Kemiskinan NTB Ditargetkan Turun di Bawah 10 Persen

KEMISKINAN: Tampak kediaman atau rumah milik salah satu warga di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, yang masih belum layak huni, sehingga dimasukkan dalam kategori kemiskinan. (RATNA/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) menargetkan angka kemiskinan di NTB pada tahun 2025 mendatang, bisa turun hingga di bawah 10 persen.

“Di posisi bulan Maret 2023, penduduk miskin di NTB berada di angka 13,85 persen. Karena itu, Pemprov NTB bersama Pemda Kabupaten/Kota di NTB akan terus berupaya menurunkan angka kemiskinan di daerah NTB,” kata Kepala Bappeda NTB, Dr. H Iswandi, M.Si, di Mataram, kemarin.

Iswandi menyebut rata-rata penurunan penduduk miskin Provinsi NTB tahun 2003-2022 sebesar 48,06 persen. Capaian ini berada di atas Nasional (45,06 persen), di atas Provinsi Sulawesi Selatan (40,48 persen), di atas Provinsi Bali (37,74 persen), dan di atas Provinsi NTT (29,94 persen). “Target capaian penduduk miskin Provinsi NTB pada tahun 2025 adalah di bawah 10 persen,” ujar Iswandi.

Refleksi pembangunan Provinsi NTB sendiri, dapat dilihat dari capaian indikator makro yang meliputi Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Tigkat Pengangguran Terbuka (TPT), Persentase Penduduk Miskin, Gini Ratio, Pengeluaran Perkapita, Pertumbuhan Ekonomi dengan Tambang, PDRB ADHK per Kapita maupun PDRB ADHB per Kapita.

Iswandi mengatakan, khusus untuk IPM, rata-rata pertumbuhan IPM NTB dari tahun 2002 – 2022 sebesar 20,17 persen. Angka ini merupakan capaian yang diraih NTB dengan posisi di atas Provinsi Bali (13,24%), di atas Provinsi Sulawesi Selatan (11,52%), di atas Nasional (10,81%) dan di atas Provinsi NTT (9,29%).

Baca Juga :  Dalam Birokrasi, Pergantian Sekda Dinilai Wajar

Khusus di 2023 sesuai dengan laporan BPS menunjukkan laju pertumbuhan IPM Provinsi NTB mengalami pertumbuhan sebesar 72,37 pada tahun 2023 jika dibanding tahun 2022 yang sebesar 71,65. IPM Provinsi NTB masih berada pada kategori capaian tinggi nasional. Nilai pertumbuhan IPM NTB menempati peringkat ketujuh secara nasional.

Ada tiga dimensi untuk mengukur IPM yaitu dimensi kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Dimensi kesehatan yang digambarkan oleh indikator Umur Harapan Hidup, di tahun 2023 Provinsi NTB mencapai 72,02 tahun. Indikator ini meningkat sebanyak 0,36 tahun dibandingkan tahun 2022.

Selanjutnya, dimensi pendidikan digambarkan oleh indikator Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah (HLS). HLS Provinsi NTB di tahun 2023 Provinsi NTB mencapai 13,97 tahun, meningkat 0,01 tahun dibandingkan tahun 2022.

Sedangkan RLS-nya sebesar 7,74 tahun dan nilai ini meningkat sebanyak 0,13 tahun dibanding tahun sebelumnya. Dimensi hidup layak yang digambarkan oleh indikator Pengeluaran Per Kapita, capaian Provinsi NTB di tahun 2023 sebesar Rp 11.095.000 per orang per tahun.

Baca Juga :  PUPR NTB Perkirakan Kerugian Mencapai Rp 15 Miliar

Sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi NTB dari tahun 2003 – 2022 sebesar 54,42%. Capaian ini bera di bawah provinsi Sulawesi Selatan (73,96%), namun di atas Nasional (39,4%) di atas Provinsi NTT (11,94%), di atas Provinsi Bali (10,45%). Adapun di tahun 2022 ini, penurunan TPT Provinsi NTB sebesar 2,89%.

Sementara itu rata-rata kenaikan Gini Ratio Provinsi NTB tahun 2002 -2022 sebesar 34,54% yang berada di bawah Provinsi Sulawesi Selatan (16,99%), di bawah Provinsi Bali (14,56%), di bawah Provinsi NTT (12,96%) dan di bawah nasional (11,73).

“Tahun 2022, Gini ratio Provinsi NTB sebesar 0,374. Target akhir capaian Gini Ratio Provinsi NTB pada tahun 2025 adalah terus berkurang atau menurun,” ujarnya.

Sedangkan terkait dengan PDRB ADKH per kapita Provinsi NTB tahun 2022 sebesar Rp18.648.190. Rata-rata pertumbuhan PDRB ADHK per kapita Provinsi NTB tahun 2010 – 2022 sebesar 20,10 persen. Sementara itu rata-rata pertumbuhan pengeluaran per kapita Provinsi NTB tahun 2013-2022 sebesar 19,34%. (rat)

Komentar Anda