Komunikasi Politik Zulkieflimansyah Berbasis Social Mediatologi, Studi: Facebook, Twitter dan Instagram

Rusdianto Samawa
Rusdianto Samawa, Direktur Eksekutif Global Base Review (GBR).( IST/radarlombok.co.id)

“Dr. Zul Kepala Daerah: Oblongan, Sandalan, Jeanseas, Jaketan, Social Change Yang Powership.”

Penulis: Rusdianto Samawa, Direktur Eksekutif Global Base Review (GBR)

SENGIGI BEACH – Flight Jakarta – Mataram (Lombok). Lumayan. Saya flight bersama tiga kawan. Sejak dari Bandara Soekarno Hatta, saya menulis kisi-kisinya. Karena dari setelah sholat Subuh, saya intip, amati dan berfikir sekilas tentang postingan seorang Gubernur pilihan rakyat NTB: Zuelkiflimansyah.

Postingannya menarik tentang “Pembangunan Bendungan di Lombok Barat”. Sejenak memikirkan hebat Gubernur NTB karena berusaha menyelsaikan persoalan krisis air pertanian yang selama ini melanda pulau Lombok.

Ia katakan di postingannya itu: “Pagi ini dengan Dirjen Sumberdaya Air Kementerian PUPR menandai di mulainya Pembangunan Bendungan Meninting Lombok Barat. Proyek besar ini di harapkan selesai tahun 2022.

Kalau ini selesai Insya Allah dari Meninting air akan mengalir sampai jauh ke Lombok Selatan sehingga permasalahan pengairan dan kekeringan dapat di atasi.

Insya Allah akan ada lagi bendungan-bendungan baru yang akan di bangun di NTB ini dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.” Demikian post Gubernur NTB: Zuelkiflimansyah.

Dari rumah ke Bandara, saya sudah mulai “ketak ketuk ketik” di Keypad handpone. Namun, judul tulisan masih bingung: “apa versi komunikasi milenial? ataukah komunikasi politik tataran elitis ataukah komunikasi model Friedman yang menggembirakan rakyat?.” Sambil khayal judul tulisan ini, bertemu kawan di Bandara. 

Saat flight “pesawat diatas langit”, tangan saya tak bisa diam. Orang di samping saya, tegur: “Pak Take Off, ntar aja dilanjutkan.” Kemudian, sejenak menghargai tetangga, handpone masuk ke kantong depan jaket. Setelah pesawat posisi bagus dan sudah ada komando dari “Kokpit” dan penjaga “Kru Cabin”, segera saya menyandarkan kepala dan membuka handpone. Kemudian, saya melanjutkan tulisan. Dalam tempo singkat, sekitar kurang lebih 2 jam penerbangan “Garuda – GA”, saya mencoba menarasikan tentang Dr. Zul, Gubernur NTB.

Tulisan tidak selesai, karena harus istirahat. Sebelumnya, malam sempat begadang, mengerjakan hasil penelitian untuk disertasi. Kemudian, istirahat sejenak dipesawat. Sekitar 10 menit kemudian, Pesawat Garuda landing dengan baik dan mulus.

“Selamat Datang di Bandara Internasional Lombok” begitu suara “Kru Cabin” dan kami turun pesawat menuju Gedung terminal BIL. Istirahat sejenak di “Makan Bakso Tembak”. Tempat biasa nongkrong menunggu Flight.

Kemudian, saya memesan Grabber, dapat, grabbernya. Ongkosnya lumayan, pakai Tunai karena saldo OVO “Nonda” (Tidak ada alias kosong). Ongkos 215.300 (Dua Ratus Lima Belas Tiga Ratus Rupiah). 

Setelah “Makan Bakso”, Grabbernya kontak telpon. Suaranya wanita. Saya kaget. Karena baru pertama “Taksi Online” drivernya wanita. Dalam hati saya: “artinya Dr. Zulkieflimansyah” sebagai gubernur sudah memberi perlindungan kepada wanita, hingga menurut saya, itu wanita pertama.” Karena riskan sekali. “Ini Lombok Bung.” Saya ungkap perasaan itu kepada teman: “Oke, kawan memahami sambil senyum ketawa.”

Saya menuju mobil Grabber di Parkiran, depan “Alfamart.” Teman saya bilang: “Hebat Alfamart ini, kok bisa ada dalam bandara.” Ucap kawan ku.

Tanya ku: “Kenapa memang?” lalu dia menjawab: “di turkies tidak boleh. Kena pajak miliaran.” Kemudian, segera naik ke Mobil Grabber: “Selamat siang, mbak Sur,” panggil aja begitu. Karena namanya saat naik tidak tau.

