Polisi Buru Penyebar Hoaks Bocah SD di Mataram Meninggal Dianiaya Teman

Postingan viral di media sosial. (IST FOR RADAR LOMBOK)

MATARAM–Viral di media sosial soal adanya bocah SD di Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram meninggal dianiaya teman sebaya.

Belakangan diketahui, bocah SD itu adalah inisial ZMA umur 7,6 tahun warga Lingkungan Karang Bagu, Kelurahan Karang Taliwang, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram. Ia bersekolah di SDN 42 Mataram.

Perihal itu, Kapolresta Mataram Kombes Pol Mustofa dengan tegas menyatakan bahwa penyebab kematian karena dianiaya itu tidak benar atau hoaks. Anak tersebut meninggal karena terjadinya penyempitan batang otak. “Hasil pemeriksaan dari dokter, yang bersangkutan (korban) meninggal karena penyempitan batang otak. Itu keterangan ahli,” tegas Mustofa di Mapolresta Mataram, Selasa (10/10).

Kalau berbicara mengenai isu beredar, yang menyebutkan korban dicekik ataupun ditindih yang menjadi penyebab korban meninggal, hal itu tidak benar. Karena berdasarkan keterangan ahli, tidak ada tanda-tanda luka akibat kekerasan yang ditemukan oleh dokter. “Tapi keterangan dari ahli, penyebab meninggalnya anak SD tersebut karena penyempitan pada pada batang otak. Tidak ada tanda-tanda penganiayaan, kekerasan dan lainnya,” katanya.

Jika korban meninggal dunia akibat dianiaya, pasti ditemukan bekas luka di bagian tubuhnya. Bahkan, bekas luka itu bisa ditemukan beberapa saat setelah korban meninggal dunia. “Kalau ini tidak ada (bekas kekerasan),” bebernya.

Baca Juga :  14 Warga Terduga Pelaku Penyerangan Terhadap Polisi Diamankan, Sisanya Masih Diburu

Beredarnya informasi yang tidak benar itu, membuat pihak keluarga shock dan mendatangi Polresta Mataram. Orang tua korban menepis kematian buah hatinya dikarenakan dikeroyok ataupun dianiaya. “Orang tua korban datang, dan sudah mengikhlaskan kematian anaknya,” ungkapnya.

Dengan menyatakan isu yang beredar tidak benar, kini Polresta Mataram memburu pemilik akun tersebut. “Saya lagi menelusuri beberapa akun media sosial yang menyebutkan itu katanya dikeroyok,” sebutnya.

Penyebar informasi bohong ini bisa dipidana. Di media sosial beredar juga menyebutkan korban tidak hanya meninggal karena dikeroyok. Melainkan juga diakibatkan keracunan makanan. Isu itu pun ditepis Mustofa. “Tidak ada itu. Dari keterangan ahli, korban meninggal karena penyempitan batang otak,” tegasnya.

Masyarakat diminta tidak menulis ataupun menuangkan tulisan di media sosial tentang sesuatu yang tidak jelas kebenarannya. Orang tua korban sendiri, sudah mengikhlaskan kematian anaknya tersebut. “Kenapa orang lain yang tidak tahu ceritanya menuliskan banyak hal, yang katanya dikeroyok dan lainnya. Saya minta kepada masyarakat, kalau tidak menyakini sebuah cerita jangan menyebarluaskan,” tandasnya.

Baca Juga :  Tujuh Warga Karang Taliwang yang Menyerang Polisi Menyerahkan Diri

Berdasarkan keterangan dari ayah kandung ZMA, Joni Rahman (33), pada Senin (9/10) sekitar pukul 09.30 WITA, dirinya dihubungi wali kelas atas nama Hidiawati yang menjelaskan bahwa putranya pingsan di sekolah dan dibawa ke Puskesmas Karang Taliwang.

Di puskesmas, putranya diperiksa oleh dr. Baiq Trisna Satriana dengan diagnosa awal lemas, mual dan muntah sebanyak 3 kali. Karena tidak bisa ditangani di PKM Karang Taliwang, putranya dirujuk ke RSUD Kota Mataram sekitar pukul 11.00 WITA.

Setibanya di RSUD Kota Mataram dilakukan tindakan CT Scan dengan hasil penyempitan pembuluh darah bagian otak dan menurut keterangan dari pihak RSUD Kota akan dilaksanakan tindakan lebih lanjut dengan operasi yang dijadwalkan pukul 20.30 WITA.

Tetapi denyut jantungnya melemah dan putranya dinyatakan meninggal dunia sebelum tindakan operasi pada Senin (9/10) pukul 17.30 WITA. Dari Pihak RS Kota menjelaskan putranya meninggal karena penyempitan pembuluh darah di otak, tanda-tanda kekerasan fisik tidak ada.

ZMA kemudian dimakamkan pada Selasa (10/10) pukul 13.30 WITA di Pemakaman Umum Lingkungan Karang Bagu, Kelurahan Karang Taliwang. (sid)

Komentar Anda