IWAPI NTB Mengajak Santri Ponpes Tidak Menikah Usia Dini

IWAPI NTB memberikan edukasi bahaya menikah usia dini kepada santri Ponpes Ponpes Tahfizul Quran Annur Abhari, Banyumulek, Lombok Barata, Minggu (14/1).

GIRI MENANG – Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Provinsi NTB terus berkomitmen untuk menggencarkan edukasi di sekolah-sekolah dan pondok pesantren untuk menekan angka pernikahan dini. Ketua IWAPI NTB Hj Baiq Diyah Ratu Ganefi mengajak para pelajar yang ada di sekolah dan madrasah, serta di Pondok Pesantren untuk menghindari menikah di usia dini, hingga mereka cukup umur, atau lulus sekolah minimal SMA sederajat.

IWAPI NTB menggandeng Badan Kerjasama Organimsasi Wanita (BKOW), Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, dan stakeholder lainnya menyasar para remaja usia sekolah jenjang SMA sederajat untuk menunda menikah sampai mereka sudah tamat SMA.

“Menikah dini dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik, sosial, dan psikologis anak perempuan maupun laki-laki,” kata Ketua IWAPI NTB Hj Baiq Diyah Ratu Ganefi di hadapan puluhan remaja dan santri Ponpes Tahfizul Quran Annur Abhari, Banyumulek, Lombok Barata, Minggu (14/1).

Baca Juga :  Menikah, Siswi SMPN 11 Mataram Gagal Ikut UN

Menurut Baiq Diyah, mencegah pernikahan usia dini, menjadi sangat penting. Karena menikah usia dini dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik, sosial, dan psikologis anak perempuan maupun laki-laki. Oleh karena itu, semua pihak sangat penting untuk mencegah pernikahan di bawah umur agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih besar, buat diri sendiri, keluarga dan lingkungan.

Ia memaparkan, dampak negatif yang bisa dirasakan oleh perempuan yang menikah di usia dini adalah, usia kandungan yang belum siap diisi janin. Begitu juga proses melahirkan, cukup membahayakan. Hal ini sangat rawan dan berisiko terhadap kesehatan. Potensi dampak lainnya adalah, ketika perempuan menikah di bawah usia ideal, tingkat kematangan secara ekonomi sangat kecil, apalagi perempuan dan lakinya belum siap bekerja.

Begitu juga menikah di usia dini bagi laki- laki secara emosional belum siap menjadi kepala keluarga. Termasuk secara ekonomi belum siap memberikan nafkah secara materi kepada keluarga. Jika sudah tidak bisa memberikan nafkah kepada keluarga, bisa berujung pada perceraian, dan ujungnya adalah merugikan anak-anak.

Baca Juga :  Tak Ingin Kedua Kekasihnya Terluka, Dinikahi Sekaligus

“Anaknya berpotensi stunting kalau secara ekonomi belum siap. Karena asupan makanan, atau gizi untuk janin atau bayi, atau anak, tentu sangat kurang,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Diyah menegaskan IWAPI akan terus melakukan edukasi mencegah pernikahan dini. Selain mengajak para remaja menghindari menikah usia dini, IWAPI juga memberikan tips –tips menjadi wirausaha, agar nantinya para santri bisa membuka peluang usaha secara mandiri.

“Kami akan terus memberdayakan masyarakat agar lebih paham bahaya pernikahan usia dini dan mendorong terciptanya kesetaraan gender. Tak kalah pentingnya lagi adalah, para remaja ini bisa berwirausaha mandiri,” demikian Baiq Diyah. (luk)

Komentar Anda