Warga Labulia Mulai Krisis Air Bersih

KRISIS : Tampak warga Desa Labulia Kecamatan Jonggat saat mengambil air di irigasi persawahan untuk menutupi kebutuhan mandi dan cuci. (M Haeruddin/Radar Lombok)

PRAYA – Dampak musim kemarau tahun ini betul-betul dirasakan warga Desa Labulia Kecamatan Jonggat. Selain kekurangan air bersih untuk minum, warga setempat juga mulai kesulitan air untuk mandi dan cuci. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan air mandi dan cuci, warga setempat terpaksa mengambil air di saluran irigasi persawahan.

Sahnun, salah seorang warga Desa Labulia menuturkan, musim kemarau tahun ini mulai membuat warga kesulitan air untuk mencuci dan mandi. Air sumur mereka tak dapat diandalkan lagi karena mulai mengering. Karenanya, warga terpaksa harus mengambil air di saluran irigasi setiap hari. “Karena tidak ada air sumur, kita terpaksa mengambil air di saluran irigasi persawahan yang sebenarnya lumayan jauh dari rumah. Kalau untuk minum, kami terpaksa beli air kemasan atau isi ulang,’’ tutur Sahnun, Selasa (22/8).

Kepala Desa Labulia Kecamatan Jonggat, Majhat yang dikonfirmasi tak menafikan kondisi yang dialami masyarakatnya. Karenanya, pihaknya berharap pemda memberikan solusi jangka panjang agar persoalan yang dihadapi warga tidak terus terjadi setiap musim kemarau. “Ada enam dusun di wilayah kami yang mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau ini. Makanya kami sudah meminta ke pemda maupun Perusahaan Daerah Air Minum  (PDAM ) Lombok Tengah untuk mendistribusikan air bersih kepada warga kami yang terdampak kekeringan,” singkatnya.

Baca Juga :  Kabel PJU Bypass BIL-Mandalika Kembali Digasak Maling

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Tengah, H Ridwan Ma’ruf juga mengakui, akibat musim kemarau ini membuat beberapa wilayah sudah mulai dilanda kekeringan. BPBD juga sudah melakukan koordinasi dengan pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) untuk membantu juga penyaluran air bersih kepada warga. “Kita sudah bersurat ke BWS karena di BWS itu ada disiapkan juga air bersih khusus untuk konsumsi masyarakat. Tapi kita tidak bisa mendistribusikan sembarangan tanpa ada permintaan dari masyarakat. Makanya kita tetap menunggu permintaan dari masyarakat baru bisa kita lakukan droping air bersih ini,” terangnya.

Ditambahkan Ridwan, dari enam kecamatan yang mulai terdampak kekeringan, ada dua kecamatan yang sudah meminta air bersih. BPBD sendiri sudah mendistribusikan sekitar 60 tangki air bersih ke dua kecamatan itu. Sementara beberapa desa di dua kecamatan itu belum bisa disalurkan air karena adanya perubahan aturan untuk tempat pengambilan air. “Ada permintaan air dari masyarakat Desa Kidang untuk didistribusikan tapi belum kita layani karena adanya perubahan aturan di PDAM. Kita tunggu dulu aturannya seperti apa di PDAM, baru bisa kita dropkan ke masyarakat di Desa Kidang,” tambahnya.

Baca Juga :  Warga Desa Kateng Geruduk Kantor Polisi

Ridwan membeberkan, yang menjadi kendala pendistribusian air bersih adalah kendaraan. BPBD sendiri tak memiliki kendaraan khusus untuk penyaluran air bersih, melainkan cuma mengandalkan kendaraan PDAM. Padahal, BPBD bisa mengambil air sumur jika memiliki kendaraan sendiri. “Kemarin air di BPBD sampai 30 tangki diambil untuk penyiraman di mana-mana oleh pemdam kebakaran dan bisa diminum. Makanya kalau kita dibantu dengan mobil tangki, maka anggaran bisa kita tekan dan tidak beli lagi di PDAM,’’ ujarnya.

Mantan Kabag Kesra Setda Lombok Tengah ini juga menyebutkan, status kekeringan di daerah itu masih status siaga. Permintaan air bersih masih jarang meski musim kemarau agak panjang jika dibandingkan tahun sebelumnya. Diperkirakan kekeringan ini akan berlangsung sampai September. Pihaknya berharap kepada Dinas Sosial yang memiliki mobil tangki untuk melayani permintaan masyarakat juga bisa digunakan untuk mendistribusikan air bersih. “Kita sebenarnya sudah mengajukan pengadaan mobil tangki tapi mungkin karena faktor keuangan membuat tidak bisa terealisasi sampai sekarang ini,” pungkasnya. (met)

Komentar Anda