HARUM Masukkan Mitigasi Bencana Dalam Kurikulum Sekolah

Bangun Kesiapsiagaan Bencana Sejak Dini

SAPA WARGA: H Mohan Roliskana melambaikan tangan menyapa warga yang menyambutnya dalam silaturrahmi ke Sindu, Cakranegara beberapa waktu lalu. (HARUM FOR RADAR LOMBOK)

MATARAM — Sebagai bagian dari kota di kawasan Ring of Fire (cincin api gunung berapi), Mataram masuk sebagai wilayah yang rawan bencana. Mulai dari gempa bumi, tsunami, angin puting beliung hingga banjir. Selain itu, bencana non alam seperti pandemi dan kebakaran juga mengancam.

Bencana-bencana ini memang tak bisa dicegah, terutama bencana alam. Namun satu hal yang pasti, potensi risiko yang akan timbul bisa diminimalisir jika warga bisa siap siaga. “Sikap kesiapsiagaan terhadap bencana ini tidak bisa muncul tiba-tiba, tapi butuh pembiasaan secara terus-menerus agar masyarakat selalu dalam kondisi siap jika sewaktu-waktu bencana menimpa,” ujar Calon Wali Kota Mataram, H Mohan Roliskana.

Karena itulah, pasangan H Mohan Roliskana – TGH Mujiburrahman (HARUM) merancang sejumlah program  untuk menumbuhkan sikap siap siaga di masyarakat. Diantaranya memasukkan program kesiapsiagaan terhadap bencana dalam kurikulum sekolah mulai dari tinggat yang paling rendah.

“Tujuannya kami ingin warga Mataram terbiasa siap siaga sejak usia dini. Karena itu program kesiap siagaan terhadap bencana bisa diajarkan dan dipraktikkan di sekolah,” imbuhnya.

Bentuknya anak-anak akan diperkenalkan tentang jenis-jenis bencana yang mungkin timbul. Kemudian dibekali cara menghadapi dan menyelamatkan diri ketika bencana itu terjadi. Sehingga anak-anak lebih siap dan tidak panik saat bencana melanda.

“Contoh ketika gempa 2018 lalu banyak korban jiwa karena kita sepenuhnya belum siap. Akibatnya, kita panik menghadapi bencana yang tiba-tiba muncul,” imbuhnya.

Tidak hanya soal gempa, pengenalan bencana alam lain seperti banjir, sambaran petir, kebakaran hingga gunung meletus diperkenalkan. “Termasuk soal bagaimana bertahan hidup di masa bencana (survival) harus kita ajarkan, sehingga kita akan terbiasa bersiap sebelum bencana tiba,” imbuhnya.

Sementara itu untuk di luar sekolah simulasi-simulasi bencana akan menjadi kegiatan rutin baik di masyarakat dan di instansi pemerintah. Kegiatan ini dilakukan secara berkala untuk membangun kesiapsiagaan secara menyeluruh. “Termasuk secara rutin menguji alat pendeteksi gempa dan tsunami. Ini penting agar alat selalu siap pakai dan warga mengenali tanda jika bencana sedang tiba,” imbuhnya.

Penguatan Koordinasi

Sementara itu dari kesiapan aparatur pemerintah penguatan gugus koordinasi bencana akan dilakukan. Penguatan ini agar masing-masing gugus lebih cepat bergerak jika bencana terjadi. Termasuk dalam hal bencana non alam yang belum pernah terjadi semacam Pandemi Covid 19.

“Pandemi ini mengajarkan kita bagaimana pentingnya koordinasi antar lembaga itu penting. Karena itulah penguatan pola koordinasi ini sangat menentukan, terutama untuk bencana yang membutuhkan penanganan segera,” sambungnya.

Dalam satuan tersebut mitigasi bencana baik alam maupun alam akan diperkuat.  Hal ini penting agar semua pihak bisa mempersiapkan rencana aksi pencegahan maupun penanganan untuk memimalisir jatuhnya korban.

“Fungsi unit-unit penelitian dan pengembangan disini penting. Pemerintah kedepan tidak bisa sendiri. Kerjasama dengan akademisi, universitas dan lembaga-lembaga terkait penting untuk melihat gejala-gejala awal dari munculnya bencana,” sambungnya.

Terakhir penguatan sumber daya manusia untuk penanganan bencana. Sehingga pemerintah Kota Mataram kedepan bisa dengan mudah beradaptasi dalam penanganan apapun jenis bencana yang terjadi. Termasuk di dalamnya penguatan sarana penanganan kebencanan.

“Ini bagian dari ikhtiar kita untuk membangun daya tahan kota sebagai sebuah ruang hidup yang berkesinambungan. Kita harus membangun early warning system dengan semua kelngkapan penunjang. Sehingga kita selalu siap ketika bencana sewaktu-waktu tiba,” sambungnya. (dir/adv)

Komentar Anda