Statistik Bagus Saja Tidak Cukup

LATIHAN: Inilah suasan latihan para pemain sepakbola Timnas Indonesia.

JAKARTA–Wolfgang Pikal mengakui, banyak pemain Indonesia yang kualitasnya di atas rata-rata. Kalau kemudian tidak semuanya terpanggil ke tim nasional (timnas). Selain kuota, juga karena pelatih hanya memanggil mereka yang bisa bermain sesuai taktik dan gaya yang dimaui.

“Jadi, statistik yang bagus di kompetisi saja tidak cukup,” kata asisten Alfred Riedl tersebut.

Menurut Pikal, Riedl sudah menjatuhkan pilihan pemain secara demokratis. Artinya, dia telah memberi kesempatan kepada banyak pemain selama masa seleksi, pemusatan latihan, hingga uji coba.

Pikal melanjutkan, untuk posisi kiper, misalnya, sudah sembilan penjaga gawang yang dia jajal. Bahkan, untuk dua uji coba berikutnya melawan Myanmar (4/11) dan Vietnam (8/11), Riedl juga bakal membawa empat kiper. “Pelatih sudah tegas untuk (urusan memberikan kesempatan) itu,” katanya.

Baca Juga :  Pesepak Bola NTB Ady Setiawan Dipanggil Perkuat Timnas untuk Kualifikasi Piala Dunia 2022

Sebanyak 40 pemain sudah didaftarkan Riedl untuk Piala AFF 2016. Dari jumlah tersebut, nantinya bakal diciutkan menjadi 23 saja untuk diterjunkan mulai fase grup per 19 November mendatang di Filipina.

Mantan kapten Timnas Ferryl Raymond Hattu juga sepakat, statistik bagus di kompetisi tidak boleh menjadi satu-satunya pegangan memilih pemain. Sebab, masih banyak variabel lain yang menjadi pertimbangan pelatih.

“Publik terkadang terjebak dengan hal hal yang visual seorang pemain di kompetisi,” kata kapten Timnas saat merebut emas SEA Games 1991 itu.

Baca Juga :  Saiful Azmi, Harumkan Indonesia di Kancah Dunia

Seorang pelatih, lanjut Ferryl, pasti melihat kualitas pemain secara menyeluruh. Bisa jadi saat kompetisi, passing pemain bagus, naluri gol juga tinggi. Tapi, saat di timnas banyak melakukan blunder.

Karena itu, memilih pemain mutlak hak pelatih. Dia lantas mencotohkan dua gelandang hebat di zamannya, Jessie Mustamu dan Djoko Malis, yang tidak dipanggil oleh pelatih Anatoly Polosin saat persiapan ke SEA Games 1991 di Filipina.

“Karena dia sudah punya gambaran tentang pemain mana yang bisa bermain sesuai dengan karakter dan formasinya. Yang tidak boleh itu adalah membatasi pelatih untuk mengambil pemain yang dia inginkan dari satu klub,” timpalnya. (ben/ttg/jpg)

Komentar Anda