Lombok kaya akan khazanah keilmuan dan kitab-kitab klasik hasil karya dari para ulama dan para orang tua zaman dahulu. Karena tidak terpelihara dengan baik membuat beberapa kitab atau naskah yang mengandung khazanah keilmuan itu hilang ditelan zaman.
ZULFAHMI–MATARAM
Nama lengkapnya Dr H Jamaludin, MA. Pria kelahiran Lombok Timur 23 Juli 1974 ini salah satu sejarawan yang dimiliki oleh NTB. Sebagai seorang ilmuan dalam bidang Sejarah Peradaban Islam (SPI), Doktor Jamal panggilan akrabnya yang juga dosen di IAIN Mataram ini mempunyai perhatian terhadap keberadaan kitab-kitab klasik yang dihasilkan oleh para ulama, atau tokoh agama di Lombok.
Kepada Radar Lombok, doktor lulusan UIN ini menjabarkan latar belakang dirinya melakukan aktivitas mendigitalkan naksah-naskah kitab tua yang saat ini masih ada di sejumlah tokoh masyarakat. Mantan direktur pasca sarjana IAIN ini prihatin terhadap keberadaan naskah-naskah yang mengandung khazanah keilmun sudah tidak terpelihara dengan baik. Padahal orang tua dulu meninggalkan kitab-kitab yang berisi ilmu-ilmu tentang ketauhidan, ilmu agama, hukum, adat dan budaya agar orang-orang zaman sekarang bisa tetap jaya sebagaimana mereka hidup pada zaman dulu yang mendapatkan kejayaan. ''Kenapa mereka masyarakat yang hidup abad pada pertengahan sangat maju? Karena mereka menghargai para orang tua. Kalau kita mau maju maka kita harus menghargai karya para orang tua zaman dulu," ungkapnya beberapa waktu lalu.
Ia mencontohkan dari apa yang sudah dilakukan oleh Ibnu Sina sosok ilmuan yang dikenal sebagai bapak berbagai disiplin ilmu. Pada abad pertengahan Ibnu Sina melakukan kajian dan mengkaji kitab klasik Yunani yang sudah ditinggalkan. Hasil kajian itu kini menjadi pusat atau induk ilmu kedokteran yang diadopsi oleh dunia barat. " Apa yang ditinggalkan oleh para orang tua dikaji dan dibaca ulang oleh Ibnu Sina pada kala itu," tuturnya.
Di Lombok kata Jamal, masyarakat pada zaman dulu mempunyai banyak sekali kitab-kitab atau naskah-naskah yang berisi tentang berbagai macam disiplin keilmuan. Ada tentang ilmu pengobatan, filsafat, hukum adat, ilmu profesi serta naskah naskah atau juga berupa kitab-kitab tentang ramalan yan ditemukan atau disusun oleh para orang tua zaman dulu.
Ia menuturkan untuk bisa dapat mendigitalkan ribuan naskah kuno tersebut, tidak mudah. Ia membutuhkan banyak pengorbanan, mulai dari korban materi dan korban waktu.
Aktivitas mendigitalkan naskah klasik ini dimulai tahun 2005 lalu. Dalam setahun, dia bisa mendigitalkan sempai 100 naskah kitab kuno yang ditemukan tersebar di pulau Lombok.
Aktivitasnya tidak selamanya berjalan mulus begitu saja. Dirinya menemukan berbagai kesulitan seperti harus melakukan berbagai ritual seperti potong sapi, kerbau hingga menyiapkan sesajen untuk bisa masuk ke lokasi penyimpanan kitab-kitab yang sudah dikeramatkan warga." Ada beberapa kitab yang disimpan di tempat khusus sehingga perlu ada ritual untuk bisa masuk ketempat itu," tuturnya.
Jamal lalu menceritakan pengalamannya saat melakukan digitalisasi kitab yang mau didigitalkan menggunakan kamera, ternyata tidak bisa menangkap objek yang mau difoto." Kamera saya tidak bisa menangkap tulisan yang ada di kitab tersebut. Setiap mau difoto tulisan kitabnya tidak bisa ditangkap oleh lensa kamera," tuturnya.
Solusinya kemudian masyarakat sekitar melakukan beberapa ritual sehingga kitab yang mau difoto itu akhirnya bisa ditangkap kamera. " Sebagian masyarakat masih menganggap (naskah kuno) benda sakral sehingga susah didapatkan," tuturnya.
Jamal juga pernah tidak diizinkan mempelajari apalagi meminjam untuk mengabadikan naskah kitab tersebut. Jamal lantas manfaatkan teknologi untk mengamankan naskah tanpa harus membawa naskah itu pulang.
"Cukup saya keliling membawa kamera standar untuk bisa mengamankan naskah meskipun berusia ratusan tahun tanpa saya harus membeli atau membawanya pulang," tegasnya.
Sampai saat ini, sudah ada ribuan kitab yang sudah didigitalkan sejak tahun 2005. Beberapa kitab klasik yang sudah berhasil digitalkan seperti Hikayat Hafiah, Kitab Indarjaya, Naskah Sifat Falsafiyah yang berisi tentang ilmu fiqih tasawuf. Selain itu ada juga naskah yang ditulis dalam bentuk lontar dengan nama naskah Gagak Ngarem dan Gagak Putik Hikayat Nabi Bercukur. " Sebagian kitab yang sudah didigitalkan mengajarkan tentang konsep fiqih dan tasawuf dan konsep tauhid dalam masyarakat Sasak," tegasnya.
Seperti kitab Prukunan, Kitab Sifat 20, Kitab Assamarkandi dan beberapa kitab yang mengajarkan tentang ketauhidan seperti Kitab Bayanul Haq, Bayanul Insan dan Bayanul Alif. Yang menarik kata Jamal, beberapa kitab yang mengajarkan tentang ketauhidan justru ditemukan di Bayan Lombok Utara." Kitab Bayanul Insan justru saya temukan di Bayan," tuturnya.
Dengan temuan beberapa kitab ketauhidan di Bayan, sebagai sejarawan Jamal cukup menyangsikan kalau ada sekelompok orang Bayan disebut sebagai penganut Wetu Telu. Justru kitab-kitab ketauhidan yang mengajarkan ajar islam secara sempurna itu ada ditemukan di Bayan. " Saat ini kami sedang mengkaji dan mengkritisi secara mendalam agar bisa meruntuhkan teori tentang Wetu Telu yang ada di Bayan," tegasnya.
Sejarah yang selama ini menulis Bayan belum tersentuh ajaran agama secara sempurna, bisa terbantahkan dengan keberadaan kitab Indar Jaya yang ditemukan di Bayan. Karena kitab ini sudah berbicara dan membahas tentang puasa, salat lima waktu dan rukun Islam dan lainnya. " Kalau mengatakan (sejumlah kelompok) masyarakat Bayan mereka penganut Wetu Telu itu tidak benar karena acuannya keberadaan kitab Indar Jaya," jelasnya. (bersambung)