Tetapi nama di Aplikasi Grabbernya “Atun Suriyani”. Kemudian, Sur menjawab: “Mari Pak Chalistarano.” Panggil namaku. Karena di Aplikasi Grabber ku, namanya “Tsurayya Tsabita Chalistarano.” Ya. Itu nama masuk nominasi untuk sebuah nama anak ku. Tetapi tidak kepilih, karena istri tidak merestui nama itu. Tetapi di Aplikasi tetap, tidak diganti. Ya, ngak apa-apa.

Setelah, berjalan. Rencana menuju Kota Mataram. Diatas mobil diskusi harus dimana untuk istirahat. Karena saya ingin sekali menyelsaikan pikiran-pikiran saya. Mumet di dalam otak.

Mobil Grabber pelan. Sambil santai. Aku pilih Sengigi untuk istirahat. Sesuai pesanan aplikasi Grabber. Karena aplikasi bisa merubah rute perjalanan.

Saya bertanya pada Grabber, sopirnya cewek cantik. Celananya “Jongkor” (Pendek). Typikal seksi. Baju putih, jaketan. Wanita Grabber menjawab pertanyaan saya: “Sengigi pak.” Wah teman saya senang sekali. Tetapi saya agak risih dan ngak tenang.

Namun, agak bingung saya mau menulis dimana, kira-kira tempat agak “Senap Semu” (Nyaman dan Tenang). Ya akhirnya ke Sengigi.

Diperjalanan terus lirik kanan kiri, untuk menambah spot pikiran dan narasi tulisan. Kira-kira apa yang terbaru dilakukan oleh Dr. Zulkieflimansyah. Namun, nihil karena sudah biasa yang dilihat. Tetapi, bagi kawan ku. Lombok: Bandara – Sengigi, luar biasa pembangunannya.

Kawan ku, mengamati sepanjang perjalanan Bandara – Sengigi, kelihatan bersih dari Sampah. Memang sengaja saya arahkan perjalanan lewat tempat bersih-beraih agar kawan ku melihat yang bersih. Karena dua orang kawan ku: “Aktivis Lingkungan Khusus Perairan Laut dari Amerika Serikat, perwakilan Indonesia.”

Sampai di Hotel Jayakarta – Sengigi. Tapi sebelum masuk, tepat di pintu gerbang Hotel. Dikagetkan seorang ibu setengah baya, membuang “Botol Aqua” tanggung ukuran 15ml. Kawan ku langsung sergap sergah turun dari mobil: “Ibu mohon diambil kembali sampahnya, nanti ibu Buang di tempat sampah ya.” Ujar kawan ku.

Kemudian, mobil kembali masuk ke reseptionist hotel. kami turun dari mobil. Segera memasan kamar. Sampai di lantai 3 Hotel. Kamar cukup luas. Kami memesan dua kamar. Kamar 1: saya berdua dengan: Gerry. Kawan akrab sejak advokasi nelayan dan pejaga laut.

Ternyata, Gerry mengajak saya ke Lombok untuk mengamati program Zero Waste pemerintah Prov. NTB, dibawah kepemimpinan Dua Doktor Zulrohmi dengan Visi NTB Gemilang.

Saya tanya Gerry: “Ger, kamu kenal Gubernur NTB,” Jawabannya: “tidak mengenalnya. Kita datang ke Lombok hanya jalan-jalan, menikmati udara segar Lombok. Karena kemaren saya di Riau itu dikepung polusi asap.” Ucap Gerry

Lanjutnya, “Aku mengamati Gubernur NTB, sangat bagus programnya. Senang. Karena Zero Waste itu, program yang diterapkan oleh pemimpin yang pikirannya maju. Kalau Zero Waste sukses, NTB menjadi daerah sebagai pilot project daerah lain di Indonesia. Karena akan menjadi Indah kedepannya. Apalagi visinya Gemilang. Tentu outputnya akan Cemerlang. Karena setiap orang Gemilang pasti Cemerlang.” Ujar panjangnya Gerry.

Kemudian, aku tanya lagi Gerry sambil menyodorkan tulisan berjudul: “Cemerlang dan Gemilang” yang ku tulis beberapa hari lalu, untuk menjawab para pengkritik program 100 hari Gubernur NTB: Zuelkiflimansyah.

“Gerry, kamu baca di mana program-program itu?” tanya ku kepada Gerry. Ia menjawab: “dari media, facebook, instagram, twitter dan media lainnya.” Lalu, aku tanya lagi: “darimana kamu tau semua media sosial Gubernur NTB.” tanyaku kembali.

Ia lagi-lagi menjawab sambil senyum, kelihatan gigi “congkangnya” atau buntung: “Rus, aku tau dari media dan ku baca programnya. Lalu aku cari media sosialnya. Gampang kan kawan.” Ujarnya

Lalu Gerry kembali bertanya kepada ku: “Rus, kamu pernah ketemu? setelah Gubernur NTB dilantik. Ya, bertemu memberikan support atau ide-ide lainnya. Apalagi kamu kasi tau saya (Gerry) dulu kalau nelayan diajak deklarasi dukung dia.” Giliran Gerry nih bertanya.

