Meski Lamban, Ekonomi NTB 2023 Diperkirakan Tumbuh Positif

EVENT: Berbagai event yang digelar di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, diklaim turut mendongkrak perekonomian masyarakat di NTB. (IST/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tetap optimistis pertumbuhan ekonomi NTB pada 2023 masih positif. Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi domestik yang terus berlanjut dan tumbuh 5,17% (yoy) pada Triwulan II 2023.

Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Achmad Fauzi mengatakan perekonomian Provinsi NTB pada tahun 2023 diprakirakan akan tetap tumbuh positif meski melandai pada kisaran 1,5-2,3 persen (yoy).

“Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan terutama didukung oleh tingkat konsumsi yang lebih baik serta peningkatan kinerja investasi sejalan dengan berlangsungnya pembangunan smelter yang ditargetkan selesai pada awal tahun 2024,” ungkap Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Achmad Fauzi saat ditemui di Mataram, Senin (30/10).

Fauzi menjelaskan jika secara sektoral pertumbuhan ekonomi NTB terutama didukung oleh peningkatan kinerja sektor perdagangan dan sektor konstruksi. Lalu adanya penghapusan status pandemi turut mendorong peningkatan aktivitas ekonomi dan pariwisata.

Selanjutnya indikator yang mendongkrak ekonomi NTB adalah adanya proses disinflasi yang lebih cepat dari prakiraan turut menopang perbaikan daya beli masyarakat pada tahun 2023. Tidak kalah penting juga adanya pelaksanaan event internasional yang lebih banyak dari tahun sebelumnya seperti MotoGP, MXGP, Eco Marathon, L’Etape di tahun 2023.

Baca Juga :  Kepercayaan Nasabah Terhadap Perusahaan Asuransi Luntur

Meski inflasi NTB pada September 2023 tercatat 0,46 persen (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Dimana penyumbang inflasi ada pada kelompok makanan, minuman dan tembakau seiring dengan peningkatan harga pada beberapa komoditas. Namun secara tahunan inflasi NTB terpantau sebesar 2,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,84% (yoy).

“Lebih terkendalinya tekanan inflasi dibandingkan tahun sebelumnya tidak terlepas dari upaya pengendalian inflasi yang secara konsisten dilakukan melalui sinergi TPID,” katanya.

Hanya saja pertumbuhan lebih lanjut relatif tertahan karena adanya penurunan kinerja sektor pertanian. Hal ini sejalan dengan potensi dampak dari musim kemarau (El Nino) dan berkurangnya alokasi pupuk subsidi. “Potensi terjadinya El Nino dengan skala rendah hingga moderat di tahun 2023 dan alokasi pupuk subsidi yang lebih rendah jadi faktor lambatnya pertumbuhan ekonomi di NTB,” katanya.

Selain pertanian, penurunan juga diperkirakan terjadi pada sektor pertambangan yang utamanya dipengaruhi oleh keterlambatan perolehan izin kuota ekspor tahun 2023.Perolehan kuota ekspor yang lebih lambat dari prakiraan sebelumnya, serta masih tingginya genangan air di dasar tanah yang menghambat kegiatan penambangan open pit.

Baca Juga :  Mulai 25 Mei 2023, Pembelian Solar Bersubsidi di NTB Wajib Menggunakan QR Code

“Ekonomi NTB pada triwulan II 2023 mengalami kontraksi -1,54% (yoy), terutama disebabkan oleh kinerja sektor pertambangan yang juga terkontraksi -24,45% (yoy) sebagai dampak dari perolehan kuota ekspor yang lebih lambat dari prakiraan sebelumnya,” bebernya.

Lebih lanjut, kondisi tersebut turut mendorong kinerja ekspor LN NTB mengalami kontraksi -89,19% (yoy). Di sisi lain, penurunan lebih dalam relatif tertahan oleh akselerasi pertumbuhan sektor konstruksi yang tumbuh sebesar 14,93% (yoy) sejalan dengan berlanjutnya pembangunan smelter da sektor transportasi yang tumbuh 8,60% (yoy).

Tidak hanya itu saja berakhirnya pemberian insentif seperti PPnBM dan PPh di tahun 2022, termasuk penyesuaian harga untuk kendaraan jenis LCGC juga ikut andil dalam menghambat perekonomian NTB. Ditambah pagu belanja Pemerintah 2023 lebih rendah dan hanya tumbuh 0,45 persen (yoy) dari realisasi belanja tahun 2022. (rat)

Komentar Anda