KISAH MEREKA YANG MENDAPAT HIDAYAH ISLAM: Berawal dari Suara Azan di Tengah Laut

Azan di Tengah Laut
MASUK ISLAM : Muhammad Zikrullah (kopiah putih) saat mengucap dua kalimat syahadat di masjid Desa Bungtiang Kabupaten Lombok Timur tahun lalu. (IST/RADAR LOMBOK)

Allah menganugerahi hidayah kepada hamba yang dikehendakiNya. Pengalaman spritual yang dialami seorang pemuda bernama Mute, membuat ia akhirnya mengucap syahadat.


AZWAR ZAMHURI-MATARAM


Lombok dikenal dengan julukan Pulau Seribu Masjid. Di Lombok juga banyak pesantren dan ahli agama. Itulah yang membuat Mute, pemuda kelahiran Perom Kecamatan Sumba Kabupaten Sumba Barat Daya NTT datang. Pemuda ini akhirnya memutuskan masuk Islam pada tanggal 11 Februari 2018 lalu di Desa Buntiang Kecamatan Sakra Barat Lombok Timur, yang disaksikan ratusan warga setempat. Setelah muslim, nama Mute menjadi Muhammad Zikrullah.

Ada pengalaman yang tidak bisa dilupakannya, yakni sewaktu ia sedang melaut bersama nelayan lain beberapa tahun lalu. Di tengah laut dengan jarak sekitar 5 sampai 10 mil dari daratan, tiba-tiba dia mendengar suara azan yang sangat merdu. Padahal, dengan jarak sekian mil dari daratan, tidak mungkin akan terdengar suara orang yang sedang mengumandangkan azan. Terlebih di daratan juga dihuni oleh masyarakat non muslim. “Pada saat mendengar azan itu, saya sedang mengangkat jaring. Suara azan itu tiba-tiba datang, dan membuat saya kaget. Masak ada orang azan di tengah laut,” tuturnya kepada Radar Lombok.

BACA JUGA: KISAH MEREKA YANG MENDAPAT HIDAYAH ISLAM: Akbar Swarjaya Ibrahim, Sering Lihat Tetangga Salat

Baca Juga :  KISAH MEREKA YANG MENDAPAT HIDAYAH ISLAM: Christin, Beruntung Punya Orang Tua Demokratis

Setelah mendengar suara azan itu, ia kemudian melihat arlojinya yang menunjukkan pukul 02.00 pagi hari. “ Kalau subuh kan biasanya orang azan itu jam lima, ini kok jam dua,” lanjutnya.

Anehnya lagi, setelah suara azan tidak terdengar lagi, tiba-tiba ada sosok pria berbaju putih dan bercahaya, muncul di penglihatannya seraya berkata. “ Nak, niat kamu, kamu harus teruskan”. Orang itu mengulang lagi perkataannya sebanyak tiga kali lalu menghilang begitu saja. “Dan mulai sejak itu, hati saya ingin segera masuk Islam,” katanya.

Selain mendapatkan hidayah di tengah laut, pemuda kelahiran 1 Oktober 1998 ini mengaku kerap didatangi mimpi. Sehingga dari hari ke hari, niat hendak secepat mungkin masuk Islam terus menggelora. ”Jujur setelah mendapatkan hidayah di tengah laut itu, saya merasa diri sudah Islam. Karena sehari-hari setiap saya makan dan beraktivitas selalu saya awali dengan mengucap bismillah saja. Karena memang hanya itu saja yang saya hafal,” jelasnya.

Beberpa waktu kemudian ada temannya yang berasal dari Pero hendak pergi ke Lombok. Akhirnya dia memutuskan ikut ke Lombok, dan untuk sementara tinggal menumpang di rumah saudaranya yang ada di Pulau Maringkik. “Jadi tujuan saya ke Lombok hanya satu, mencari pondok pesantren untuk belajar agama Islam, dan mencari orang yang mau mengkhitan dan siap berikrar masuk Islam,” tekadnya.

Baca Juga :  KISAH MEREKA YANG MENDAPAT HIDAYAH ISLAM: Akbar Swarjaya Ibrahim, Sering Lihat Tetangga Salat

BACA JUGA: Mengenal Naja, Peserta Lomba Hafiz Indonesia Yang Hafal Alquran 30 Juz

Masyarakat Buntiang kemudian membawanya ke dokter untuk disunat. Setelah mengucapkan kalimat syahadat sebagai tanda memeluk agama Islam, Muhammad Zikrullah mengaku lebih tenang dan banyak perubahan dalam hidupnya. ”Kalau saya bandingkan pikiran saya sekarang lebih tenang, dan segar. Pokoknya jauh perbedaan yang saya rasakan,” katanya.

Keinginan masuk Islam, sebenarnya sejak dirinya duduk di bangku SMP Satap Boggor Sumba, NTT. Namun niat ingin masuk Islam itu belum terwujud akibat berbagai kendala, seperti dia belum dikhitan, dan lainnya.

Kemudian pada saat masuk kelas 3 SMP, dia memutuskan datang ke Lombok, dengan niat untuk menuntut ilmu agama Islam lebih dalam lagi. Karena dia mendengar kalau di Pulau Lombok itu banyak berdiri pondok pesantren yang siap mengajarkan ilmu agama. “Kalau di NTT itu kan mayoritas agama non muslim, jadi tidak ada pondok pesantren. Makanya saya datang ke Lombok, sambil saya mencari keluarga di Desa Maringkik, Kecamatan Keruak,” tutupnya.(*)

Komentar Anda