“Ya, aku pernah ketemu sekali di KEK mandalika, kebetulan disana tempat dulu deklarasi. Saat ini sambil berjalan dan menikmati saja. Tidak usah bertemu, media sosialnya bisa kita nikmati.” aku jawab Gerry seperti itu.

Gerry ternyata kepancing: “Rus, coba kamu bahas Komunikasi Politik Zulkieflimansyah Berbasis Media Sosial, Studi: Facebook, Twitter dan Instagram. Karena saya mengamati juga dia Social Mediatologi atau penikmat Sosial Media.” Usul Gerry

Aku menerima saran Gerry, sambil aku keluarkan Kopi Nikmat Buatan Rangga Babuju. Ya, sambilan seruput nikmati Kopi Redstone Bima, buatan Rangga Babuju. Supaya diskusi lebih menarik. Kita menikmati dikamar hotel “Tanpa Gula” sengaja dibuatkan oleh istri, bekal perjalanan. Yang di isi lewat termos kecil, cukup 2 Gelas kopi. Kemudian aku berbagi dengan Gerry.

Gerry panggil ku. Memang pengertian: “komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi berupa lambang, simbol, pesan atau kegiatan yang bersifat politik, dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik.” Gerry Itu menurut Nimmo (1989), Surbakti (2010), dan Cangara (2009).

Gerry kaget sampai aku hafal nama dan tahun buku para pakar komunikasi itu. Ya, kataku. Karena aku lulusan Magister Komunikasi Politik. Bacaan setiap hari politik dan cara komunikasi pemerintah. Ya, Gerry hanya mengangguk-angguk.

Gerry, mengamati Dr. Zul Gubernur NTB, memang unik sekali. Karena typical-nya Sandalan, Jeans, Oblongan dan Body languange tidak dikenal elit dan tidak sombong. Walaupun cukup kita tau ya sangat bisa untuk hidup elit karena kategorinya sudah mapan.

“Ya, Dr. Zul kalau diamati dari persfektif komunikasi politik berbasis media sosial, mempunyai implikasi dan konsekuensi terhadap aktivitas politik yang terjadi baik secara faktual maupun potensial.” Jelasku pada Gerry.

Lalu Gerry katakan: “faktor paling penting dalam komunikasi politik dalam pemerintahan Dr. Zul kedepan, terletak pada isi pesan yang bermuatan politik, program, metode, visi dan misi serta target kerja-kerja pemerintahan. Karena, aku melihat potensial issue is media sangat empuk kalau media pintar melihat gaya komunikasi politik Gubernur NTB. Karena memainkan peran yang penting dalam sistem politik NTB dan tepatnya membawa situasi dimana demokrasi lokal hidup.” Komentar balik Gerry panjang lebar.

Lebih pintar Gerry daripada saya. Hahah… sambil kita ngakak dan menikmati asap rokok Gerry… tentu tidak lupa dibantu oleh Kopi Pahit buatan Rangga Babuju.

“Rus, komunikasi politik pemerintahan Zulrohmi menjadi elemen dinamis dan menjadi bagian penentuan dari sosialisasi visi misi, partisipasi kerja, dan pengrekrutan Sumber Daya sebagai Machine is Change (mesin perubahan).” Ungkap Gerry, saat ini komentarnya lebih cemerlang dan terlihat sangat serius.

Ya, baru kali ini, aku melihat Gerry diskusi politik panjang lebar. Karena biasanya saya mendengar ocehannya saat mitigasi lingkungan.

Ya, Media sosial Dr. Zul sebagai contoh kepala daerah khusus NTB yang terbuka segala arah. Informasi perjalanan pemerintahanya sangat gampang diakses oleh rakyat. Artinya selalu pemasaran rencana, program dan target. Dr. Zul juga melakukan upaya agar ada pembentukan citra, public opinion (pendapat umum) dan menjawab pendapat atau tuduhan lawan politik.

Karena studi pemerintahan yang baik itu ukurannya transparan dan terbuka. Maka, indikator pemerintahan yang terjaga stabilitas dan kemampuan manajerialnya bagus ditandai oleh aktivitas  pemerintahan berbasis media sosial (Social Mediatologi).

Karena itu, peran Dr. Zul sebagai nahkoda kapal (pemerintahan) yang bernama Gemilang sudah dinilai sangat bagus, baik membangun citra politik yang baik bagi khalayak sehingga dapat terbentuknya kolektif kolegialnya masyarakat berdasarkan informasi yang kita terima, baik langsung maupun melalui media sosial yang bersifat umum dan aktual.

