Muncul Gejala Apatis untuk Memilih

Muhammad Khuwailid(AHMAD YANI/RADAR LOMBOK)

MATARAM–Jelang pelaksanaan Pemilu dan Pilkada Serentak 2024, Bawaslu NTB terus bekerja merancang pola pendekatan pengawasan. Di antaranya dengan melibatkan generasi milenial dalam pengawasan.
“Dengan pendekatan ini, kita ingin berikan edukasi kepada generasi milenial, agar mereka bisa terlibat aktif untuk memberikan hak suara pada pemilu,” kata Ketua Bawaslu NTB Muhammad Khuwailid, Jumat kemarin (25/2).

Menurutnya, Bawaslu perlu menerapkan pola pendekatan berbeda dengan generasi pemilih milenial dibandingkan pemilih lainnya. Karena mereka untuk pertama kali akan memberikan hak pilih pada Pemilu 2024. Sehingga perlu pola pendekatan yang humanis dan populis. Artinya, dengan sikap dan perilaku dari generasi milenial tersebut. Dengan begitu, mereka bisa tertarik dan ingin terlibat aktif dalam kegiatan kepemiluan.

Baca Juga :  Diusung PKB, Calon Dapat Dua Keuntungan

Sebab karakteristik pemilih milenial sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, sehingga perlu pendekatan dengan metode tersendiri. “Relatif pemilih milenial ini cukup besar. Sehingga mereka jadi salah satu fokus sasaran kita,” tandasnya.

Ia tidak menepis, ada gejala apatisme terhadap pemilu di kalangan pemilih milenial. Bahkan di masyarakat umum. Ada persepsi, apapun pilihannya, memilih maupun tidak memilih, maka hidupnya tetap seperti biasa. “Ini perspektif keliru, harus diluruskan,” terangnya.

Baginya, pemilu adalah proses politik untuk memberikan kesempatan seluas-seluasnya kepada masyarakat untuk diskusi apa yang menjadi hajat dan kepentingan masyarakat secara lebih luas. Sebab itu, harus diberikan penyadaran kepada pemilih milenial maupun pemilih apatis terhadap pemilu, bahwa hak pilih itu menentukan kebijakan dan nasib banyak orang.

Baca Juga :  NWDI Dukung Zul-Rohmi Jilid II

Sehingga Bawaslu mendorong agar mereka menggunakan hak politiknya secara rasional bukan secara emosional. Tidak didasarkan pada persoalan suka atau tidak suka, money politics, politik identitas dan lainnya. Tetapi mereka memilih, lebih ditentukan dari visi misi, program dan rekam jejak para peserta pemilu. “Dengan begitu, demokrasi kita akan lebih sehat dan berkualitas,” lugasnya. (yan)

Komentar Anda