Tembakau Terendam Air Hujan, APTI Tuntut DBHCHT

PETANI TEMBAKAU: Petani tembakau di Lotim mengharapkan bantuan pemerintah daerah melalui DBHCHT, demi mengurangi beban kerugian akibat tanaman tembakau yang rusak terendam air seteah hujan lebat. (RATNA/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Puluhan hektare tanaman tembakau milik petani di lima kecamatan di Lombok, terancam rusak akibat terendam banjir selama beberapa hari terakhir. Hal itu membuat mutu daun tembakau menurun, dan merugikan petani.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) NTB, Sahmimudin meminta pemerintah untuk turun tangan membantu petani melalui dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT). Demi mengurangi beban kerugian yang dialami petani.

Terlebih tahun ini NTB mendapat DBHCHT dari Pemerintah Pusat mencapai Rp 477 miliar. Jauh lebih besar dibanding tahun 2022 sebesar Rp 218, 86 Triliun. Bahkan dari Rp 477 miliar itu, Pemprov NTB mendapat DBHCHT sekitar 30 persen atau sebesar Rp 134 miliar lebih dan Lombok Timur Rp 80 miliar lebih. Jika bantuan dari DBHCHT itu dilakukan. Maka petani akan bisa menimanimalisir kerugian mereka.

“Sudah dari beberapa tahun kami usulkan agar petani tembakau NTB disubsidi dan diasuransikan dengan DBHCHT. Tapi nampaknya Pemerintah Daerah tidak mau dengan berbagai macam alasan,” Kata Sahmimudin kepada Radar Lombok, Sabtu (8/7).

Sahmimudin meyakini ada hak petani dalam DBHCHT yang telah dibayarkan Pemerintah Pusat ke daerah. Karena itulah petani merasa perlu menuntut realisasinya DBHCHT tersebut. “Masak dak mau berikan petani bantuan,” ujarnya.

Sahmimudin menyebut ada dua macam kondisi tembakau petani, seperti di Lombok Timur. Pertama ada tanaman tembakau yang langsung mati karena terendam banjir. Kedua ada tanaman yang masih bisa diselamatkan.

Baca Juga :  Pembeli Pertalite dan Solar Harus Daftar di Aplikasi MyPertamina Mulai 1 Juli 2022

Untuk tanaman yang bisa diselamatkan. Bantuan DBHCHT itu dapat digunakan petani untuk membuat got disawah atau membeli pupuk. Sedangkan tanaman yang sudah mati. Petani dapat membeli bibit jagung atau lainnya untuk ditanam ulang.

“Akan Pemprov NTB tersentuh hatinya melihat yang sedang menimpa petani tembakau, khususnya Lombok Selatan bagian Timur (Sakra Timur, Sakra Barat, Sakra, Keruak, Jerowaru),” bebernya.

Padahal Lotim dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tembakau virginia terbesar diNTB. Sekaligus penghasil devisa terbesar bagi Pemkab. Tapi dengan anomalia cuaca yang sekarang disertai intensitas hujan yang tinggi. Produksi tembakau akan merosot. Tembakau banyam tidak terserap. Karena kualitas daun tembakau yang menurun. Imbasnya pendpatan petani menurun bahkan  merugi.

“Dalam dua dekade terakhir ini, Lombok, NTB merupakan satu-satunya daerah penghasil tembakau Virginia FC Indonesia, dengan produksinya 35 ribu sampai 5O ton per tahun,” tambahnya.

Sahmimudin mengatakan baru-baru ini, Distanbun NTB mengadakan rapat koordinasi bersama petani di Mataram. Namun tidak sedikit pun Pemprov NTB menyinggung masalah bantuan dari dana DBHCHT. Padahal dasar utama pemerintah memperoleh CHT adalah tembakau.

“Malah pada pokus ke sumbangan pihak ketiga (perusahaan). Seringnya mutasi membuat kepekaan pejabat terkait terhadap nasib petani turun,” herannya.

Baca Juga :  Tidak Diusulkan jadi Pj Bupati, Pengamat : Sekda Lotim Relatif Bukan "Orang" Dr Zul

Untuk diketahui Indonesia butuh tembakau sebanyak 300 ribu sampai 350 ribu ton tahun. Sementara produksi nasional 200 sampai 275 ton per tahun. Dari jumlah kebutuhan tersebut. Sebanyak 90 ribu sampai 120 ribu ton diantaranya jenis tembakau Virginia FC (Mako Oven, Sasak).

Sedangkan produksi tembakau Virginia FC Indonesia hanya 50 ribu sampai 55 ribu ton per tahun. Jadi Indonesia masih impor jenis tembakau Virginia FC. Di Indonesia ada dua jenis Virginia yaitu Virginia dengan panas buatan atau oven yang hasilnya disebut Virginia krosok atau Virginia Flue Cured (FC).

Di Pulau Lombok ada dua kabupaten penghasil tembakau Virginia FC. Yakni Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah dengan perbandingan 60 persen : 40 persen.

“Dari sekian banyak merek rokok yang ada di Indonesia, 85 persen ada Virginia FC Lombok dan tidak bisa tergantikan oleh tembakau Virginia FC mana pun di dunia. Sekalipun itu dr Brazil, Zimbabwe dan AS. Tapi tentang keunggulan Virginia FC Lombok disembunyikan oleh perusahaan-perusahaan,” jelasnya.

Sementara Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, H.Achmad Ripai saat dikonfirmasi koran ini. Belum memberikan pernyataan terkait permasalahan yang dialami petani tembakau di Lombok Timur tersebut. (rat)

Komentar Anda