Berencana Membentuk Perpusatakaan Digital Online Kitab Kuno

USIA KERTAS : Dr H Jamaludin,MA menunjukkan beberapa koleksi buka bacaannya yang berkaitan dengan sejarah masyarakat Lombok di ruang perpustakaan pribadi miliknya (Zulfahmi/Radar Lombok)

Ribuan naskah kitab kuno yang sudah didigitalkan oleh Dr H Jamaludin, MA  masih tersimpan dalam bentuk file-file di hardisk dan laptop miliknya. Belum ada perguruan tinggi yang berminat  memanfaatkan hasil karyanya termasuk di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram tempat ia mengabdi.

 

 


ZULFAHMI–MATARAM


 

Naskah kitab kuno yang sudah dikumpulkan oleh Dr Jamal adalah kitab-kitab yang ditulis pada abad 17 atau 18, dimana kitab-kitab tersebut sudah ada sejak tahun 1.700 dan  tahun 1.800-an.

Selain kitab yang sudah berusia ratusan tahun,  juga ada beberapa naskah yang ditulis pada tahun 1.900 hingga abad ke- 20.

Dari beberapa naskah yang sudah dikumpulkan, ditemukan beberapa kitab penulisnya orang Lombok.  Meskipun penulisnya orang Lombok, namun penggunaan bahasanya beragam.  Misalnya ada kitab yang ditulis menggunakan bahasa Arab, namun  penjelasan dari kitab tersebut menggunakan  bahasa Jawa, bahasa Melayu dan ada juga menggunakan bahasa Sasak."  Tapi sebagian besar menggunakan bahasa Jawa, karena bagi orang dulu bahasa Jawa itu bahasa paling tinggi pada zaman itu," ungkap Jamal.

Ada juga dari beberapa naskah kitab yang   terjemahannya dalam bahasa Jawa sudah diterjemahkan  kembali ke bahasa Sasak.  " Banyak juga naskah yang sudah diterjemahkan ke bahasa Sasak," jelasnya.

Salah satu contoh kitab yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Sasak misalnya  Hikayat Yusuf dan Kisasul Anbiyah. Dua kitab ini sering dibacakan oleh orang tua atau tokoh agama dalam acara " Bekayat". " Kitab -kitab Bekayat itu sudah ditulis dengan bahasa Sasak," ungkapnya.

Sementara itu, dari sisi bentuk fisik kitab-kitab yang sudah didigitalkan terbuat dari kulit dan kertas. Seperti kitab Assamarkandi yang saat ini ada di kediamannya,  terbuat  dari kulit pohon. Selain ada juga ditulis di atas kulit dan di atas dedaunan seperti daun lontar.

Lelaki kelahiran Kembang Kerang Lombok Timur ini mengatakan untuk mendapatkan ratusan naskah  tersebut, ia mendatangi beberapa tokoh yang  menyimpan  kitab kuno ini. Dari pertemuan dengan beberapa tokoh kemudian ia mendapatkan informasi  tokoh-tokoh atau masyarakat lain yang juga memiliki kitab kuno atau naskah naskah klasik." Mereka  seperti sudah ada kumpulan. Mereka komunikasi untuk saling  memberitahukan tentang aktivitas digitalisasi yang saya  lakukan,'' tuturnya.

Untuk memudahkan proses pengumpulan, biasanya diatur terlebih dahulu jadwalnya agar para pemilik kitab atau naskah kuno bisa berkumpul di satu tempat, kemudian Jamal datang untuk melakukan  digitalisasi." Kalau mendatangi satu persatu jelas tidak mungkin," katanya.

Untuk bisa mengetahui kitab tersebut berusia ratusan tahun, Jamal memiliki kamus kertas untuk melihat tahun berapa kertas tersebut dicetak. " Saya punya kamus khusus tentang kertas, dari kamus ini kita bisa tahu tahun berapa kertas itu dikeluarkan atau dicetak," katanya.

Hasil temuan yang sudah dilakukan ini sudah disampaikan ke pihak Kementerian Agama. Namun dari pihaknya kementerian membutuhkan data-data yang lengkap. Rencananya, juga  akan dikumpulkan dengan nasakah kuno dari daerah  lainnya.

Jamal mengaku mendapat bantuan dari Kementerian Agama. Namun bantuan itu  diberikan kepada para  pemilik kitab-kitab yang sudah didigitalkan, sebab beberapa kitab yang sudah ada memang dibutuhkan biaya untuk  mengawetkannya." Mereka kadang saya kasih bantuan untuk melakukan pengawetan barang," tegasnya.

Jamal juga sudah menawarkannya ke   perguruan tinggi  di NTB termasuk ke  IAIN Mataram untuk dimanfaatkan menjadi kajian dan dimasukan dalam bentuk perpustakaan digital.  Namun sepertinya IAIN tidak tertarik sehingga tidak mau dipakai." IAIN tidak tertarik untuk  mengembangkan atau mendigitalkan kitab-kitab ini," terangnya.

Sampai saat ini pihaknya masih menunggu siapa tahu ada informasi kitab-kitab  yang belum didigitalkan. Namun ia merasa dari ribuan naskah yang sudah ada sepertinya sudah semua kitab kuno zaman dulu sudah ia kumpulkan. Jamal menyebutkan ia akan membuat perpustaakan digital khusus untuk koleksi kitab-kitab kuno klasik  Suku sasak Lombok ini. " Saya berniat membuat  perpustakaan online yang berisi  naskah  kitab kuno suku Sasak," jelasnya.

Dari hasil aktivitas yang sudah dilakukan selama hampir 10 tahun ini, Jamal menegaskan kalau orang  tua zaman dulu memang hebat dan luar biasa. Ia sangat  menyayangkan  sejarawan  yang menulis  tentang suku Sasak tetapi tidak mengetahui   kitab-kitab dan  naskah-naskah yang menjadi pegangan orang Lombok zaman dulu. Apalagi ketika akademisi yang melakukan penelitian ternyata  tidak dilakukan secara mendalam dan lengkap. Padahal Lombok begitu  kaya  akan khazanah intelektual. " Kalau mau tahu masyarakat Sasak zaman  dulu, penelitian  tidak boleh tidak  mencari naskah atau kitab yang menjadi pegangan mereka," tegasnya.

''Kalau ada orang  yang bilang tahu masa klasik Lombok, tetapi  tidak tahu kitab-kitab yang menjadi pegangan masyarakat Lombok zaman dulu berarti  mereka itu  mengarang tentang sejarah Lombok,'' tambahnya.(*)