Harga Mahal, Bulog Gelontorkan Ratusan Ton Beras ke Pasar Tradisional

HARGA BERAS : Bulog NTB bersama Satgas Pangan dan TPID NTB melakukan droping beras medium ke pedagang di Pasar Kebon Roek, Ampenan dengan HET ke konsumen Rp10.900 per kg, Selasa (5/9). (IST/ RADAR LOMBOK )

MATARAM – Harga beras di sejumlah pasar tradisional mengalami kenaikan yang cukup tinggi, baik beras medium dan premium. Harga beras di pasar tradisional sudah tembus Rp14 ribu per kg. Selain harga mengalami kenaikan cukup tinggi, karena panen mulai berkurang dan terjadinya kekeringan. Kendati demikian, stok beras dimiliki Bulog NTB masih dalam kondisi aman, hingga Februari 2024, mencapai 38 ribu ton.

Pimpinan Wilayah Bulog NTB David Susanto memastikan jika stok beras untuk kebutuhan NTB masih dalam kondisi aman hingga Februari 2024 mendatang. Di mana stok yang ada di gudang Bulog NTB mencapai 38 ribu ton setara beras. Untuk menstabilkan harga beras yang mengalami kenaikan, Bulog NTB bersama Satgas Pangan dan TPID NTB melakukan operasi pasar di sejumlah titik. Selain itu, Bulog juga mendsitribusikan beras medium kepada mitra Bulog yang berjualan di seluruh pasar tradisional, masing-masing 1 ton.

“Dalam seminggu itu, Bulog dropkan sebanyak dua hingga tiga kali ke mitra di pasar tradisional dan juga di luar pasar tradisional, untuk masing-masing pedagang sebanyak 1 ton beras,” kata Pimpinan Wilayah Bulog NTB David Susanto, Selasa (5/9).

Menurut David, kenaikan harga di musim kering di luar panen raya merupakan hal biasa, yakni stok kurang dan harga naik. Kendati demikian, kenaikan harga itu hal biasa, tapi bukan berarti beras itu tidak ada di pasaran. Buktinya, masyarakat tetap setiap hari membeli beras di pasar, meski harga mengalami kenaikan. Untuk harga jual beras Bulog jenis medium dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp10.900 hingga Rp11 ribu per kg. Sementara itu, untuk  jenis beras premium, diakui David memang harganya cukup tinggi, dikisaran Rp 14 ribu hingga Rp 15 ribu per kg.

Baca Juga :  Posko THR Terima 14 Pengaduan, dari THR Hingga Tidak Digaji

“Kalau beras kelas premium memang cukup mahal, ada di angka Rp14 ribu sampai Rp15 ribu,” sebutnya.  Sedangkan untuk harga beras, memang sudah lama naik, namun masih wajar terjadi setiap tahunnya. Artinya, selama stok masih tersedia dan cukup, masyarakat tidak perlu khawatir. Pemerintah dalam hal ini selalu ada untuk rakyatnya.

“Stok beras kita cukup, kami harap masyarakat jangan panik,” pintanya.

Ia menambahkan, bahwa pada tahun 2023 ini stok beras Bulog di NTB berjumlah 87 ribu ton. Namun jumlah tersebut ada yang dikirim ke daerah non produksi, dalam program moving nasional (Movnas), seperti Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali, dan NTT, termasuk juga yang sudah di konsumsi warga NTB sampai September ini.

“Stok beras yang tersisa sampai bulan ini adalah 38 ribu ton, cukup sampai Februari 2024 mendatang, hingga panen raya pada awal Februari 2024,”  katanya.

Sementara itu, salah satu pedagang sembako di Pasar Mandalika, Bertais Nurhaliza mengatakan, ada tiga jenis bahan pokok yang merangkak naik, diantaranya beras, telur, dan daging ayam menjelang Maulid.

“Kami beli beras sampai Sumbawa, karena stok saat ini kurang. Petani juga belum ada yang panen, karena musim kering. Kami dapat informasi dari para tengkulak hasil panen sebelumnya sudah banyak terjual ke luar daerah,” kata Nurhaliza.

Baca Juga :  Efek Ekonomi Gelaran MotoGP Dinilai Tidak Merata

Ia mengaku kewalahan menyediakan beras. Selain beras permintaan semakin tinggi, harga ayam broiler tembus Rp60 ribu per kg, telur ayam ras tembus Rp65 ribu per tray. Para pedagang berharap pemerintah agar bisa menstabilkan kebutuhan pokok.

Murniati, pedagang beras di Pasar Renteng, Lombok Tengah menuturkan sudah sekitar tiga minggu terakhir ini para pedagang di pasar Renteng tidak menjual beras, karena stok kosong. Padahal sebelumnya, para pedagang biasanya diantarkan beras oleh distributor untuk dijual setiap harinya.

“Sudah tiga minggu ini tidak ada beras, informasinya beras sekarang sudah langka, karena gagal panen. Padahal kalaupun harga beras naik tetap warga mau beli, tapi ini tidak ada sama sekali beras yang datang,” ungkapnya.

“Sudah tiga bulan tidak ada pasokan dari distributor. Tapi kalau ketan tetap banyak di pasar,” ujarnya.

Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi NTB Hj Bq Nelly Yuniarti mengatakan kenaikan harga beras saat ini selain karena musim paceklik, penyebabnya juga dikarenakan penjualan gabah ke luar daerah pada saat panen raya sebelumnya, sehingga stok yang memang sejatinya untuk warga NTB, di kirim ke luar daerah juga.

Dengan demikian, disaat stok mulai berkurang, maka disanalah harga dimainkan. Terlebih jual beli beras merupakan bisnis bebas. Artinya kalaupun harganya bisa dikendalikan, namun pemerintah tidak bisa terlalu dalam mengintervensi para pedagang.

“Kenaikan harga bahan pokok itu tetap terjadi, termasuk beras ini juga sering terjadi. Dan masalahnya biasa, karena mulai berkurangnya stok,” katanya. (rie)

Komentar Anda