IFSCA Latih Petani Perempuan Membuat PGPR

IFSCA Latih Petani Perempuan Membuat PGPR
PELATIHAN: Para petani perempuan mengikuti pelatihan yang digelar IFSCA. Tampak Manager IFSCA Lombok Utara Lukman Taufik beserta pemateri lain dalam pelatihan tersebut.(ISFCA KLU FOR RADAR LOMBOK)

TANJUNG–East Indonesia Innovative Farming System and Capability For Agribusiness Acitivtiy (IFSCA) memberikan pelatihan pembuatan plant growth promoting rhizobacteri (PGPR) atau bakteri pemacu pertumbuhan tanaman kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Cempaka Putih, Dusun Tanak Muat, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Jumat (28/2) lalu.

Pelatihan diikuti 32 orang dari perwakilan KWT binaan IFSCA serta perwakilan Dinas Ketahanan Pangan Pertanian (DKPP) Lombok Utara. Pelatihan sendiri difasilitasi PPL dari DKPP dan field officer.

IFSCA sendiri merupakan program kerja sama antara Unram dengan Massey University dan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) yang sudah berjalan lima tahun. IFSCA masih fokus kepada pemberdayaan kapasitas dan keterampilan petani dalam meningkatkan pengembangan sayur dan buah guna mendukung kegiatan pariwisata di KLU dan meningkatkan pendapatan petani. “Dengan kegiatan pelatihan PGPR ini bisa menekan perkembangan penyakit dan hama serta meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman sehingga memungkinkan petani Lombok Utara untuk menyediakan buah dan sayuran dengan kualitas/kuantitas memadai, aman dikonsumsi dan berkesinambungan untuk pasar hotel maupun regional,” ungkap Manager IFSCA KLU Lukman Taufik.

Ia menjelaskan, esensi pengembangan hortikultura adalah upaya peningkatan pendapatan petani. Kaitan dengan hal tersebut, ia menekankan agar petani mulai memperhatikan perkembangan penyakit dan hama serta meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman sehingga persoalan peningkatan produksi mampu diatasi secara cepat dan memungkinkan petani menyediakan buah dan sayuran dengan kualitas/kuantitas memadai, serta berkesinambungan untuk pasar hotel maupun regional. Lukman yakin hal ini bisa terwujud apalagi dimulai dengan kerja sama yang bagus dari semua elemen.

Terkait dengan pelaksanaan pelatihan, fasilitator memberi arahan bahwa peran PGPR sangat penting bagi tanaman. Bakteri-bakteri PGPR berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman dan mencegah penyakit. PGPR bisa diaplikasikan pada semua fase pertumbuhan tanaman mulai dari perlakuan benih, perlakuan lahan pra-tanam hingga pasca-tanam.

Tergambar bahwa peserta sangat senang dan berharap ada bimbingan secara reguler untuk menjawab persoalan yang muncul secara cepat dan tepat. Dalam hal materi, lebih dari separuh peserta menilai PGPR merupakan hal baru yang diharapkan akan banyak membantu dalam rangka meningkatkan kesehatan maupun ketahanan tanaman dari serangan hama/penyakit. Segenap peserta berharap agar penggunaan PGPR dalam memperbaiki performance tanaman dapat dipergunakan dalam skala lebih luas sehingga budi daya hortikultura di KLU memiliki makna ganda yaitu “ramah lingkungan dan produksi yang dihasilkan aman dikonsumsi”.

Dalam proses diskusi dan praktik pembuatan PGPR, cara menggunakan dan dosis penggunaan menjadi isu yang paling banyak didalami oleh peserta. Fasilitator memberikan arahan atas isu dimaksud dengan menekankan agar bekerja maksimal; aplikasi PGPR sebaiknya sejak perlakuan benih dengan cara merendam benih dengan larutan PGPR dengan konsentrasi 10 ml PGPR per liter air selama 5-8 menit. Selain pada benih, PGPR dapat diaplikasikan pada bibit dengan dengan cara merendam bibit selama 5-10 menit sebelum ditanam dengan konsentrasi 10 ml PGPR per liter air. Sementara pada lahan sebelum penanaman dilakukan dengan cara  melarutkan 400 ml PGPR dengan air bersih 1 tangki  (14 atau 15 liter). Semprotkan secara merata pada lahan satu minggu sebelum penanaman dilakukan.

Akhir diskusi, fasilitator menegaskan akan lebih sempurna jika PGPR juga diaplikasikan pada tanaman yang sudah ditanam dengan konsentrasi 5 ml PGPR per liter air dan siramkan sebanyak 25-400 ml ke akar tanaman. Ulangi setiap 15 atau 20 hari sekali. (flo/rls/*)

Komentar Anda