Gerry menyimak penjelasan ku secara detail dan inti dari argumentasi ku bahwa memang citra Doktor Zul membawa kapal (Kybernologi / Pemerintahan) bernama Gemilang itu dalam setahun umur 100 hari sudah sangat tepat dan baik.

Giliran Gerry komentar panjang dan cerdas, tapi dalam saluran bermakna kritik, komentarnya: “Rus, beberapa media, aku baca. Komentarnya pedas-pedas. Terutama masalah beasiswa, lingkungan, Zero Waste, kehutanan, banjir dan lainnya. Aku amati bagus-bagus kritik terhadapnya.”Ujar Gerry 

Kemudian, aku mencoba elaborasi sedikit. Sambil jalan membuka pintu, karena Karl Mic Licen mau masuk, sudah 5 kali ketuk pintu sambil teriak: “wow buka pintu untuk aku, home body home.”

Lalu aku lanjut, “pembentukan pendapat umum terhadap pemerintahan Zulrohmi memang sangat Nyelekit. Tapi masih dalam biasa saja. Kritik dan upaya bentuk opini itu bagus sekali sebagai evaluasi terhadap kinerja. dalam komunikasi politik, sangat ditentukan oleh peranan media politik terutama media sosial. Maka, beberapa waktu lalu, Dr. Zul menjawab mereka lewat media sosial sekaligus membuka lahan kritik baru di laman komentar facebooknya.”

Karl Mic Licen menyela ditengah keseriusan diskusi bersama Gerry. Licen bertanya: “What is discussion… Apa yang kalian diskusikan para bocah. Hahah kok serius sekali. Kopi-kopi mana?.”

“Licen, discussion is Gubernur Jenderal NTB. Gimana, kamu mau ikut nimbrung.” Tanya ku sambil mengajaknya diskusi.

Tidak disangka ternyata Licen menjawabnya: “bagus-bagus, Good Good Good is idea, karena baru saya baca program lingkungannya, student programme ke luar negeri, Zero Waste dan banyak lagi. Saya baca juga masyarakat harus bahagia. Nah, ini bahagia gimana Rusdi? apa harus istri banyak, kayak orang Lombok. Hahahahah” Ujar Licen, sambil ketawa ngebahak.

Kemudian, saya mencoba melanjutkan diskusi dan menjawab Licen dan Gerry secara serius: “Pertama: Ya, visi NTB Gemilang itu diterapkan dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah untuk menjadikan NTB seperti daerah (rumah) penuh bahagia. Tentu bukam istri banyak, tetapi tempat hunian para etnis yang majemuk hidup aman damai dan sejahtera.

Kedua, Artikulasi dan proses mengelola aspirasi masyarakat yang bercorak ragam untuk disaring dan dirumuskan dalam bentuk rumusan yang teratur, sudah dilakukan. Apalagi agregasi (pengabungan) berbagai kepentingan yang sama atau hampir sama untuk disatukan dalam satu, seperti staf ahli dan tenaga ahlinya banyak sekali. Itu semua untuk merumusan kebijakan lebih lanjut. Tentunya lebih mudah.

Ketiga, selama satu tahun ini, sebagai fungsi pembuat kebijakan. Dr. Zul kita lihat tampil “Posmopolit” diberbagai kalangan. Ya, politik silaturahmi dijalankan bersama lembaga legislatif dan ketua-ketua partai politik melalui berbagai hak inisiatif dan budget lewat kerja sama.

Keempat, Pemerintahan Zulrohmi juga sudah menerapkan Kebijakan, yang tidak hanya sekadar pembuatan rincian dan pedoman pelaksanaan peraturan, tapi juga perlu penafsiran atas aturan tersebut agar mudah dipahami dan dilaksanakan rakyatnya atau model pembangunan.

Atas, komentar dan argumentasi serius itu. Gerry dan Licen langsung akui dan merasa salut. Gerry langsung memberi sinyal test case selama berada di Lombok.

Gerry: “Rus, kamu sudah sangat bagus menjelaskan usur-unsur komunikasi politik, begitu dong sebagai magister. Cerdas.” Tutupnya sambil beranjak dari tempat duduk, untuk mandi siap untuk jalan-jalan menjejal sengigi.

Terakhir, komunikasi politik Gubernur NTB itu sudah menjadi bagian dari Body of Knowledge yang mewakili segala unsur dan berusaha tampil sebagai Gubernur yang menjadi sumber segala pesan, opini, media, penerima dan efek opisis. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh Kepala Daerah lain. Cirihasnya: “Oblongan, Sandalan dan Social Change.”

Para tenaga ahli dan staff ahli memang harus bekerja keras mengikuti gaya sang Gubernur. Bukan hanya untuk berharap gaji tinggi, tetapi langkahnya harus powership agar NTB Gemilang dapat terwujud.(*)

Komentar Anda