laut adalah sumber kehidupan, warga setempat juga melakukan langkah-langkah penyelematan dari kerusakan biota.
Rasinah Abdul Igit – Giri Menang
Gili Gede adalah salah satu pulau di Desa Gili Gede Indah Kecamatan Sekotong. Luas wilayah desa Gili Gede Indah mencapai 317 Ha. Potensi SDA ini terdiri dari tanah sawah irigasi, sawah irigasi 1/5 teknis dan sawah tadah hujan. Dari 317 Ha luas wilayah desa, seluruhnya terdiri dari gili atau pulau kecil yang seluruhnya berada di tengah laut. Gili Gede sendiri memiliki luas 220 Ha, Gili Layar 55 Ha, Gili Rengit 29 Ha, dan Gili Anyaran seluas 18 Ha. Desa Gili Gede Indah terdiri dari 5 dusun. Hampir 90 persen persen penduduk Gili Gede adalah nelayan. Awal mulanya mereka datang dari Bali. Dalam perjalannya datang pula warga suku Bugis dan menetap.
Desa ini bisa bisa dicapai melalui pesisir Pelangan Sekotong, menggunakan perahu hanya beberapa menit saja. Banyak hal yang menjadi daya tarik pulau kecil ini, yang utama adalah panorama laut yang terhampar luas sejak menuju pulau. Dari gili ini wisatawan juga bisa menyusuri gili-gili kecil tak berpenghuni seperti Gili Layar, Gili Asahan, Gili Anyaran, Gili Lontar dan Gili Poh. Semuanya mememiliki geografis yang berbeda-beda. Seperti halnya sebagian besar kawasan perairan Sekotong, Gili Gede memiliki ombak yang tenang.
Perjalanan tidak akan seru tanpa mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat setempat. Mencari ikan adalah keseharian warga. Di beberapa titik pantai terdapat perahu nelayan yang ditambatkan secara rapi. Setiap hari mereka mencari ikan di perairan Selat Lombok. Jika pada waktunya, tangkapan mereka berupa ikan tongkol dalam jumlah besar. Hasil tangkapan tongkol warga setempat kemudian diolah sederhana dan dipasarkan ke luar. Saat tidak melaut, sebagian nelayan menghabiskan waktu memperbaiki jala, perahu dan alat-alat tangkap mereka.
Warga Gili Gede tidak bisa memaksimalkan air sumur setempat untuk perluan minum dan memasak karena rasa air yang payau. Untuk kebutuhan ini mereka membeli air dalam bentuk kemasan galon di daratan seberang. Beruntung warga mendapat bantuan pengadaan air bersih dari pemerintah pusat. Pemerintah menginginkan agar air tidak menyulitkan hidup mereka.
Tidak hanya panorama laut yang indah. Di perairan sekitar Gili Gede terdapat terumbu karang yang masih terjaga dengan baik. Masyarakat secara bersama-sama menjaga keberadaan terumbu karang untuk keberlanjutan biota laut.
Menurut penuturan tokoh setempat, Farhan, praktek pengeboman ikan pernah marak pada tahun 80-an. Praktek tidak terpuji ini tidak hanya mematikan ikan beserta telurnya, tetapi juga merusak terumbu karang. Warga menyadari hal ini sebagai ancaman. Mereka lalu membuat awik-awik (aturan adat). Siapa yang terbukti melakukan pengeboman ikan, akan dihukum dengan hukum adat selain mempertanggungjawabkannya juga secara hukum formal. Kini tidak ada ditemukan praktek semacam itu.
Program transplantasi terumbu karang di sini juga terbilang sukses meski belum menunjukkan hasil maksimal. Warga melakukan transplantasi terumbu karang untuk membantu pemerintah menjaga keberlangsungan biota laut. Saat ini sejak tahun 2010 telah dilaksanakan baru 40 balok terumbu karang. “Keberadaannya masih kecil, tetapi kita akan kembangkan terus,” ungkap Lukman, salah seorang warga.
Gili Gede juga adalah gili yang aman, meskipun sampai saat ini belum ada anggota polisi atau lembaga pengamanan masyarakat sebagaimana desa-desa lain. “Belum pernah terjadi pencurian apapun jenisnya di desa kami, padahal mesin air, genset, sepeda motor semuanya di luar rumah,” Kata Farhan.
Lombok Barat tengah gencar mempromosikan wilayah selatan sebagai destinasi wisata unggulan kabupaten ini setelah Senggigi. Alasan pemerintah daerah tidak berlebihan. Sekotong saat ini hampir persis dengan kondisi Senggigi tahun 80-an sebelum kemudian mengalami perkembangan pesat. Mulai dari kawasan paling ujung hingga ke tengah, Sekotong tidak pernah berhenti menawarkan eksotisme. Ada Pantai Bangko-bangko, Meang, Teluk Sepi, dan tentu juga Gili Gede. “ Jika utara memiliki tiga gili terkenal (Trawangan, Meno dan Air), Sekotong juga demikian. Beberapa gili seperti Sudak, Tangkong, Nanggu dan tentu juga Gili Gede, menawarkan orisinalitas alam yang mungkin tidak anda dapatkan di utara,” kata Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Ispan Junaidi.(*)