Membuat Sebuah Learning Management System dengan Menggabungkan Media Sosial

Oleh : Mustikarini Yunita, Med LangEd Guru SMPN 8 Mataram (JUARA 3 LOMBA PENULISAN ARTIKEL ARTIKEL ILMIAH POPULER 2021)

COVID-19 merupakan sebuah penyakit pandemi yang sangat berbahaya yang telah

merenggut nyawa jutaan jiwa manusia diseluruh dunia. Penyakit ini berdampak disegala bidang termasuk dibidang pendidikan. Untuk memutus rantai penyebaran penyakit ini pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebagai solusi melalui Surat Edaran (SE) nomer 4 tahun 2020 yang isinya mengatur tentang pelaksanaan pembelajaran dalam masa darurat penyebaran COVID-19. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020)

Perubahan kultur belajar dari sistem tatap muka menjadi PJJ/BDR merupakan hal yang tidak mudah. Sehingga pembelajaran daring menjadi masalah yang baru baik bagi pengajar dan siswa, diantaranya; Guru dan siswa belum mampu menguasai aplikasi pembelajaran yang ada.

Kurangnya ketersediaan prasarana pendukung belajar daring. Dan belum siapnya guru dan siswa merubah kultur belajar tatap muka menjadi pembelajaran daring. Padahal menurut So dan Swatman (2006) ketiga unsur ini merupakan hal yang sangat krusial bagi keberlangsungan belajar online. Hal inilah yang dalami oleh guru maupun siswa di SMP Negeri 8 Mataram. SMP Negeri 8 Mataram merupakan sekolah dengan kondisi guru dan siswa yang belum mampu memahami penggunaan teknologi dengan baik. Namun pandemi memaksa guru untuk menerapkan sebuah kegiatan pembelajaran online yang belum pernah mereka terapkan sebelumnya. Hal yang sama dialami oleh siswa. Mereka mengalami kesulitan untuk memahami penggunaan aplikasi belajar. Sehingga penerapan belajar daring mempengaruhi kepada menurunnya motivasi belajar siswa.

Untuk mengatasi permasalahan BDR yang muncul diantara guru dan siswa, penulis

memutuskan untuk menggabungkan tiga media pembelajaran pada pelajaran Bahasa Inggris bagi siswa kelas IX di SMP Negeri 8 Mataram. Ketiga media ini; Youtube, WhatsApp dan Google Form. Penulis menganggap ketiga aplikasi ini mudah untuk dioperasikan oleh siswa dan guru dengan kemampuan IT yang masih kurang.

Pemilihan ketiga alat pemebelajaran ini; Youtube, WhatsApp dan Google Form

bertujuan untuk memudahkan kegiatan belajar Bahasa Inggris saat diberlakukannya Belajar Dari Rumah (BDR). Sehingga pelajaran Bahasa Inggris bagi siswa kelas IX, SMP Negeri 8 Mataram mudah difahami dan diharapkan dapat menggantikan pembelajaran tatap muka.

Kegiatan belajar dengan menggunakan Youtube, WhatsApp dan Google Form sangat

bermanfaat bagi guru dan siswa. Manfaat yang dirasakan guru antara lain; Guru menjadi kreatif dan berinovasi dalam menyiapkan materi berupa video yang akan dibagikan kepada siswa melalui channel YouTube yang dimilikinya. Selain itu, guru mampu berinovasi dengan cara mengkolaborasikan ketiga alat pembelajaran kedalam kegiatan belajarnya sebagai sebuah Learning Management System yang memudahkan guru mengelola kegiatan belajar daring dan mengontrol kegiatan siswa. Manfaat terakhir, pelajaran Bahasa Inggris menjadi mudah difahami oleh siswa.

