Dari Usaha Mebel, Sanggup Biayai Kuliah

USAHA MEBEL: Zainul Muhlisin, Mahasiswa Universitas Hamzanwadi, yang telah memiliki usaha mebel sendiri. Tampak Zainul dan rekannya foto bersama, dengan latar belakang salah satu karya mebelnya (HAERUDDIN/RADAR LOMBOK)

Menjadi seorang mahasiswa, tidak lantas membuat Zainul Muhlisin, 22 tahun, asal Kampung Karang Baru, Lingkungan Sawing, Kelurahan Majidi, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), menjadi sombong, dan tidak mau bekerja. Terlebih dia menyadari, kalau dia tidak terlahir dari keluarga yang kaya.

 

 


MUH. HAERUDDIN – LOTIM


 

BERAWAL dari hobi membuat sangkar burung yang dikerjakan setiap pulang sekolah untuk burung peliharaanya, keahlian menukang Zainul Muhlisin akhirnya berkembang. Bahkan kemudian kemampuan itu dikreasikan dengan membuat usaha mebel, dengan mengandalkan pekarangan rumahnya sebagai lokasi bekerja.

Aktifitas itu dilakukan Zainul setelah dia lulus dari SMK Negeri Selong. Dimana saat itu dirinya bingung untuk mengisi waktu kosong, sembari menunggu hasil kelulusan di SMA, untuk kemudian mendaftar di salah satu perguruan tinggi ternama di Lotim, Universitas Hamzanwadi.

“Ketimbang ngangur dirumah, lebih baik kita buat karya yang bisa menghasilkan uang untuk membiayai kuliah sendiri, sekaligus dapat membantu perekonomian keluarga,” kata Zainul ketika ditemui Radar Lombok di tempatnya bekerja, sembari menyelesaikan pembuatan Lemari pesanan tetangganya, belum lama ini.

Pemuda yang akrab dipanggil Icin oleh teman-temanya tersebut mengaku telah menjalankan usahanya sejak tahun 2012 lalu. Perjalanan usahanya itupun tidak berlangsung mulus begitu saja. Banyak lika-liku yang dihadapi, terlebih waktu kuliah sering kali terbentur dengan pesanan pelanggan yang meminta cepat dikerjakan.

Namun Icin tetap lebih mengutamakan kuliahnya. Kalaupun pada saat bekerja ada jam kuliah, maka pekerjaanya itupun ditinggalkan. “Kalau ada waktu kuliah biasanya saya lanjutkan malam hari. Demikian pula kalau ada tugas kuliah, maka itu dulu yang utama saya kerjakan,” ujar Zainul sembari membereskan mesin serut yang membantunya mengerjakan keterampilannya tersebut.

Diceritakan, untuk membeli peralatan mesin yang digunakan untuk membuat berbagai macam jenis mebel seperti Lemari, Bufet,Meja Belajar, dan Rak TV, dan lainnya, Icin sejak Kelas 1 SMK telah menyisihkan uang jajanya. Karena dia tidak mau usaha yang dijalankan tersebut justeru membebani orang tuanya. Terlebih di SMK dia mengambil jurusan mebel yang dibiayai sama orang tua. Sehingga dia berfikir bagaimana mampu mengaplikasikan keterampilanya semasa SMKI, untuk kemudian bisa membuat usaha mandiri.

Saat ini, Icin telah duduk di semester 8, Prodi Ekonomi, dan sebentar lagi mengaku akan wisuda. Ternyata, untuk biaya kuliah dari semester 1 hingga semester 8, Icin tidak pernah sekalipun membebankan kepada orang tuanya. Bahkan dari hasil usahanya tersebut, tidak jarang dia menyisihkan keuntunganya untuk diberikan kepada orang tua. “Selain untuk biaya kuliah, saya kasih juga ke orang tua,” tandasnya.

Menurutnya, produk yang dibuat seperti Lemari dijual dengan kisaran harga Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Untuk Bufet dihargakan Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta. Sementara untuk Meja Belajar harganya sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 1,5 juta. SedangkanRak untuk tempat TV harganya Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu, bahkan hingga Rp 800 ribu, tergantung bahan baku kayunya.

Untuk pembuatan Lemari dan Bufet sambung Zainul, biasanya dia membutuhkan waktu kurang lebih 7 hari. Sedangkan untuk jenis Meja Belajar dan Rak TV sekitar 3 sampai 4 hari.

Keuntungan yang didapatkan juga diakui lumayan. Dimana dari hasil pembuatan Lemari, per unit dia mampu meraup untung sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 800 ribu. Sedangkan untuk Bufet untungnya sekitar Rp 1 juta sampai Rp 1,2 juta. Sementara untuk pembuatan Meja Belajar atau Rak TV, kisaran untungnya sekitar Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu.

Kendati pernah suatu ketika teman kuliahnya datang ke rumah dan menertawakan dirinya. Namun itu semua justeru dijadikan sebagai suport (penyemangat) untuk berkarya lebih baik lagi. Sekarang, justeru rekan-rekan kuliahnya itu yang giliran belajar bekerja dengannya setiap pulang kuliah. ”Sekarang, teman-teman pemuda di sini (sekitar rumah) juga saya ajarkan,” tambahnya.

Salah satu anak didiknya, Kandlun Badri, mengungkapkan bahwa dia merasa bersyukur dan senang sekarang ada tempat untuk dirinya belajar keterampilan, tanpa harus mengeluarkan biaya, justeru bisa menghasilkan uang. “Syukur ada yang mau ngajari kita (bekerja), ketimbang kita bayar untuk kursus,” ungkapnya.

Diungkapkan, keterampilan menukang yang dipelajari dari Zainul ini sangat dibutuhkan untuk menjalani kehidupannya. Terlebih dia yang hanya tamatan SMA. “Kalau tidak ada keterampilan. Orang kayak saya yang hanya tamat SMA ini akan sulit untuk menjalani kehidupan nanti (bekerja),” tutupnya. (*)

Komentar Anda