Setiap Hari Bagikan 100 Bungkus Nasi Gratis untuk Lansia

Winarti, Si Penjual Nasi Kuning Legendaris Asal Kota Praya

BOKS
EKSIS: Wainarti, si penjual nasi kuning legendaris masih ekses di usia tuanya. Setiap hari ia harus membagikan ratusan nasi bungkus untuk lansia. (SUDIRMAN/RADAR LOMBOK)

Banyak cara dilakukan seseorang untuk beribadah, salah satunya adalah dengan membantu sesamanya. Itulah yang dilakukan Winarti, seorang pedagang nasi kuning asal Kelurahan Panjisari Kecamatan Praya Lombok Tengah.


SUDIRMAN-LOMBOK TENGAH


WINARTI masih terlihat enerjik di usianya yang tak lagi muda. Aktivitasnya sebagai penjual nasi masih dilakukan setiap hari. Dia juga konsisten menjual nasi kuning sejak era 1990-an.

Waktu itu, Winarti menjual nasi kuning di lapak terminal lama Praya. Namun seiring waktu, ia akhirnya memutuskan pindah ke jalan Sakura Lingkungan/Kelurahan Panjisari Kecamatan Praya. Ia dikenal sebagai penjual nasi legendaris karena sudah melewati waktu puluhan tahun. Dan, ia masih eksis sampai sekarang.

Yang tak kalah menariknya dari Winarti adalah jiwa sosialnya. Setiap harinya, ia harus menyisihkan 100 bungkus nasi kuning untuk diberikan secara gratis ke orang tua jompo atau lanjut usia (lansia). Sikap derma ini semakin membuat Winarti terkenal sebagai penjual nasi kuning. ‘’Dinamakan nasi kuning legendaris karena rasa yang terus dipertahankan sejak tahun 1990 jualan di terminal Praya,’’ tutur Winarti kepada Radar Lombok, kemarin.

Di balik usianya yang sudah menginjak 54 tahun, semangat berbagainya masih terpatri. Sikap derma itu ia pertahankan karena selama ini perhatian masyarakat sekitar ke kalangan lansia masih terbilang minim. “Saya sama anak sudah dua bulan terus bergerak setiap harinya. Kalangan lansia terkadang datang langsung sarapan,” katanya.

Berbagi antar sesama membuatnya tetap bahagia. Dia tidak lagi menghitung laba atau rugi. “Dari uang untung nasi kuning, alhamdulillah ada uang untuk ditabung. Untuk bisa berbagai saat ini sudah dikumpulkan 15 tahun,” cetusnya.

Kilas balik menembus beragam kenangan perjuangan bersama suami, Winarti terus berjuang untuk bisa terus berbagai di usia yang sudah masuk kepala lima. Sejak awal jualan tidak pernah mematok harga. Bahkan, terkadang gratis bagi warga tidak mampu. “Sejak dulu saya tidak pernah bebankan pembeli. Mereka bayar seihlasnya,” ucapnya.

Untuk memasok kebutuhan nasi kuning setiap hari sudah tersedia dari hasil pertanian. Setiap sekalian panen disisihkan 1 ton beras. “Semua murni untuk membantu meringankan beban para lansia,” akunya.

Untuk kebutuhan hidup, baginya sudah tercukupi. Ia memiliki satu anak yang sudah menjadi ASN di Pemerintah Provinsi NTB. 

Sang anak Nita menambahkan, ketekunan sang ibu sudah multi sejak usia remaja. “sejak SMP sisihkan laba untuk nabung dan berbagai di usia tua,” timpal Nita. (**)

Komentar Anda