Sedangkan manfaat bagi siswa, siswa lebih mudah memahami materi yang dibagikan guru karena siswa dapat melihat dan mendengar penjelasan yang diberikan melalui video yang dibagikan. Siswa lebih mudah memahami materi dan cara mengumpulkan tugas jika dibandingkan belajar dengan menggunakan aplikasi belajar yang menggunakan kode kelas ataupun PIN. LMS ini meningkatkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dan antara siswa sendiri. Salah satu komunikasi yang dilakukan ialah bertanya ataupun melakukan diskusi. Sehingga tujuan dari pembelajaran dapat dicapai dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Baca Juga :  NTB Zerowaste: Antara Buang Anggaran dan Secercah Harapan

Sasaran dari best practice ini adalah siswa kelas IX C sampai dengan H, SMP Negeri 8

Mataram, yang berjumlah 166 orang siswa. Kegiatan ini berlangsung selama BDR berlangsung. Penulis mengajar sebanyak 6 kelas dari siswa kelas IX C hingga kelas IX H, SMP Negeri 8 Mataram. dengan total jumlah siswa sebanyak 214 siswa. Saat pemberlakuan BDR, belajar online dilakukan oleh 190 anak. Kegiatan belajar dilakukan dengan menggunakan YouTube, WhatsApp dan Google Form. Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan bulan September 2020. Sedangkan sebanyak 24 siswa yang tidak memiliki akses internet diberlakukan belajar secara luring dengan cara datang ke sekolah untuk mengambil materi dan tugas. Pengambilan tugas dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Pada awal masa BDR di bulan Maret, penulis melakukan kegiatan belajar dengan

menggunakan Google Classroom dan WhatsApp. Kendala yang dihadapai saat menggunakan Google Classroom adalah hampir semua siswa mengalami kesulitan saat akan bergabung kedalam kelas karena mereka tidak memiliki pengetahuan cara memasukkan kode kelas. Masalah lainnya, ketika siswa telah berhasil masuk GC, siswa tidak dapat membedakan antara pengumuman, materi dan tugas. Kolom komentar yang seharusnya digunakan untuk berdiskusi digunakan untuk mengumpulkan tugas. Link materi yang dibagikan tidak dapat mereka temukan. Hal ini menyebabkan hanya sedikit siswa yang mengumpulkan tugas. Namun, pemberlakuan BDR menyebabkan guru tidak dapat menjelaskan secara maksimal cara menggunakan GC kepada siswa. Sedangkan kendala yang dialami penulis saat menggunakan WhatsApp adalah jumlah tugas yang dikumpulkan dalam bentuk file atau pun foto tidak mampu ditampung oleh karena jumlah memori hand phone guru sangat kecil.

Melihat kondisi ini, penulis mencari media belajar yang mudah untuk digunakan oleh

siswa dengan cara membuat survei mengenai aplikasi yang mudah digunakan oleh siswa. Dari jawaban yang diberikan siswa, penulis dapat menyimpulkan jika siswa mudah mengoperasikan WhatsApp. Youtube dan Google Form. Dari hasil survei, penulis memutuskan untuk menggunakan ketiga aplikasi ini sebagai media belajar dengan cara menggabungkan ketiganya

menjadi sebuah Learning Management System (LMS).

LMS adalah perangkat lunak pembelajaran yang berbasis online dengan menggunakan

media internet (Setiawati & Ekayanti, 2020). Ketiga aplikasi ini; YouTube, WhatsApp dan Google Form dapat digunakan sebagai LSM karena dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sebuah kelas digital atau e-learning. Menurut Nichols (2003, p.2) “e-learning adalah penggabungan beberapa peralatan teknologi yang berbasis website yang bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran dan tempat berbagi”.

Kegiatan belajar dengan menggabungkan beberapa aplikasi merupakan hasil dari peran penting WhatsApp. Menurut Prajana (2017) aplikasi WA merupakan aplikasi yang dapat dikolaborasikan dengan beberapa aplikasi (collaboration applications) dan juga sebagai tempat berbagi informasi (information sharing). Informasi yang dapat dibagi seperti pesan tulisan, gambar, video, audio atau pesan suara (Barhoumi, 2015) dan link. Platform inilah yang menyebabkan kegiatan e-learning dan LMS dapat terbentuk.

Dengan menggunakan WhatsApp, penggunaan ketiga platform media pembelajaran

semakin mudah karena guru dapat mengelola kelas, seperti; membagi informasi, berdiskusi dan memberikan feedback kepada siswa. Sehingga pelajaran Bahasa Inggris untuk siswa kelas IX di SMP N 8 Mataram menjadi mudah untuk dilakukan.

