Masyarakat dan Pengusaha Gili Meno Khawatir Krisis Air

TOLAK: Kepala Dusun Gili Meno Nasrun dan bersama pengusaha Gili Meno asal Australia Peter Davidson menolak penghentian operasional PT BAL tanpa ada solusi. (DERY HARJAN/RADAR LOMBOK)

TANJUNG–Masyarakat dan pengusaha di Dusun Gili Meno, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara (KLU) angkat bicara terkait rencana pemerintah yang ingin menghentikan operasional  PT Gerbang NTB Emas (GNE) dan PT Berkat Air Laut (BAL) dalam pengelolaan air bersih.

Pasalnya, masyarakat dan pengusaha menggantungkan air bersih dari dua perusahaan itu. Sementara PT Tiara Citra Nirwana (TCN) yang digandeng PDAM untuk menyalurkan air bersih, belum memiliki sarana prasarana di Meno. Hanya di Gili Trawangan. Adapun opsi mendistribusikan air menggunakan perahu ke Meno, itu disangsikan.

Kepala Dusun (Kadus) Gili Meno Nasrun mengatakan bahwa jika BAL berhenti beroperasi pada 15 Oktober mendatang maka masyarakat akan dirugikan karena kebutuhan air bersih tidak bisa terpenuhi, terlebih saat ini pariwisata di Meno lagi ramai.

Masyarakat di Gili Meno jumlahnya 256 kepala keluarga (KK). Kemudian ada 122 pengusaha hotel, restoran dan sebagainya. Jika BAL tiba-tiba dihentikan operasionalnya, kemudian pemerintah daerah mendistribusikan air menggunakan perahu, jelas tidak akan mencukupi kebutuhan masyarakat.

“Saya rasa tidak akan mampu mereka mendistribusikan air seperti itu. Saya data hotel besar seperti Seri Resort itu kebutuhan airnya per hari sekitar 10.000 liter. Belum yang lainnya,” ujar Nasrun, Senin (19/9).

Ia pun berharap, sebelum PT BAL berhenti, maka PT TCN dan PDAM menyiapkan dahulu instalasi jaringan airnya ke Gili Meno. “Pada prinsipnya kita tidak menolak PDAM, tapi harus dipikirkan juga setidaknya ada jaringan yang sudah tersambung ke rumah warga,” tegasnya.

Baca Juga :  Target Rp7 Miliar Tahun Ini, Retribusi Masuk Gili Resmi Naik

Dan yang yang perlu digarisbawahi kata Nasrun untuk PT TCN sendiri masyarakat saat ini menolak. Hal itu karena saat sosialisasi ke masyarakat pihak PT TCN akan melakukan pengeboran dari bawah laut. “Kami tidak setuju karena di Gili Meno sendiri aktivitas wisatawan yang berlibur itu lebih banyak di laut daripada di pulau,” bebernya.

Pihaknya pun sampai mebuat petisi penolakan baru-baru ini. Poin petisinya yaitu menolak adanya wacana pembangunan PT TCN di Gili Meno yang akan melakukan pengeboran dan jaringan reservoir. Kemudian menolak adanya pembangunan karena akan adanya kerusakan lingkungan baik di darat maupun di laut. “Perairan Gili Meno ini masuk kawasan konservasi. Kalau mau ngebor dong percuma masuk kawasan konservasi,” bebernya.

Selanjutnya sesuai dengan harga yang sudah ditetapkan di Tanjung pada 2 Desember 2021 oleh Direktur PDAM Amerta Dayan Gunung tentang biaya pelayanan di Gili Trawangan dan Gili Meno tidak sesuai dengan kemampuan dan perekonomian masyarakat.

Pengusaha asal Australia Peter Davidson mengaku dirugikan jika jaringan air di Gili Meno terganggu. Pria yang sudah 16 tahun tinggal di Indonesia dan 12 tahun buka usaha di Gili Meno ini mengatakan jika air terganggu maka usahanya tentu tidak bisa beroperasi seperti sediakala.

Jika usahanya tidak bisa beroperasi, tentu bukan hanya dirinya saja yang terancam tetapi juga para karyawan. “Banyak pegawai yang akan kehilangan pekerjaan kalau air tidak ada, kalau menyalurkan air dari darat itu bukan solusi karena kebutuhan kita banyak. Saya harap Gubernur harus memikirkan kembali,” jelasnya.

Baca Juga :  Masa Jabatan Djohan-Danny Berakhir Desember 2024

Salah seorang pengusaha lokal di Gili Meno, Rahma juga tidak setuju jika BAL berhenti beroperasi jika belum ada kejelasan seperti apa pemenuhan air di Gili Meno. Jika pendistribusian air ke Gili Meno  menggunakan pola lama yaitu mengambil air dari darat kemudian didistribusikan ke masyarakat, ia merasa akan lebih mahal harganya. “Kalau kita beli pakai jeriken kan itu namanya mempersulit masyarakat. Kalau kita tidak mampu gotong jeriken tentu harus keluar ongkos orang. Biaya jadi bertambah,” ungkapnya

Pengusaha rumah makan ini meminta solusi yang tidak merugikan pengusaha dan masyarakat. Jika sudah ada solusi yang tepat ia tidak mempermasalahkan perusahaan mana saja yang melayani air bersih ke Gili Meno. “Bagi kami yang penting air lancar dan tidak terlalu mahal,” tuturnya.

Sementara itu, Asisten II Setda KLU Rusdi mengatakan bahwa pemerintah daerah dan PDAM Amertha Dayan Gunung tengah mempersiapkan sarana dan prasarana untuk  kebutuhan suplai air bersih  di Gili Meno. Pihaknya juga berencana  membentuk Pengelolaan Air Minum (PAM) Dusun Gili Meno. “Pertemuan dengan Kepala Desa, Kepala Dusun, BPD dan perwakilan masyarakat telah kami rapatkan hari Rabu (14/9)  lalu untuk segera membentuk PAMdus di Gili Meno,” bebernya.

Lebih detailnya seperti apa solusi dari pemerintah daerah, Rusdi belum bersedia berbicara panjang lebar. “Nanti kami sampaikan,” ucapnya. (der)

Komentar Anda