Kehilangan Dua Anak, Menantu dan Cucunya

BERDUKA: Amaq Mukinah memperlihatkan foto Mahrun di kediamannya Jumat kemarin (4/11). Mukinah kehilangan dua anaknya, menantu dan cucunya (Haerudin/Radar Lombok)

Cerita duka  menyelimuti  keluarga Mahrun  asal Dusun Tanak Embung Daya Desa Selebung Kecamatan Batukliang Kabupaten Lombok Tengah. Mahrum salah satu korban tewas tenggelamnya  kapal yang mengangkut (TKI) illegal dari Malaysia  terjadi diperairan Teluk Mata Ikan, Nongsa, Batam, Rabu  lalu (2/11).

 

 


Haerudin– Lombok Tengah


 

Mata  Amaq Mukinah menerawang.  Sesekali dia menarik nafas dalam-dalam. Amaq Mukinah begitu berduka. Tidak hanya kehilangan anaknya, Mahrum yang tewas tenggelam saat dalam perjalanan pulang merantau dari Malaysia, Amaq Mukinah juga kehilangan menantu dan cucunya   Zainab  istri dari Mahrun serta  Zainatun yang baru berumur 6 tahun putri mereka, juga turut menjadi korban. Jenazah Mahrun dan Zainab sudah ditemukan, sedangkan Zainatun belum ditemukan.

Amaq Mukinah semakin terpukul karena putrinya Siti Aisyah juga turut menjadi korban.  Sementara Halil suami dari Siti Aisyah selamat dalam tragedi kapal tenggelam itu.  “Halil yang ngasih kita informasi bahwa anak saya  (Mahrun dan Siti Aisyah) sudah meninggal dan cucu saya  (Zainatun) belum ditemukan hingga sekarang,” ungkap Amaq Mukinnah ketika ditemui Radar Lombok Jumat kemarin (4/11).

Diceritakan,  Mahrun sudah 14 tahun merantau ke Malaysia.  Di Malaysia juga Mahrun bertemu Zainab dan menikahinya. “Mahrun sudah tiga kali menikah. Satu di sini dan dua di Malaysia. Anaknya disini satu masih kelas VIII SMP dan biyaya sekolahnya dari hasil yang dikirim oleh bapaknya  di Malaysia,” tambahnya.

Sementara adiknya Siti Aisyah baru 3 tahun menemui suaminya  bernama Halil yang berangkat duluan. Mahrun dan Aisyah  merupakan tulang punggung keluarga. 

Mahrun bersama istri dan anaknya janjian dengan Aisyah bersama suaminya Halil untuk pulang bersama-sama.  Mereka memilih pulang lewat jalur illegal karena tidak punya dokumen sebagai TKI resmi.  Amaq Mukina mengaku sebelum berangkat pulang, Mahrun menelponnya. Dia mengabarkan akan naik kapal dari Malaysia menuju Batam. Saat menelpon itu, Mahrun berpesan dibuatkan  jajanan khas Lombok karena sudah 14 tahun merantau.

Mahrun juga bilang bahwa dirinya sangat ingin melihat keluarga beserta rumah hasil jerih payahnya merantau selama 14 tahun. “Dia ingin dibuatin jajan dan menyekolahkan cucu saya (Zainatun)  di Lombok.  Cucu saya lahirnya di Malaysia,'' tambahnya.

Mahrun dan Aisyah menjadi tulang punggung keluarga Amaq Mukinah.  Apalagi dia sudah lama tidak bekerja karena usianya yang semakin tua.

Mahrun sudah 14 tahun sebagai TKI di Malaysia. Saat berangkat memang Mahrun  melalui jalur resmi. Dia diberangkatkan oleh PJTKI namun karena 14 tinggal di Malaysia, dia menjadi TKI illegal. ''Mahrun pun hanya sebentar bekerja di kebun sawit dan akhirnya kabur sehingga menjadi gelap,'' tuturnya. Sedangkan Aisyah berangkat menggunakan paspor wisata.

Amaq Mukinah terkenang dengan perkataan Mahrun. Selain ingin dibuatkan jajanan khas Lombok, dia  juga membawakan Aela anaknya dari istri pertama kalung emas. Aela ditinggal Mahrun ke Malaysia sejak berumur 3 bulan.

Aela mengaku sempat berkomunikasi dengan Mahrun hari Selasa (1/11). Saat itu Mahrun mengabarkan akan pulang. “Saya telpon sama bapak kemarin hari Selasa, dia bilang mau pulang daan bawakan saya kalung emas untuk jadi hadiah,” ungkapnya.

 Aela begitu rindu bertemu ayahnya. Selama ini dia hanya mengenal wajahnya ayahnya dari foto-foto yang dikirim dari Malaysia.  ”Saya rindu ayah dan saya pengin ketemu ayah,” katanya.

Aela yang kini duduk di bangku kelas VIII SMP itu bingung akan masa depannya dan keberlangsungan pendidikannya. Selama ini, ayahnya yang rutin mengirimkan biaya pendidikannya.  ”Saya kelas 2 SMP tapi tidak tahu mau ngelanjutin atau tidak. Soalnya cuma ayah yang membiayai saya sekolah,” tandasnya dengan nada sedih. Diungkapkan,  dirinya  berdoa semoga jenazah bapaknya  segera dipulangkan.

H Muhammad Sahwan selaku kepala Dusun Tanak Embung Daya Desa Selebung mengungkapkan bahwa pihaknya ikut perihatin dengan adanya warganya yang terkena musibah. Diharapkan   masalah tersebut semoga bisa menjadi pembelajaran sehingga masyarakatnya sadar untuk mengikuti jalur resmi jika ingin menjadi TKI. “Semoga dengan masalah ini menjadi pelajaran bagi warga saya sehingga tidak lewat calo yang hanya menjanjikan pekerjaan baik namun pada enyataanya menjadi budak di negeri orang,” ungkapnya. (*)

Komentar Anda