2023 Produksi Jagung Kering Pipil NTB Tembus 1,28 Juta Ton

Luas tanam jagung di NTB pada 2023 mencapai 179.030 hektare, dengan memperoleh produk jagung kering pipil 1,28 juta ton.

MATARAM – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat luas panen produksi jagung di NTB 2023 angka tetap, pada 2023 jagung pipilan mencapai sekitar 179.030 hektare. Produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen pada 2023 sebesar 1,28 juta ton.

Kepala BPS NTB Wahyudin menyebut bahwa luas panen jagung pipilan pada 2023 mencapai sekitar 179,030 hektare, mengalami penurunan sebanyak 17,040 hektare atau 8,69 persen dibandingkan luas panen pada 2022 yang sebesar 196,060 hektare.

Produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen pada 2023 sebesar 1,28 juta ton, mengalami penurunan sebanyak 140,89 ribu ton atau 9,91 persen dibandingkan pada 2022 yang sebesar 1,42 juta ton.

“Potensi luas panen jagung pipilan kering Januari–April 2024 diperkirakan mencapai 77,020 hektare dengan potensi produksi jagung pipilan kering kadar air 14 persen sebesar 558,010 ton,’ sebut Wahyudin, kemarin.

Pada 2020, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang sekarang bergabung menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) secara resmi mengimplementasikan metode Kerangka Sampel Area (KSA) untuk pengumpulan data luas panen jagung. Metode tersebut merupakan replikasi dari metode KSA yang telah digunakan untuk pengumpulan data luas panen padi sejak 2018. Implementasi metode KSA pada komoditas jagung dilakukan sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki perhitungan produksi jagung. Dengan menerapkan metode KSA, pengumpulan data luas panen jagung dilakukan secara objektif dan modern sehingga data produksi jagung yang dikumpulkan dapat menjadi lebih akurat dan tepat waktu.

Baca Juga :  Ketimpangan Ekonomi NTB Masih Lebar

Menurut Wahyudin, bahwa proses penyempurnaan perhitungan produksi jagung telah dilakukan dalam berbagai tahapan secara komprehensif. Secara garis besar, perhitungan data produksi jagung melibatkan data luas panen, produktivitas, dan angka konversi jagung. Secara lebih detail, data yang digunakan dalam perhitungan produksi jagung antara lain: luas potensi lahan jagung di lahan sawah dan lahan bukan sawah, luas potensi lahan jagung di lahan sawah diestimasi dari hasil perkalian lahan baku sawah (LBS) dengan proporsi pertanaman jagung di lahan sawah.

Luas potensi lahan jagung di lahan bukan sawah diestimasi dari perkalian lahan tegalan/ladang dengan proporsi pertanaman jagung di lahan bukan sawah. Lahan tegalan/ladang diperoleh dari Laporan Akhir Penyiapan Data Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) 2018–2020 yang dipublikasikan oleh Kementerian ATR/BPN.

Selanjutnya, luas panen jagung dihitung berdasarkan hasil pengamatan fase tumbuh jagung melalui pengamatan lapangan survei KSA Jagung. Produktivitas per hektare berasal dari Survei Ubinan berbasis rumah tangga yang dilakukan setiap subround. Angka konversi jagung tongkol kering panen (JTKP) menjadi jagung pipilan kering dengan kadar air 28 persen (JPK-KA28%) dan 14 persen (JPK-KA14%) menggunakan hasil Survei Konversi Jagung yang dilakukan pada 2020 (SKJG 2020).

Realisasi luas panen jagung pipilan sepanjang Januari hingga Desember 2023 mencapai sekitar 179,030 hektare, mengalami penurunan sebesar 17,040 hektare atau 8,69 persen dibandingkan luas panen pada 2022 yang sebesar 196,060 hektare. Puncak panen jagung pipilan 2023 sama dengan tahun 2022, yaitu terjadi di bulan Maret, dengan luas panen sebesar 41,980 hektare. Namun, puncak panen jagung pada Maret 2023 relatif lebih tinggi 2,580 hektare (6,55 persen) dibandingkan Maret 2022.

Baca Juga :  Bulog Pastikan Pusat Pengeringan Jagung di Dompu Segera Beroperasi

Luas panen jagung hasil Survei KSA Jagung Tahun 2020–2024 terdiri dari tiga jenis panen, yaitu panen hijauan, panen muda, dan panen pipilan. Luas panen jagung pipilan sepanjang Januari hingga Desember 2023 mencapai sekitar 179,030 hektare. Di sisi lain, luas panen hijauan dan luas panen muda pada 2023 masing-masing sebesar 4,230 hektare dan 12,990 hektare

Produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 28 persen (JPK-KA28%) sepanjang Januari hingga Desember 2023 mencapai 1,73 juta ton, mengalami penurunan sebesar 190,58 ribu ton atau 9,91 persen dibanding tahun 2022 yang sebesar 1,92 juta ton. Produksi JPK-KA28% tertinggi pada 2023 terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 406,390 ton, sama dengan produksi JPK- KA28% tertinggi pada 2022 yang juga terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 403,650 ton

Jika produksi JPK-KA28% dikonversikan ke jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen (JPK-KA14%), produksi JPK-KA14% sepanjang Januari hingga Desember 2023 mencapai sekitar 1,28 juta ton, atau mengalami penurunan sebesar 140,890 ton (9,91 persen) dibandingkan 2022 yang sebesar 1,42 juta ton. (rie)

 

Komentar Anda