Baca Juga :  “Asyik Makan SOMAE (Sosiologi Maze Chase ) : Solusi Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-19 di MAN 1 Lotim”

Proses belajar yang dilakukan oleh guru dengan mengkolaborasikan ketiga aplikasi ini,

pertama, guru memberikan pengumuman melalui WhatsApp dan mengkomunikasikan

berbagai hal sperti; hasil apa yang harus dicapai oleh siswa, memberikan instruksi yang jelas berkenaan dengan materi ataupun tugas yang diberikan, batas waktu pengumpulan tugas, memberikaan pujian dan semangat atas hasil kerja siswa.

Selain mengkomunikasikan hal diatas guru juga menanyakan keadaan siswa dan

memberikan semangat. Hal ini sangat penting pada saat pemberlakuan lockdown karena saat ini siswa merasa terisolasi dan sendiri sehingga guru perlu memotivasi siswa agar tetap bersemangat dan merasa mendapatkan dukungan. Menurut British Council (2020) komunikasi dapat menumbuhkan motivasi belajar pada saat BDR diterapkan.

Sedangkan bagi siswa yang tidak memiliki fasilitas belajar daring, sekolah kami

memberikan jadwal pengambilan materi dan LKPD termasuk pelajaran Bahasa Inggris untuk dikerjakan di rumah. Siswa akan mengembalikan tugas yang telah dikerjakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh sekolah. Sekolah juga mewajibkan siswa untuk menyimak pelajaran melalui televisi, kerja sama Dinas Pendidikan Kota Mataram dan TVRI.

Setelah menggabungkan ketiga aplikasi ini suasana belajar menjadi lebih hidup. Siswa

yang biasanya bertanya mengenai bagaimana cara menggunakan GC, mulai bertanya mengenai materi yang dibagikan oleh guru atau berdiskusi dengan temannya mengenai materi melalui grup WhatsApp. Sebanyak 74% siswa menjawab jika penyampaian materi dengan menggunakan ketiga media ini lebih mudah mereka fahami jika dibandingkan dengan menggunakan media lainnya. Jumlah siswa yang mengumpulkan tugas juga meningkat jika dibandingkan dengan tugas yang diberikan menggunakan GC. Pada gambar dibawah dapat dilihat jika jumlah siswa yang mengumpulkan tugas dengan menggunakan GC hanya sebagian kecil jika dibndingkan

dengan jumlah siswa yang mengumpulkan melalui link google form yang dibagikan oleh guru. Sehingga hal ini mempengaruhi tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Pada grafik dibawah dapat dilihat nilai rata-rata siswa meningkat.

Pandemi COVID-19 menyebabkan pemerintah Indonesia memberlakukan kegiatan

Belajar dari Rumah (BDR). Kegiatan BDR mengharuskan guru melakukan pembelajaran

dengan menggunakan teknologi agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung. Dalam

pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 8 Mataram, guru Bahasa Inggris menggabungkan tiga aplikasi; Youtube, Google Form dan WhatsApp menjadi sebuah Learning Management System (LMS). Ketiga aplikasi ini sangat mudah difahami dan digunakan oleh siswa yang tidak memiliki kemampuan mengoperasikan aplikasi belajar. Sehingga proses belajar yang biasanya sulit karena tidak memahami penggunaan aplikasi menjadi lebbih mudah. Dapat disimpulkan jika ketiga aplikasi ini dapat menggantikan kegiatan belajar tatap muka dan kebutuhan belajar siswa dapat terpenuhi.

Ketiga aplikasi ini sangat mudah untuk digunakan sebagai alternatif aplikasi belajar

yang mudah bagi siswa yang tidak memiliki kemampuan IT. Namun kegiatan ini tidak akan berhasil tanpa pengawasan dari orang tua. Peran orang tua sangat penting sebagai pendukung belajar siswa agar selalu termotivasi untuk belajar dan mengerjakan tugas. (*)

Komentar Anda