PENUTURAN WARGA KOMPLEKS SEKITAR RUMAH TERDUGA TERORIS HSN

SEPI: Paska penangkapan oleh Tim Densus 88 Mabes Polri, rumah terduga teroris HSN di Gang Seroja, RT 14, Lingkungan Kampung Baru, terlihat sepi tak berpenghuni. (M. GAZALI/RADAR LOMBOK)

Penangkapan terduga teroris inisial HSN oleh Tim Densus 88 Mabes Polri di rumahnya di Gang Seroja, RT 14, Lingkungan Kampung Baru, Kelurahan Majidi, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), tentu saja menggegerkan warga sekitar. Apalagi terduga teroris yang ditangkap ini adalah perempuan, dan seorang ibu rumah tangga (IRT).

RUMAH terduga teroris HSN yang ditangkap Tim Densus 88 Mabes Polri, Jumat malam (14/7) lalu, berada di sebuah gang sempit. Paska terjadinya penangkapan, rumah tersebut dalam kondisi sudah kosong. Dari luat gerbang besi warna hitam dan pintu rumah, juga tertutup rapat.

Diketahui, rumah itu telah ditempati HSN bersama suami dan anaknya selama puluhan tahun, yaitu sejak tahun 1996. HSN sendiri asli dari Jawa Tengah. Sedangkan suaminya, RF berasal dari Lombok Tengah.

HSN memiliki 5 orang anak. Namun ke lima anaknya itu sudah tidak tinggal bersama orang tuanya lagi. Ada yang tinggal di Mataram, dan juga di luar daerah. “Yang saya kenal anaknya yang nomor 5. Karena pas masih SMA sering bermain sama dia. Tapi sekarang tinggal di Mataram, dia sekolah disana. Rumah itu cuma ditinggalin HSN dan suaminya saja. Kalau anaknya sih jarang pulang,” tutur Yudi, warga setempat.

HSN ini terang Yudi, sepengetahuan dia dan warga sekitar berprofesi sebagai penjual sayur, dan terkadang juga berjualan soto di Taman Selong ketika Car Free Day (CFD). “Keluarga ini memang tertutup, dan jarang bergaul dengan warga sekitar. Apapun kegiatan warga di sekitar komplek tersebut, mereka jarang ikut terlibat. Kecuali suaminya, dulu sih sering bergaul. Tapi kemudian tidak pernah lagi berinteraksi dengan warga,” imbuh Yudi.

Gelagat HSN soal indikasi menganut pemahaman garis keras, memang telah lama dicurigai oleh warga sekitar. Hal tersebut berdasarkan penuturan dari sejumlah warga setempat, yang pernah diajak dan ingin direkrut oleh HSN untuk bergabung dengan organisasi yang terindikasi kuat berkaitan dengan jaringan organisasi teroris. Namun warga tidak terpengaruh, dan menolak ajakannya.

“Yang lebih mencurigakan lagi, warga juga sering melihat orang tidak dikenal yang datang ke rumah HSN ini. Orang tersebut terkadang datang menggunakan motor tidak berpelat nomor kendaraan. Sekitar 5 tahunan kita menaruh curiga,” ujar Yudi.

Begitu pun dengan suami dari HSN ini. Aktivitas yang bersangkutan juga tidak jauh berbeda dengan istrinya. Dahulu warga setempat mengetahui kalau suaminya itu adalah seorang LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). “Tapi sudah cukup lama tidak pernah lagi aktif di LSM. Mungkin karena terpengaruh istrinya itu,” tutup Yudi. (GAZALI – LOMBOK TIMUR)

Komentar Anda