Harga Beras Naik, Pemprov Anggap Masih Wajar

PEDAGANG BERAS: Pedagang di pasar tradisional mengungkapkan pasokan beras yang sedikit menjadi penyebab mahalnya harga beras di pasaran. (RATNA/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Harga beras di pasaran mulai merangkak naik, dan menjadi penyumbang inflasi. Kenaikan harga beras ini hampir terjadi di semua jenis. Untuk beras kualitas medium harganya mencapai Rp11.000, sedangkan beras kualitas premium harganya menembus angka Rp 14 ribu per kilogram.

Asisten II Setda Pemprov NTB, Fathul Gani mengakui memang terjadi kenaikan harga beras. Dimana untuk harga beras medium saat ini di pasaran sekitar Rp 10.900. Harga ini oleh pemerintah masih diangggap wajar. Walaupun memang sebelumnya harga beras sempat berada di kisaran Rp 9.000 lebih.

“Memang ada interval kenaikan Rp 500 sampai Rp 700. Tapi Itu yang Rp 14.900 kelas premiun. Beras yang kelas high (berkualitas, red),” tambahnya.

Hanya saja Fathul enggan menyebut bahwa kenaikan beras ini karena disebabkan produksi gabah yang minim. Pihaknya memastikan pasokan beras di NTB relatif aman hingga Oktober 2023.

Hal ini mengacu pada kerangka sampel area produksi gabah kering yang dikeluarkan BPS. Produksi gabah kering di NTB sampai Oktober 2023 sebanyak 1,32 juta ton atau setara dengan 900 ribu ton lebih beras. Sedangkan kebutuhan beras di NTB hanya berkisar 600 ton per tahun. Menadakan ada surplus beras sekitar 300 ribu ton. “Artinya sampai dengan Oktober kita kondisinya aman-aman saja sebenarnya,” ucapnya.

Baca Juga :  Jelang MotoGP, Pemprov NTB Perjuangkan Penambahan Maskapai Penerbangan

Menurut Fathul, kenaikan harga beras yang terjadi saat ini. Lantaran banyak petani menjual gabahnya ke luar daerah. Disisi lain pemerintah juga tidak bisa melarang begitu saja jika petani menjual gabahnya ke luar daerah.

Pasalnya, para petani atau pengepul ini butuh uang cash. Sehingga mau tidak mau mereka akan menjual gabahnya kepada siapapun yang berani membeli dengan harga pas. Tidak terkecuali kepada pembeli dari luar daerah. Tapi bagi para pembeli atau pengepul lokal ini menjadi bumerang. Karena mereka menjadi kesulitan untuk mendapatkan gabah dengan harga pas di tingkat petani.

Melihat fenomena ini, Fathul Gani meminta lembaga terkait dalam hal ini Dinas Ketahanan Pangan untuk mengatur sedemikian rupa distribusi beras yang ada di NTB. Mengingat NTB juga dikenal sebagai daerah lumbung pangan nasional.

“Kita tidak melarang gabah kita dibawa keluar, tapi penuhi dulu kebutuhan lokal baru selebihnya silahkan distribusinya diatur. Ada juga kan daerah yang sangat membutuhkan tidak mungkin juga kita menahan,” ucapnya.

Baca Juga :  Harga Kedelai Melonjak Perajin Tahu Tempe Berguguran

Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi NTB, Baiq Nelly Yuniarti menampik kalau harga beras yang dijual di pasar mahal. Menurutnya, untuk harga beras premium memang dari awal relatif lebih mahal, dan pembelinya pun kalangan tertentu.

“Yang medium masih sama dengan Bulog Rp 10.900. Jadi kita mau jaga harga itu. Saya belum bisa katakan mahal, karena yang dibahas adalah premium. Beras premium itu kan yang mampu (kaya) yang beli, silahkan,” ujarnya.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan pemerintah. Nelly membenarkan bahwa penyebab tingginya harga beras lantaran pada saat panen raya diawal tahun 2023. Gabah petani banyak dikirim keluar daerah. Akibatnya Bulog tidak menyerap 100 persen gabah petani.

Kendati demikian pihaknya tidak menyarankan untuk dilakukan operasi pasar. Karena laporan dari kepala pasar bahwa harga beras medium masih stabil diangka Rp 10.900 per kilogram. (rat)

Komentar Anda